09.55
Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana biasanya aku menghabiskan sepanjang hariku untuk rebahan dan melakukan berbagai hal yang aku suka di rumah. Namun, kali ini berbeda dari biasanya. Aku tiba-tiba mendapat panggilan dari seseorang yang ternyata adalah Naomi. Dia mengajakku untuk menemaninya berbelanja, seperti kali terakhir kita bertemu.
“Berbelanja lagi??” Ujarku dalam hati dengan rasa bingung.
“Erin, kamu bisa, bukan?” Tanya Naomi sekali lagi.
“Hmm... iya, baiklah, boleh saja. Tapi sepertinya aku baru bisa datang sedikit lebih siang. Tidak apa, bukan?” Ucapku yang masih berselimutkan piyama.
“Iya, tidak apa. Langsung kabari aku saja, jika kamu sudah siap. Aku tunggu, ya!” Ucap Naomi menyelesaikan pembicaraan kita di telepon.
***
Aku janjian dengan Naomi untuk bertemu langsung di depan sebuah Mal yang Naomi pilih. Ketika aku tiba di sana, aku
“Erin? Disini!” Panggil Lulu sambil melambaikan tangan kepada aku, yang baru saja tiba di kantin sekolah.Seketika aku menjadi perhatian para murid yang berada di kantin. Segera setelah Lulu memanggil, aku langsung menjadi pusat perhatian banyak orang. Wajah mereka tampak begitu penasaran melihat aku yang bukan siapa-siapa ini bergabung dengan orang-orang seperti Naomi dan kawan-kawannya, idola para murid di sekolah.“Rin, seperti biasa ya...” Ucap Viola kepadaku, yang baru saja duduk.“Em... baiklah. Aku akan pergi untuk membelinya.” Jawabku yang langsung paham akan perkataan Viola dan kemudian pergi untuk membeli pesanan mereka seperti biasanya.Ya, seperti biasanya... Aku mulai terbiasa dengan ini. Jujur, aku sebenarnya tahu jika aku memang dimanfaatkan oleh mereka. Namun, sepertinya aku begitu menikmati kepopuleran yang aku dapatkan, karena hubungan yang aku jalin dengan para gadis ini. Aku sepertinya sangat mendamb
Sejak perbincangan hari itu, hubunganku dengan Ryan mendadak menjadi renggang. Aku dan Ryan yang biasanya selalu bersama untuk menghabiskan sebagian besar waktu di Sekolah, namun kini tampak seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain. Ryan tidak pernah menyapaku sejak saat itu. Bahkan untuk menatap wajahku saja, sepertinya dia tidak sudi. Tiba-tiba dia berubah menjadi sosok pria yang bersikap dingin hingga membuatku tidak memiliki keberanian untuk mendekatinya. “Erin... Ayo kita pulang!” Ucap Naomi yang datang ke kelasku untuk mengajak pulang bersama. “Em. Ayo!!” Ucapku kepada Naomi sambil tersenyum, namun kemudian menjadi mendadak murung dan terdiam sambil menatap punggung Ryan, pria yang sejak kemarin sama sekali tidak pernah menyapa bahkan melihat wajahku lagi. “Ayo??” Ucap Naomi menyadarkan lamunanku. *** “Kamu sedang bertengkar dengan Ryan, ya? Biasanya kalian terus terlihat bersama... sampai-sampai para murid di Se
07.30 Ketika aku tiba di sekolah, suasana begitu terasa berbeda. Semua orang tampak berbisik-bisik membicarakan suatu hal yang begitu menarik. Aku merasa mereka membicarakan suatu hal yang sama, karena ekspresi wajah yang mereka perlihatkan tampak mirip satu sama lain. Kaget? Jijik? Senang? Heran??“Eh! Kamu itu gadis yang sering bersama dengan Naomi akhir-akhir ini, bukan??” Tanya salah satu siswi yang tiba-tiba mendekatiku.“Em, iya. Ada apa, ya?” Tanyaku heran dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu.“Sepertinya kamu harus menjauhi perempuan itu mulai sekarang. Hmmm... atau jangan-jangan kamu sama dengannya!? Ihh! Tiba-tiba aku menjadi takut juga denganmu.” Ucap gadis itu kepadaku, yang kemudian tiba-tiba pergi menjauhiku seperti merasa jijik.Aku menjadi penasaran akan apa yang dikatakan oleh siswi tadi. Aku berusaha melirik layar ponsel orang-orang di sekitarku. Namun, setiap kali aku mulai me
Segera setelah Ryan berkata seperti itu, Bu Rona, salah satu Guru Killer di Sekolah kami itu pun datang. Karena beliau mendengar laporan dari para siswa tentang adanya keributan di kamar mandi perempuan lantai 5. "Apa ini!? Apa yang kalian semua sedang lakukan? Dan kamu, Ryan! Mengapa kamu ada di kamar mandi perempuan!?" Ucap Bu Rona melontarkan berbagai pertanyaan kepada kami. Kami bertiga pun ikut ke ruang Guru sesuai yang diperintahkan oleh Bu Rona. Namun, Ryan diperbolehkan untuk pergi terlebih dahulu, karena ini adalah permasalahanku dengan Naomi. "Kamu tidak apa... jika aku pergi??" Tanya Ryan yang tampak begitu khawatir kepadaku. "Em. Tidak apa." Jawabku sambil mengangguk pelan, dan setelah perkataanku itu Ryan akhirnya pergi keluar sesuai perintah Bu Rona. "Kalian berdua, duduk!" Perintah Bu Rona dengan nada tegas seperti biasanya. Bu Rona duduk tegak sambil menyilangkan tangannya dan memasang wajah garang andalannya,
Hari ini, keesokan harinya setelah kejadian itu, aku diperbolehkan untuk tidak masuk sekolah. Bu Rona meminta izin ke Sekolah agar membiarkan aku dan Naomi untuk belajar dari rumah selama dua hari selanjutnya, sampai hari Sabtu nanti. Bu Rona menyarankan hal itu, supaya kami bisa menenangkan diri terlebih dahulu. Beliau tahu bahwa aku dan Naomi pastinya juga tidak akan fokus belajar, jika harus ke Sekolah dalam situasi seperti ini. Bu Guru Killer satu ini memang terkenal pengertian. Dibalik sosoknya yang tampak seperti pembunuh berdarah dingin, tapi hatinya begitu penuh kasih bagai malaikat. *** 09.35 Hari ini, hari Minggu. Aku pergi ke Pasar untuk menemani Ibu membeli berbagai kebutuhan di Toko Laundry dan juga berbelanja untuk kebutuhan bulanan. Kami berangkat ke Pasar sedari pagi hari, dan baru pulang ke rumah di saat hari mulai petang. *** 17.30 “
Setibanya aku di Sekolah, aku langsung bergegas masuk ke ka kamar mandi karena sudah kebelet sejak di dalam bus tadi. Aku akhirnya selesai dengan urusanku dan langsung keluar. Namun, seketika setelah membuka pintu, tubuhku langsung terdiam kaku karena melihat pantulan wajah seseorang yang ada di dalam cermin kamar mandi. Dia kaget, aku pun kaget. Kami berdua sama-sama hanya terdiam, saling menatap satu sama lain. Suasana menjadi begitu canggung dan sunyi. Perempuan yang ada dihadapanku ini adalah gadis yang begitu aku ingin temui sejak kemarin. Ya, gadis di hadapanku ini adalah Naomi. "Hmm... Haalo... " Jawab Naomi dengan senyuman yang terlihat canggung. Aku langsung menjawab sapaannya dengan sebuah pelukan hangat. Aku benar-benar bingung harus berkata apa kepadanya. Begitu banyak yang hal yang ingin aku bicarakan. Segera setelah aku memeluk Naomi, kami berdua langsung menangis tersedu-sedu sambil sesekali menatap wajah masing-masing, kemudian terseny
Ketika jam istirahat tiba, aku langsung bergegas untuk menghampiri Naomi di kelasnya. Namun sebelum aku masuk ke kelas Naomi, langkahku tiba-tiba terhenti. Dari balik jendela, aku melihat Naomi yang sedang duduk seorang diri di kelasnya. Gadis itu tampak begitu murung dan tidak terlihat bersemangat untuk merapikan alat tulis dan buku di mejanya. Seorang Naomi, gadis populer di Sekolah yang biasanya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis cantik lainnya. Seorang gadis yang biasanya selalu menjadi pusat perhatian para siswa di Sekolah. Tapi, apa yang aku lihat sekarang?? Aku tidak menyangka bahwa peristiwa yang terjadi waktu itu dapat mengubah kehidupan Naomi seketika. Peristiwa yang sebenarnya sudah terungkap kebenarannya. Ya, sudah terbukti bahwa berita itu bohong dan Naomi tidak melakukan hal seperti yang digosipkan itu. Namun, mengapa orang-orang ini tetap bersikap seperti itu terhadap Naomi?? Mengapa mereka terlihat begitu membeci Naomi? Sekarang, seharusnya orang-orang inila
Kriiinggggg~ "Erinn!!" Panggil Naomi yang telah menungguku di depan pintu kelas. "Ehh! Iya sebentar.." Jawabku sambil memasukkan buku dan semua peralatan sekolahku ke dalam tas. “Ayo!” *** Aku dan Naomi tiba di salah satu Mal besar di tengah kota. Hari ini, kami berniat untuk datang ke acara fanmeeting Idola kami yang diadakan di dalam Mal ini. Ini pertama kalinya bagiku untuk datang ke acara seperti ini. Aku mampu datang ke sini berkat Naomi. Setelah dia tahu bahwa ternyata kami punya Idola yang sama, Naomi segera membelikan tiket untukku secara cuma-cuma. "Woaahhh akhirnya aku bisa melihatnya secara langsung!" Ucapku sambil tersenyum lebar menatap Idolaku yang berdiri tepat didepan mataku. "Dia benar-benar tampan!! Lebih dari yang aku bayangkan selama ini." Lanjutku sambil terus menatap Idolaku itu. "Akkhhh akhirnya aku bisa melihat tanda tangannya!!" Ucapku sambil melompat kegirangan kepada