LOGINBella adalah seorang wanita berumur 21 tahun yang masih mencari pekerjaan. Dia berasal dari keluarga yang harmonis, namun semuanya berubah saat Mamanya meninggalkannya dan Ayahnya menikah dengan janda yang memiliki satu anak yang akan menjadi adik tiri Bella. Kehidupannya berubah seketika. Terlebih lagi Bella terjebak, dia terbangun di sebuah kamar yang ia yakini bukan kamarnya dan melihat pria tampan di sampingnya yang tertidur pulas. Bella terkejut, Pria itu telanjang dada. Apakah Bella telah melakukan sesuatu dengannya? Tapi begitu keras Bella mengingat, Ia bahkan tidak ingat apapun. Bella takut untuk pulang ke rumah. Jika Ayahnya tahu bahwa anaknya sudah menghancurkan masa depannya bagaimana? Lalu bagaimana kehidupan Bella selanjutnya? Apakah bunuh diri jalan terbaik?
View MoreMobil hitam Alphard tiba di depan rumah.
Pria dengan setelan jas kerja yang pas di tubuh tinggi tegapnya, turun dari mobil dengan sorot mata penuh amarah. Berjalan dengan langkah cepat memasuki rumah. Olivia berada di ruang tengah, dapat ia dengar suara pintu terbuka. Tanpa ada ketukan terlebih dahulu. Siapa lagi jika bukan Elgard, suaminya. Hanya mereka berdua yang bisa masuk ke dalam rumah karena sistem keamanan pintu menggunakan sistem pengenalan bentuk wajah. Olivia dengan sikap tenang, berjalan menuju ruang tamu. Akan menemui suaminya yang tiba-tiba pulang ke rumah. Ya.. pria itu biasanya hanya datang sesekali, itupun tak pernah mau melihatnya yang selalu berusaha menyambut dengan senyum cerah. Berharap Elgard mau menetap di rumah yang ia tempati kini setelah resmi menjadi istri dari putra keluarga Nugroho tersebut. Elgard menghentikan langkah saat melihat Olivia telah berdiri di ruang tamu. Wanita itu menatap Elgard dengan raut wajah datar, tak berekspresi. Sudah tahu apa yang akan di katakan suaminya. "Puas?" Ucap Elgard dengan sorot mata tajam, mengintimidasi Olivia. Pria itu berjalan mendekatinya, terlihat benar-benar geram. "Menurut kamu?" Tanya Olivia tak kalah dingin. Kedua tangannya bersidekap dada. "Kamu memang wanita berhati busuk! Aku semakin muak melihatmu!" Umpat Elgard, geram. Olivia menahan rasa perih di dadanya saat Elgard mengatakan seperti itu. "Jadi dia mengadu padamu? Hah!" Olivia tertawa miris. "Beraninya kamu menemui wanita yang kucintai!" Elgard semakin menggeram, menahan emosi. Dada Olivia kembali bergemuruh. Suaminya terang-terangan menyatakan jika mencintai wanita lain yang dulu adalah kekasih pria itu. "Aku sudah lama bersabar. Tapi kamu masih juga menjalin hubungan dengan mantan kekasih kamu itu. Pada akhirnya aku berinisiatif untuk menemuinya, agar dia tidak lagi mengganggu kamu! Dimana salahku? Aku cuma ingin mempertahankan rumah tangga kita." Olivia meminta jawaban dari Elgard yang marah saat dirinya mendatangi yang menjadi kekasih gelap suaminya tersebut. "Dia bukan mantan kekasihku, tapi dia masih kekasihku yang sangat aku cintai sampai kapan pun! Kamu yang sudah merusak kebahagiaan kami. Kehadiran kamu membuatku terpaksa meninggalkannya demi keinginan orang tuaku untuk menikahimu. Aku tidak pernah bahagia bersamamu, Olivia!" Elgard mengeraskan rahangnya, menahan amarah yang memuncak. Dada Olivia semakin sesak, kerongkongannya seakan tercekat. Ia di anggap sebagai perusak kebahagiaan Elgard dan kekasih pria itu? "Kalau aku tau sejak awal kamu memliki seorang kekasih, aku juga tidak akan sudi menikah dengan kamu," Balas Olivia dingin. "Sejak awal kamu dan keluarga besarmu tidak pernah memberi tahu tentang hal ini sama sekali. Maka jangan tuduh aku sebagai perusak kebahagiaanmu dan wanita itu. Sekarang sudah berbeda cerita, kamu adalah seorang suami. Tidak pantas menjalin hubungan dengan wanita lain. Wajar aku melarang perempuan itu menghubungi kamu lagi." Olivia menegaskan. Elgard mendekati Olivia dengan raut wajah penuh amarah. Shh! Olivia meringis kesakitan, Elgard mencengkeram kuat kedua lengannya. Mendorong tubuhnya ke belakang hingga punggungnya membentur dinding. Aah... Olivia kesakitan. Elgard semakin meremas lengannya dengan jemarinya. "Dengar! Tidak ada yang berbeda antara aku dan Chelsea. Dia tetap kekasihku, wanita yang paling aku cintai dan aku inginkan. Aku tidak suka kamu mendekatinya, apalagi menyakiti perasaannya. Jangan coba-coba lagi mendatanginya, atau_" Elgard mengancam. "Atau apa?" Olivia menantang mata Elgard, tak takut. " Aku akan menceraikan kamu! Ingat, ayahmu bisa saja kena serangan jantung kalau sampai aku menceraikan putrinya yang tidak berguna ini!" Elgard melepas kasar cengkeraman tangannya, membuat Olivia hampir terjatuh. Ia pegang lengannya yang terasa panas akibat cengkeraman tangan pria itu. Olivia diam tak menjawab. Elgard mengancamnya karena tahu akan kondisi kesehatan ayahnya yang tak baik-baik saja. Hatinya begitu sakit. Rasanya sudah tak bisa lagi menerima perlakuan Elgard yang semakin keterlaluan. Pria itu terang-terangan menjalin hubungan dengan wanita yang pernah menjadi kekasihnya sebelum menikahi Olivia, tak peduli pada perasaan istri. Sama artinya dengan mengkhianati sebuah ikatan pernikahan yang sakral. Sudah enam bulan Olivia bertahan dan bersabar. Elgard tak pernah mengindahkan tegurannya akan tindakan perselingkuhan yang pria itu lakukan. Bahkan Elgard tak menganggap jika ia sedang berselingkuh, tetapi meyakini jika dirinya memang menjalani cinta yang sesungguhnya bersama wanita yang sejak dulu menjadi tambatan hatinya. Chelsea. Blam!! Pintu di tutup dengan kasar, Olivia menatap nanar kepergian Elgard dari rumah. Pria itu tidak pernah beta berlama-lama di rumah bersama dirinya. Sejak awal mereka menikah. Bahkan Elgard tidak pernah menyentuh dirinya sama sekali. Selalu menatap jijik padanya, tak memberikannya nafkah batin sebagai seorang istri. 'Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencoba berbagai cara agar Elgard mau menerimaku sebagai istrinya. Tetapi hatinya terlanjur benci padaku.' lirih Olivia, ingin rasanya ia menyerah saja."I'm the first to say that I'm not perfect~" Bella tengah asyik bernyanyi seraya menunggu pengunjung cofee semakin bertambah."Permisi, apa di sini ada lowongan kerja?" seorang lelaki yang menggunakan kacamata itu bertanya pada Bella membuat Bella menoleh padanya."Hm?" Bella masih belum fokus."Apa ada lowongan pekerjaan di sini?" tanyanya lagi."Emmm.." Bella celingukan ke kanan dan ke kiri mencari sosok kakek Pion tidak ada. Ke mana kakek? Harusnya ini kan berurusan sama dia.Bella terdiam, mungkin lelaki tersebut akan merasa kecewa karena surat lamaran yang ia buat tidak diterima. Setidaknya jika Kakek Pion menolaknya sebagai karyawan, lelaki ini tidak akan terlalu kecewa karena surat lamarannya sudah sampai ke pemilik cafe ini.Bella tersenyum, "Aku tidak tahu di sini ada lowongan atau tidak, dan pemiliknya tidak ada di sini. Mungkin jika lamarannya saya ambil nanti a
"Silahkan datang kembali," sapa Bella pada salah satu pelanggan seraya memberikan makanan yang akan dibawa pulang. Bella menunduk, ia terduduk di kursi dapur seraya menunggu pelanggan kembali. Kakek Pion berada di mesin kasir seraya membaca koran yang baru saja diterima pagi tadi. "Bella, tau nggak?" ujar Kakek Pion tiba-tiba membuka suaranya. "Ada apa, Kakek?" tanya Bella. "Jaman sekarang ini anak perempuan itu harus bisa menjaga dirinya." Bella menoleh dengan refleks, ia menelan salivanya. "Maksudnya, Kakek?" Bella menatap tanpa berkedip, Bella tahu yang kakek Pion maksud. "You know lah, ada banyak korban pelecehan pada gadis. Ini beritanya masih anget." Bella berdiri, "I-iya... Kakek, Bella mau masak buat kakek. Nanti kakek jadi jurinya ya." Pinta Bella. "Emang bisa masak?" "Ya bisa dong!" "Coba," "Jadi! Pertama-tama Bella mau masak nasi goreng special yan
Malam sudah tiba, jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Cafe harus tutup. Kakek Pion akan bersiap-siap untuk segera pulang. Namun Bella masih sibuk dengan kain lap di tangannya dan berusaha membersihkan meja. "Nah Bella, jaga cafe dan jangan lupa istirahat!" ujar Kakek seraya tersenyum dan memberikan kunci cadangannya pada Bella. Bella menerima kunci itu, "siap laksanakan! Bella akan jaga cafenya dengan aman seaman-amannya!" "Oh iya, jangan lupa juga itu kalau malem-malem laper kamu masak aja sendiri." Ujar Kakek Pion. Bella mengangguk mantap, "siap! Laksamanakan!" jawab Bella. "Selamat malam, kakek!" ujar Bella. Kakek melambaikan tangannya, "iya." Lalu ia keluar Cafe.
Aku tersenyum sebentar seraya menatap susu kaleng yang sudah di tanganku. Aku berbalik, ujaranku terhenti saat orang yang membantuku tidak ada di belakangku."Terima ka─""Lah? Mana orang tadi?" tanyaku pada diri sendiri.Aku celingukkan ke kanan dan ke kiri, lalu aku mengintip di sela-sela lemari bahan makanan namun orang tadi tidak ada.Badanku berkeringat, tubuhku menggigil, apakah yang membantuku tadi adalah bukan orang melainkan... Hantu!Aku bergidik, lalu dengan cepat berjalan pada kasir dan menunggu antrean. Kasir di sini sangat sibuk, aku bahkan antre di bagian yang masih sedikit jauh. Sudah mirip seperti antre sembako saja.Aku menunggu lima belas menit di sana, meski sibuk sang kasir hanya ada satu orang. Kasihan, dia sudah susah payah untuk bergerak cepat melayani pembeli.Sekarang adalah giliranku, saat aku akan menyimpan barangku ke hadapan kasir, tiba-tiba gadis aneh menyerbu dan cepat-cepat ia mengambil antrean y






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews