Share

Chapter 021

last update Last Updated: 2025-04-01 19:55:33

"Kau menguntitku?!" dengus Ayla seraya mengusap kasar air matanya.

Suaranya masih bergetar karena luapan emosi yang belum sepenuhnya reda.

Victor hanya menipiskan bibir, lalu berjalan menuju tepian rooftop. Ia menyandarkan satu tangan ke pagar besi, kemudian merogoh saku jaketnya. Sebatang rokok terselip di jemarinya, putih sempurna dengan ujung sedikit remuk, seakan sudah sering digenggam sebelum akhirnya dinyalakan.

Dengan gerakan santai, ia mengambil korek, menggesek roda pemantiknya hingga api kecil berkobar. Cahaya oranye sekejap menerangi wajahnya saat ia menyalakan rokok itu, lalu mengisapnya dalam-dalam sebelum meniupkan asap tipis ke udara malam.

"Aku tidak mengikutimu," jawabnya santai tanpa sekalipun melirik Ayla.

Ayla menghapus air matanya dengan kasar, menahan geram yang kembali muncul. Tatapannya menyipit penuh jijik begitu melihat Victor merokok dengan begitu alami.

Sejak kapan dia jadi seperti itu?

Dulu, Victor paling tidak tahan dengan asap. Entah itu rokok, dupa, at
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 022

    Tiba-tiba ponsel Ayla bergetar, membuatnya menoleh sejenak ke arah benda pipih yang tergeletak di samping laptop. Layarnya menyala, menampilkan satu nama yang membuat napasnya langsung tertahan.Nicko.Ayla memejamkan mata, lalu menghela napas panjang sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Sudah hampir seminggu pria itu tak menghubunginya, dan kini tiba-tiba muncul di layar, seolah tahu bahwa Ayla sedang rapuh.Nicko. Pria yang selama setahun terakhir ini terus mengejarnya dengan cara yang tenang, sabar, dan tak memaksa.Mereka pertama kali bertemu di pemakaman orang tua angkat Ayla. Saat itu, Ayla nyaris pingsan karena kelelahan dan terlalu larut dalam kesedihan. Dan di sanalah Nicko datang—berdiri di antara pelayat, wajahnya tampan dan bersih, dengan kemeja putih yang tergulung hingga siku, tampak sangat kontras dengan latar langit kelabu sore itu.Ternyata, Nicko adalah anak dari sahabat lama Mama Ayla. Ia datang sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk kedua orang tua a

    Last Updated : 2025-04-05
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 023

    Setelah beberapa menit yang terasa menenangkan, Nicko akhirnya pamit. Ia tidak memaksa Ayla untuk bicara banyak, hanya menepuk pelan bahu gadis itu dan meninggalkan sebaris kalimat yang menenangkan sebelum masuk ke dalam mobilnya.Ayla menatap punggung mobil yang menjauh, lalu menarik napas panjang sebelum berbalik. Tubuhnya menggigil sedikit saat kembali menaiki lift dan masuk ke apartemen.Begitu pintu tertutup, keheningan kembali menyelimuti ruangannya. Ayla berjalan pelan ke meja, menatap laptop yang masih menyala, menampilkan foto Victor—cuplikan dari video wawancaranya beberapa tahun lalu, ketika ia baru saja memenangkan penghargaan musik internasional.Ayla menghela napas panjang, duduk dengan lelah di kursinya. Tangannya terulur untuk menutup layar, tapi gerakan itu terhenti saat sebuah notifikasi email muncul di pojok kanan atas.[New Mail - 23:46 | “Tawaran Eksklusif: Reality Show Terbaru Victor Noelle”]Alis Ayla mengernyit, lalu segera membuka email itu.Subject: Tawaran

    Last Updated : 2025-04-10
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 024

    Beberapa hari setelah pertemuan itu, keputusan akhirnya datang.Victor setuju untuk bergabung di The House of Hearts.Meski awalnya menolak, Victor akhirnya menerima tawaran itu setelah mempertimbangkan dengan matang. Ia setuju dengan syarat: tidak ada skenario palsu, tidak ada pengaturan pasangan, dan Ayla ikut dalam tim produksi sebagai pengawas kreatif—agar ia tahu tidak akan dijebak untuk membuat drama murahan.Keputusan itu membuat Darren lega. Ia segera menghubungi pihak produksi untuk mengatur detail, sementara Ayla, meski ragu, tidak punya pilihan selain menyanggupi.Hari pertama syuting di Bali dimulai dengan angin laut yang lembut berembus, membawa aroma asin yang menyatu dengan hangatnya sinar matahari pagi. Vila besar yang digunakan sebagai lokasi syuting berdiri megah di atas tebing, menghadap langsung ke hamparan Samudera. Bangunannya berarsitektur tropis modern, berdinding kaca dan kayu alami, menampilkan perpaduan antara kemewahan dan kehangatan. Di dalamnya, terdapa

    Last Updated : 2025-04-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 025

    Senja mulai turun perlahan, mewarnai langit Bali dengan semburat oranye dan ungu yang indah. Cahaya matahari terakhir jatuh tepat di permukaan kolam infinity, memantulkan warna emas yang hangat. Di rooftop vila, makan malam pertama sudah disiapkan. Meja panjang dari kayu jati dihiasi lampu gantung bohemian dan lilin-lilin kecil dalam toples kaca. Aroma ayam bakar, udang panggang, dan sambal matah menyeruak memikat indra.Para peserta mulai mengambil tempat duduk. Tertawa, bersenda gurau, dan sesekali melempar candaan tentang siapa yang bakal dekat dengan siapa. Semua terdengar natural, seperti yang diharapkan kru produksi.Victor duduk di ujung kanan meja, berseberangan dengan Luna yang tampak tak berhenti menatapnya sambil sesekali memulai obrolan ringan. Di sisi kiri Victor, ada kursi kosong.Ayla datang beberapa menit kemudian, membawa tablet kecil dan earpiece yang tergantung di telinganya. Ia tidak berniat ikut makan malam, hanya ingin memastikan bahwa audio dan angle kamera be

    Last Updated : 2025-04-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 026

    Malam ketiga di vila pinggir pantai Bali terasa hangat meski angin berembus kencang dari laut. Api unggun menyala tenang di tengah lingkaran kursi rotan yang disusun setengah melingkar, memantulkan cahaya oranye ke wajah-wajah yang berseri karena lelah dan tawa. Di sekeliling, lampu-lampu gantung dari bohlam kecil berkedip lembut, menciptakan suasana seperti pesta kecil yang intim.Ayla duduk di antara dua peserta pria, masih mengenakan sweater abu oversized yang menutupi separuh lengannya, dipadukan dengan celana jeans longgar dan sandal rumah. Rambutnya dibiarkan tergerai, beberapa helaian terbang ditiup angin malam, dan matanya yang tajam tak berhenti mengamati sekeliling—kebiasaan seorang produser yang tak bisa diam.Padahal, awalnya ia tak berniat duduk di sana.Namun, karena salah satu peserta perempuan mendadak sakit, produser memintanya untuk bergabung demi meramaikan sesi behind-the-scenes ini. Ice breaking, katanya. Konten lucu-lucuan. Ayla menolak halus, tapi sorotan kamer

    Last Updated : 2025-04-15
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 027

    Setelah sesi di api unggun selesai dan para peserta satu per satu kembali ke vila, Ayla memilih untuk tetap tinggal di pantai. Cahaya bulan memantul di permukaan laut, menciptakan riak berkilauan yang indah dan sendu. Sepi perlahan menyelimuti, hanya suara ombak dan desir angin yang menemani. Ia berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku sweater, memandang ke cakrawala seolah mencari sesuatu yang tak akan pernah benar-benar bisa ia temukan.Langkah kaki terdengar dari arah belakang. Ayla menoleh perlahan.Kenzo.Ia datang tanpa suara, mengenakan jaket parasut tipis dan celana santai, rambutnya sedikit acak karena angin, wajahnya separuh gelap karena cahaya bulan yang tidak merata. Ia berhenti di samping Ayla, tak terlalu dekat, tapi cukup untuk membiarkan keheningan tumbuh nyaman di antara mereka.“Aku nggak nyangka kamu beneran jawab pertanyaanku tadi,” ujar Kenzo, suaranya pelan, seolah takut mengusik malam.Ayla tidak langsung membalas. Ia hanya menarik napas dalam dan membia

    Last Updated : 2025-04-16
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 028

    Langit Bali diselimuti bintang, angin laut berhembus lembut ke arah lounge rooftop tempat para peserta dan kru bersantai. Musik dari speaker kecil mengalun pelan, diselingi tawa-tawa ringan dan bunyi gelas bersentuhan. Beberapa minuman beralkohol beredar di meja, tidak banyak, hanya sekadar pemecah dingin malam.Ayla baru saja menyelesaikan review rekaman hari itu ketika ia naik ke atas untuk mengecek keadaan. Rambutnya diikat setengah, mata lelah tapi tetap awas. Ia tidak berniat tinggal lama, hanya memastikan semuanya terkendali, lalu kembali ke kamarnya.Tapi seseorang memanggilnya.“Ey, Ayla.”Suara itu serak. Dalam.Victor.Ia duduk sendirian di ujung sofa, satu botol bir setengah kosong di tangan. Tatapannya kosong menatap lautan malam, tapi ketika Ayla menoleh, sorot itu langsung menancap padanya.“Kau ngapain masih di sini?” tanya Ayla, berdiri agak jauh, menjaga jarak.Victor tersenyum miring, lalu meneguk minumannya. “Mungkin... menunggu kau datang.”Ayla menghela napas. “V

    Last Updated : 2025-04-18
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 029

    Malam semakin larut. Langit di atas taman kecil itu dihiasi kerlip bintang yang berserakan seperti pecahan perak. Lampu-lampu taman remang, menyisakan siluet lembut wajah Ayla yang disinari cahaya hangat dari dapur belakang.Kenzo duduk menemani di samping Ayla, tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk merasakan hawa tubuh Ayla yang perlahan mulai rileks. Kaleng soda di tangannya sudah tinggal setengah, tetapi tak satu pun dari mereka berbicara lagi. Hening yang nyaman menggantikan semua kegaduhan hari itu.Ayla memejamkan mata sejenak, membiarkan angin menyapu rambutnya. Kenzo mengamatinya diam-diam, garis rahang yang tegas namun lembut, bibir yang sedikit basah oleh soda, dan mata yang sendu. Seolah menyimpan terlalu banyak luka.“Lucu, ya...” suara Kenzo pelan, seperti bisikan. “Kita berdua duduk di sini, padahal tadi siang hampir gak saling bicara.”Ayla membuka mata. Menoleh perlahan.“Lucu?” tanyanya balik.“Iya,” Kenzo tersenyum tipis. “Kadang kamu gak perlu waktu lama buat tahu

    Last Updated : 2025-04-27

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 033

    “Cut!”Suara lantang dari sutradara membuat seluruh tim produksi seolah menarik napas lega bersamaan. Beberapa detik kemudian, sorak kecil pun terdengar dari arah kru kamera.“Nice banget!” ucap salah satu asisten sutradara sambil mengacungkan jempol. “Great energy, guys!”“Terima kasih semuanya!” tim lighting berseru hampir bersamaan saat mulai mematikan lampu satu per satu.“Good job, Victor, Luna!” seru kru wardrobe sambil melintas membawa tumpukan kostum cadangan.Beberapa kru lain menepuk-nepuk bahu sesama, sebagian bercanda santai saat mulai membongkar peralatan. Suasana sedikit rileks, namun tetap teratur. Seseorang dari tim audio bahkan menyalakan musik ringan dari ponselnya, membuat suasana lebih santai. Beberapa peserta mulai berdiri dari kursi santai mereka, beringsut menuju area kamar untuk mengganti pakaian. Ada yang memesan jus kelapa muda dari kru katering yang baru datang.Victor berdiri perlahan dari kursi rotannya, mengambil sebotol air mineral dari atas meja bunda

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 032

    Setelah sesi coffee talk yang cukup menguras emosi dan tawa, kru kemudian mengarahkan para peserta ke lokasi berikutnya.Area poolside. Sebuah set telah disiapkan. Payung rotan besar, kursi santai berlapis kain linen, dan minuman tropikal dalam gelas tinggi yang diletakkan di atas meja rotan bundar. Angin laut bertiup ringan, membawa serta aroma asin dan wangi kelapa dari lotion para peserta.Hari sudah condong ke siang, dan sinar matahari mulai mengintip malu-malu dari balik awan. Suara ombak tak jauh dari sana menyatu dengan derit kursi, gesekan sandal di lantai kayu, dan tawa ringan beberapa kru yang masih menyelesaikan set up.Luna duduk menyamping di salah satu kursi rotan. Gaun sundress putih tipis membalut tubuhnya dengan lembut, mengikuti lekuk punggung dan paha saat ia menyilangkan kaki dengan elegan. Bagian pundaknya terbuka, sengaja dibiarkan begitu agar kulitnya terkena matahari. Rambut hitam bergelombangnya ia biarkan lepas, dibiarkan tertiup angin tanpa banyak disisir.

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 031

    Setelah sarapan, suasana vila pun perlahan berganti. Meja-meja sudah dibersihkan, kru kemudian mulai merapikan alat syuting, dan peserta satu per satu menuju kamar masing-masing untuk bersiap. Udara Bali mulai menghangat, tapi angin laut masih membelai lembut dedaunan kelapa.Ayla berdiri di bawah pohon kamboja di tepi halaman, mengecek ulang rundown yang terjepit di clipboard. Matanya menyapu area, melihat beberapa kru sedang menata kamera, lighting sudah mulai dipasang, dan makeup artist terlihat sibuk memoles para peserta di sisi lounge.“Pagi ini kita shoot first impression challenge,” kata Rini, salah satu asisten produser yang menghampirinya sambil membawa walkie-talkie.Ayla mengangguk. “Setting di taman depan vila, ya? Aku mau brief peserta dulu.”Langkahnya terarah, mantap seperti biasa, meski perasaannya belum sepenuhnya tenang.Di sudut taman yang rindang, Ayla memanggil peserta satu per satu. Mereka duduk melingkar di atas alas tikar rotan, mengenakan outfit kasual yang t

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 030

    Pagi terasa tiba lebih cepat. Angin laut yang lembut menerpa tirai jendela kamar Ayla. Matahari belum tinggi, tapi hiruk pikuk sudah mulai terdengar dari dapur vila utama. Ayla berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya yang digelung sederhana. Rona merah tipis masih tertinggal di pipinya, bekas malam sebelumnya yang tak kunjung benar-benar menghilang dari benaknya.Ayla menarik nafas berulangkali, “Ayla, kau hanya perlu bersikap biasa. Ya, bersikap biasa,” kata Ayla mengulang perkataannya seperti tengah membaca mantra. “Semalam, aku sedikit mabuk. Itu bukan apa-apa. Hanya insiden kecil biasa karena terbawa suasana. Ya, seperti itu.”Ayla menatap wajahnya di cermin dan meyakinkan diri sekali lagi. “Pun, itu hanya sekedar kecupan. Ayolah Ayla, kau tak mungkin seperti ini hanya karena sebuah kecupan bukan? Tidak seperti dirimu saja!”“Ya, apa salahnya dengan kecupan? Aku bahkan pernah menghabiskan satu malam dengan pria random di bar,” kata Ayla lagi. Setelah menarik nafas panjang

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 029

    Malam semakin larut. Langit di atas taman kecil itu dihiasi kerlip bintang yang berserakan seperti pecahan perak. Lampu-lampu taman remang, menyisakan siluet lembut wajah Ayla yang disinari cahaya hangat dari dapur belakang.Kenzo duduk menemani di samping Ayla, tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk merasakan hawa tubuh Ayla yang perlahan mulai rileks. Kaleng soda di tangannya sudah tinggal setengah, tetapi tak satu pun dari mereka berbicara lagi. Hening yang nyaman menggantikan semua kegaduhan hari itu.Ayla memejamkan mata sejenak, membiarkan angin menyapu rambutnya. Kenzo mengamatinya diam-diam, garis rahang yang tegas namun lembut, bibir yang sedikit basah oleh soda, dan mata yang sendu. Seolah menyimpan terlalu banyak luka.“Lucu, ya...” suara Kenzo pelan, seperti bisikan. “Kita berdua duduk di sini, padahal tadi siang hampir gak saling bicara.”Ayla membuka mata. Menoleh perlahan.“Lucu?” tanyanya balik.“Iya,” Kenzo tersenyum tipis. “Kadang kamu gak perlu waktu lama buat tahu

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 028

    Langit Bali diselimuti bintang, angin laut berhembus lembut ke arah lounge rooftop tempat para peserta dan kru bersantai. Musik dari speaker kecil mengalun pelan, diselingi tawa-tawa ringan dan bunyi gelas bersentuhan. Beberapa minuman beralkohol beredar di meja, tidak banyak, hanya sekadar pemecah dingin malam.Ayla baru saja menyelesaikan review rekaman hari itu ketika ia naik ke atas untuk mengecek keadaan. Rambutnya diikat setengah, mata lelah tapi tetap awas. Ia tidak berniat tinggal lama, hanya memastikan semuanya terkendali, lalu kembali ke kamarnya.Tapi seseorang memanggilnya.“Ey, Ayla.”Suara itu serak. Dalam.Victor.Ia duduk sendirian di ujung sofa, satu botol bir setengah kosong di tangan. Tatapannya kosong menatap lautan malam, tapi ketika Ayla menoleh, sorot itu langsung menancap padanya.“Kau ngapain masih di sini?” tanya Ayla, berdiri agak jauh, menjaga jarak.Victor tersenyum miring, lalu meneguk minumannya. “Mungkin... menunggu kau datang.”Ayla menghela napas. “V

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 027

    Setelah sesi di api unggun selesai dan para peserta satu per satu kembali ke vila, Ayla memilih untuk tetap tinggal di pantai. Cahaya bulan memantul di permukaan laut, menciptakan riak berkilauan yang indah dan sendu. Sepi perlahan menyelimuti, hanya suara ombak dan desir angin yang menemani. Ia berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku sweater, memandang ke cakrawala seolah mencari sesuatu yang tak akan pernah benar-benar bisa ia temukan.Langkah kaki terdengar dari arah belakang. Ayla menoleh perlahan.Kenzo.Ia datang tanpa suara, mengenakan jaket parasut tipis dan celana santai, rambutnya sedikit acak karena angin, wajahnya separuh gelap karena cahaya bulan yang tidak merata. Ia berhenti di samping Ayla, tak terlalu dekat, tapi cukup untuk membiarkan keheningan tumbuh nyaman di antara mereka.“Aku nggak nyangka kamu beneran jawab pertanyaanku tadi,” ujar Kenzo, suaranya pelan, seolah takut mengusik malam.Ayla tidak langsung membalas. Ia hanya menarik napas dalam dan membia

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 026

    Malam ketiga di vila pinggir pantai Bali terasa hangat meski angin berembus kencang dari laut. Api unggun menyala tenang di tengah lingkaran kursi rotan yang disusun setengah melingkar, memantulkan cahaya oranye ke wajah-wajah yang berseri karena lelah dan tawa. Di sekeliling, lampu-lampu gantung dari bohlam kecil berkedip lembut, menciptakan suasana seperti pesta kecil yang intim.Ayla duduk di antara dua peserta pria, masih mengenakan sweater abu oversized yang menutupi separuh lengannya, dipadukan dengan celana jeans longgar dan sandal rumah. Rambutnya dibiarkan tergerai, beberapa helaian terbang ditiup angin malam, dan matanya yang tajam tak berhenti mengamati sekeliling—kebiasaan seorang produser yang tak bisa diam.Padahal, awalnya ia tak berniat duduk di sana.Namun, karena salah satu peserta perempuan mendadak sakit, produser memintanya untuk bergabung demi meramaikan sesi behind-the-scenes ini. Ice breaking, katanya. Konten lucu-lucuan. Ayla menolak halus, tapi sorotan kamer

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 025

    Senja mulai turun perlahan, mewarnai langit Bali dengan semburat oranye dan ungu yang indah. Cahaya matahari terakhir jatuh tepat di permukaan kolam infinity, memantulkan warna emas yang hangat. Di rooftop vila, makan malam pertama sudah disiapkan. Meja panjang dari kayu jati dihiasi lampu gantung bohemian dan lilin-lilin kecil dalam toples kaca. Aroma ayam bakar, udang panggang, dan sambal matah menyeruak memikat indra.Para peserta mulai mengambil tempat duduk. Tertawa, bersenda gurau, dan sesekali melempar candaan tentang siapa yang bakal dekat dengan siapa. Semua terdengar natural, seperti yang diharapkan kru produksi.Victor duduk di ujung kanan meja, berseberangan dengan Luna yang tampak tak berhenti menatapnya sambil sesekali memulai obrolan ringan. Di sisi kiri Victor, ada kursi kosong.Ayla datang beberapa menit kemudian, membawa tablet kecil dan earpiece yang tergantung di telinganya. Ia tidak berniat ikut makan malam, hanya ingin memastikan bahwa audio dan angle kamera be

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status