Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.
“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.
“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.
“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.
“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.
“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.
“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.
Namun Bimo sendiri tak merasakan apapun, bahkan terasa di senggol pun tidak! Rupanya perisai ghaib dari kekuatan Mustika Delima Merah telah bekerja secara otomatis melindungi Bimo.
Bimo nampak tetap berdiri tenang di tempatnya, tanpa menunjukkan ekspresi kesakitan sedikitpun.
“Huhh..! Cepat gantikan tugasku dulu cemen..!” seru Paul sambil bertolak pinggang.
“Baiklah Paul,” ujar Bimo, seraya melangkah keluar dari ruangan itu.
Namun diam-diam Paul merasa heran. Karena kakinya tadi terasa bagai tersengat sedikit aliran listrik, saat sepakkannya membentur betis Bimo.
“Ayo Paul! Kita harus berangkat sepagi mungkin, supaya kita bisa mendapatkan semua logistik yang dibutuhkan,” ujar Luki.
“Siap..!” sahut Paul antusias. Dilupakannya kejadian aneh pada kakinya tadi. Namun tanpa disadarinya, sesungguhnya sesuatu tengah ‘berproses’ secara perlahan di kaki Paul!
***
Siang itu Bimo baru saja selesai dengan tugasnya merapihkan barang-barang dapur kantor. Saat didengarnya suara ribut-ribut di ruang OB, yang terletak di sebelah ruang dapur kantor itu.
“Arrhhks..!” raungan kesakitan Paul terdengar dari dalam ruang OB, di sertai suara-suara panik para rekan OB di dalamnya.
Bergegas Bimo keluar dari dapur menuju ke ruangan OB itu. Nampak sosok Paul tengah terbaring di sofa ruangan, dengan dikerumuni para rekan OB lainnya.
Terlihat jelas oleh Bimo, wajah para rekan OB di dalam ruangan yang menyiratkan keterkejutan, kepanikkan, serta kecemasan menatap Paul.
“Kau kenapa Paul..?!” seru Wanti panik dan cemas.
“K-ka.. Kakiku..! Arrghks..!” seru terbata Paul menahan rasa sakit di kakinya, lalu dia pun kembali berteriak kesakitan.
“Cepat buka sepatunya..! Sejak perjalanan pulang belanja logistik tadi, dia memang terus berteriak kesakitan..!” seru Luki memerintahkan.
Dino rekan Paul dan Luki segera membuka sepatu kanan Paul, yang sejak tadi memang memegangi bagian itu dengan tubuh bergetar kesakitan.
“Hahh..!!” seruan kaget serentak terdengar di ruangan OB itu, saat mereka melihat mata kaki kanan Paul yang membengkak kebiruan sebesar telur puyuh.
“Aaarrghks..!” raungan Paul pun semakin menjadi, disertai tubuhnya yang berkelojotan menahan rasa sakit.
Ya, kini Paul merasa kakinya seperti dijalari arus listrik yang panas menyengat, bagaikan ribuan semut api yang berlarian hingga ke lututnya. Sungguh perih, pedih, dan menyakitkan!
“Gila..! Cepat kita bawa dia ke klinik kantor..!” seru Luki bergetar ngeri.
Akhirnya dengan tergesa, para OB lelaki menggotong tubuh Paul menuju ke klinik kantor. Sementara Bimo hanya terpaku melihat kejadian itu, dia sendiri bingung kenapa Paul bisa sampai seperti itu.
Paul diam-diam menatap ngeri pada Bimo, saat dia digotong melintasi dirinya. Paul seperti telah menduga, bahwa sakit yang di deritanya dikarenakan dirinya menyepak Bimo tadi pagi. Namun Paul berpikir lebih baik memendam rahasia itu, dan tak mengatakannya pada siapapun.
Ya, tak ada satu pun dari para OB itu yang berpikir ataupun menyadari. Bahwa sakit yang di derita Paul itu, adalah karena tulah perbuatannya menyepak betis Bimo..! Kecuali Paul sendiri..!
***
Senja itu Bimo pulang dari kantornya dalam kondisi lelah dan lesu.
Betapa tidak..?!
Karena menjelang pulang tadi dia dipanggil bagian logistik kantor, dan mendapat sangsi pemotongan gaji sebesar 600 ribu.
Tentu saja semua itu atas laporan dari Luki, yang memberitahu soal kejadian pecahnya beberapa piring mahal dari para staf kantor oleh Bimo.
Dan setibanya Bimo di kostnya, nampak Tante Rindy tengah duduk sendiri di teras rumahnya. Dan mau tak mau Bimo memang harus melewati teras itu, untuk menuju ke kamar kostnya.
Di tengah kebingungannya, akhirnya Bimo memutuskan untuk bicara saja dengan pemilik kostnya itu, soal kemungkinan dia akan menunggak sewa kost bulan depan.
“Permisi Tante Rindy, Bimo mau bicara dengan Tante,” ujar Bimo sopan.
“Silahkan saja Bimo. Tumben ini,” ujar Rindy tersenyum senang. Karena memang tujuan dia duduk di teras itu, adalah hendak melihat sosok Bimo yang pulang dari kantornya.
Ya, Rindy memang diam-diam mengagumi kegagahan dan kedewasaan sosok Bimo, anak kostnya itu. Sesungguhnya ada hasrat terpendam di dalam hati Rindy terhadap Bimo. Pemuda yang sungguh memiliki bibit unggul di matanya.
Akhirnya Bimo pun menceritakan kondisi keuangannya yang agak sulit, sehingga dia tak bisa membayar sewa kostnya untuk bulan depan.
“Tak apa Bimo. Tenang sajalah, aku mengerti kok dengan kondisimu. Tak perlu dipikirkan soal sewa kostmu itu Bimo. Tante akan merahasiakan hal ini dari teman-teman kost yang lain,” ucap Rindy, dengan senyum maklum.
Ya, rata-rata penghuni kost miliknya memang pekerja yang berusia muda. Ada yang kerja di restoran, satpam, buruh pabrik, dan sebagainya.
“T-terimakasih atas pengertian Tante. Bimo janji pasti akan membayarnya kalau keuangan Bimo sudah lega nanti,” ujar terbata Bimo serak.
Ya, Bimo sungguh tersentuh dengan pengertian dan kebaikkan ibu kost cantiknya yang satu itu.
Setahu Bimo, selama dia kost di situ. Tidak hanya satu dua pria mapan dan berkelas, yang nampaknya menaruh hati dan kerap mendatangi rumah Rindy.
Namun nampaknya semua pria itu ditolak oleh Rindy, yang memang adalah janda muda yang cantik itu. Entah dengan alasan apa.
Tinn.. Tinn..!
Terdengar suara klakson dari mobil sport berkelas, yang berhenti tepat di depan pagar kediaman Rindy. Sosok wanita cantik pun turun dari dalamnya.
“Sore Kak Rindy..!” seru seorang wanita cantik seraya tersenyum, seraya lambaikan tangannya dari depan pagar kediaman Rindy.
“Hei..! Lidya..! Masuk saja Lidya, pagarnya tak dikunci kok..!” seru riang Rindy.
“Lidya adalah sepupuku Bimo. Kau pasti belum pernah bertemu dengannya,” ujar Rindy, memberitahukan Bimo.
“Wah..! Apakah kedatanganku mengganggu pembicaraan kalian..?” ujar Lidya yang tiba di depan teras rumah, seraya ulaskan senyum manisnya pada Rindy dan Bimo.
‘Cantik sekali..! Selevel dengan Devi’, batin Bimo memuji Lidya.
Ya, Lidya memang jauh lebih muda dibanding Rindy, usianya saat itu baru 26 tahun. Wajahnya nampak cantik dan cerah, dengan lesung pipit samar yang kerap nampak.
Pakaian kerja eksklusif yang dikenakannya saat itu cukup mencetak lekuk tubuhnya, yang indah dan proporsional. Sungguh kecantikkan yang berkelas, dibalut dengan sifat ramah dan periang yang nampak nyata. Indah..!
Namun jangan salah! Karena Lidya bukan hanya cantik jelita, dia adalah pewaris tunggal perusahaan ‘Winata Group’ milik ayahnya.
“Kenalkan Bimo. Dia adalah Lidya, adik sepupuku,” ujar Tante Rindy, memperkenalkan Lidya pada Bimo.
“Bimo Setiawan. Salam kenal Mbak Lidya,” ucap Bimo tersenyum hangat, seraya ulurkan tangannya.
“Lidya Mayesti. Lam kenal kembali Bimo,” sambut Lidya ramah. Namun...
“Ahh..!” sentak terkejut Bimo, saat tiba-tiba sebuah lintasan buruk tentang Lidya terbayang di benaknya.
“Hei..! K-kenapa Bimo..?!”...
'Luar biasa..!' bathin Monica, setelah mengkalkulasi total kekayaan Winata Group yang bernilai ribuan triliun itu. Dan Monica bahkan belum tahu, bahwa masih ada bunker rahasia penyimpanan harta pusaka milik Hendra. Bunker itu berada di bawah sebuah gazebo khusus, di halaman belakang kediaman Hendra itu. Dan mengenai bunker rahasia itu, memang hanya Hendra, Helda mendiang istrinya, dan Bimo yang mengetahuinya. Bunker rahasia itu berisi perhiasan dan benda-benda pusaka langka, yang kebanyakkan telah dinyatakan hilang di dunia ini.Tentu saja nilai perhiasan dan benda-benda pusaka itu, bahkan sungguh tak ternilai dengan uang bagi para kolektor dan pecinta barang-barang antik dan langka di pasar lelang eksklusif. 'Pencapaianku saja tak sampai separuh dari kekayaannya..! Atau jangan-jangan..?!' seru bathin Monica lagi takjub bercampur curiga. Ya, nalar tajam Monica mulai meraba ada yang tak wajar dalam kekayaan Hendra Winata itu. Karena dia merasa tak mungkin, jika Hendra bisa melebi
Klikh..! "Ya, Maux..?" "Mas Bimo. Ada kejadian rusuh di pesta pernikahan Evan dan Maya. Anggota Gank Shadow baru saja datang dan merusak pesta disini Mas." Maux pun langsung melaporkan kejadian rusuh itu pada Bimo. "Ahh..! Lalu bagaimana dengan para tamu undangan..? Apakah ada korban di sana..?" "Korbannya empat orang aparat yang berjaga tewas oleh mereka Mas Bimo. Sekarang kasusnya sedang langsung di usut. Gank Shadow sepertinya tak akan lolos kali ini..!" "Hmm. Pastinya Bos mereka juga telah berpikir soal itu Maux. O ya, bagaimana dengan keadaan Ayahku di sana Maux..? Dia baik-baik saja kan..?""Para Tamu sepertinya aman-aman saja Mas. Hanya kondisi pesta yang jadi heboh dan porak poranda.""Baik, aku akan ke sana sekarang." Klikh..! "Lidya sayang... "Silahkan Mas Bimo ke sana. Pastikan keadaan Papah baik-baik saja ya," potong Lidya, yang sudah mengerti arah ucapan suaminya itu. Karena dia juga ikut mendengarkan percakapan Bimo dan Maux barusan. "Baik Lidya. Mas berangkat
Splaaghk..! Kraaghk..! Brughk..! "Haarrghks..!" Jono berseru kesakitan dan terkejut, saat dirinya seperti dihantam oleh sebuah godam raksaasa membara dari atas. Hingga sosoknya yang tengah melesat langsung terbanting deras ke tanah dalam kondisi tertelungkup. Nampak tulang punggungnya melesak ke depan, dengan keadaan remuk dan patah berantakkan. "Hoekshh..!" Plekkh..! Jono pun langsung muntahkan darah kental, lalu terkapar meregang nyawa. Jono telah tewas..! Entah jenis serangan atau hantaman apa yang menghajar telak Jono itu. Namun yang jelas itu adalah pukulan ghaib yang sungguh dahsyat dan mengerikkan..! Dan tentu saja sosok samar dan tak kasat mata bagi orang biasa itu adalah, Monica..! Ya, di tengah kebimbangannya untuk membantu Maux dan Alimsyah. Niat Edo cs yang hendak menghabisi Hendra, tentu saja hal itu semakin memastikan dimana Monica harus berpihak saat itu. Karenanya dengan marah, Monica langsung pukulkan power ghaibnya ke punggung Jono..! Tentu saja dia harus meny
"Hahh..?!!""K-kebal..?!"Seruan kaget serentak terdengar, dari para aparat yang menembak dan juga sebagian orang yang menyaksikan kejadian itu. Praggh..! Baghk..! ... Splaghk..!! Empat aparat tersungkur seketika, 2 tewas dan dua lainnya tak sadarkan diri. Akibat hantaman bertenaga dalam Darko dan Raka, yang menghajar kepala, dada, dan pinggang mereka. Daghk..! Namun Alimsyah berhasil melesat dan menahan pukulan Raka yang hendak menghajar aparat terakhir. Ya, semua orang tak menyangka dengan kenekatan pentolan Gank Shadow itu, yang berani sekali menghajar dan menghabisi aparat tanpa ragu. Tentu saja Maux dan Alimsyah juga termasuk orang yang kaget dan tak menyangka hal itu. Hingga mereka terlambat menghadang serangan Darko dan Raka tadi. Semua mata kini menatap ngeri dan tegang, ke arah arena duel di tengah halaman depan Evan itu. Area lapang yang memang cukup luas, sebelum memasuki area kursi para tamu undangan. Nampak stand-stand makanan prasmanan juga ditinggalkan begitu sa
Sementara suasana pesta pernikahan Evan dan Maya, semakin malam nampak malah semakin ramai dan meriah. Maux dan Alimsyah juga nampak tengah asik ngobrol dengan Freedy. Ya, karena mereka memang masih ditugaskan Bimo, untuk mengawal Evan dan bergabung dengan anggota MarShal. Dan di tengah kehangatan dan semaraknya pesta itu, ... Ngunngg..! Tinnn..!! Ngunnggg..! ... Tinnn..!!! Para tamu dan penjaga gerbang kediaman Evan dikejutkan oleh suara rusuh dan heboh, dari iring-iringan Gank Shadow..! Spontan para anggota Marshal langsung memagari gerbang masuk ke kediaman Bos mereka itu. Namun ... Ngnnnggg...!! Ngoenngg..!! Tanpa peduli dengan pagaran anggota MarShal itu, iring-iringan kendaraan Gank Shadow terus melesat kencang. Seolah hendak menabrak begitu saja pagaran manusia itu..! Gila..! Set..! Seth..! ... Seth..!! Tentu saja anggota MarShal berlesatan menghindar dari iring-iringan gila itu. Dan masuklah mobil sedan serta iring-iringan sepeda motor Gank Shadow itu ke halaman acara
"Hahh..!! Brengsek..!!" seru Denta dan Maux berbarengan. Ya, pemberitahuan dari Bimo, seakan makin mengobarkan kebencian mereka pada Gank Shadow. Nyata kini bahwa gank itu dipimpin oleh orang yang dibenci Bos mereka, dan juga keluarga Evan. "Tapi kalian tenanglah. Aku juga sepertinya tak akan tinggal diam jika mereka berani menyerang atau mengganggu ketenangan Pijar Taruna ini..!" ujar tegas Bimo, dengan wajah serius. Bimo merasa pertarungannya dengan Yoga memang tak bisa dihindari lagi. Dan sepertinya itu pasti akan terjadi dalam waktu tak lama lagi..! Dan bila hal itu sampai terjadi. Maka bisa dipastikan, jika Gank Shadow dan Pijar Taruna juga akan saling berhadapan..!*** Tiga hari kemudian. Kediaman keluarga mendiang Halim nampak semarak sejak jelang siang hingga senja menjelang. Nampak banyak terdapat stand-stand makanan di area kediaman itu. Ya, rupanya Evan dan Maya memilih gaya open house untuk acara pesta pernikahan mereka saat itu. Ratusan tamu nampak enjoy menikmati