Edric mengerjap dua kali mendengar kalimat yang dilontarkan Zura. Sorot mata dan juga nada bicara perempuan itu seperti menyiratkan suatu makna yang membuat dada Edric berdebar lebih kencang. Apakah ... gadis itu sudah mengetahui semuanya? Tentang kecelakaan itu? Apa Zura sudah mengetahuinya? Oh no!
Edric berubah menjadi gugup. Padahal seharusnya dia lah yang mengintimidasi Zura. Namun rasa cemas akan anggapan Zura sudah mengetahui rahasia yang selama ini dia simpan, tidak dapat dicegah untuk datang menghampiri laki-laki itu.
Tapi tidak mungkin. Bukankah saat melihat Hendry kemarin, Zura pun biasa saja? Dia mungkin mengingat ibunya, tapi tidak mengingat kejadian waktu itu. Mungkin kah??
"Ehm." Edric kemudian memilih untuk menetralkan sikapnya. Lebih baik berpositif thinking dari pada menduga yang tidak-tidak. Anggap saja Zura memang hanya tidak terima akan cara Edric yang menilainya sebatang kara.
"Saya tidak bermaksud apapun, apalagi ingin men
Ikuttttttt
Kembali ke kamar inap Chris. Setelah Edric pergi menarik Patricia keluar dari sana, keempat orang itu sudah bisa dipastikan langsung membahas tentang pertunangan cucu sulung Chris dengan puteri pengusaha kaya bermarga Roby itu. "Apa yang sudah kami lewatkan?" Chris menuntut penjelasan dari anak dan menantunya. Ingat 'kan dia hampir saja membuat kekacauan lantaran tidak mengetahui apa-apa? Amber dengan cepat menyentuh punggung tangan Chris sebelum mulai berbicara. Dia meremas tangan suaminya pelan sambil tersenyum lembut. "Chris. Dulu sebenarnya aku sudah ingin menceritakan sesuatu kepadamu. Tapi aku selalu lupa. Faktor usia, aku sudah sering melupakan hal-hal penting." "Menceritakan apa?" "Tapi berjanjilah kau tidak akan over reacted." "Tell me, Amber!" Chris malah menjadi tidak sabaran Amber pun melihat ke arah Chalondra sebentar. Seperti meminta izin untuk menceritakan hal yang sampai detik ini masih dia anggap sebagai rahasia
Mean while in Dubai.Radesh kembali melakukan visit rutin ke pabrik utama Eco Paper. Setelah beberapa kali trial and error, akhirnya tim produksi Eco berhasil menemukan formula bahan-bahan baku yang tepat untuk menghasilkan produk tisu travel pack yang ukuran serta gramasinya sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak Radesh. "Kalau begitu kita sudah bisa lanjut ke tahap berikutnya, Pak. Paper machine kita yang baru sudah siap untuk dipakai," terang Yonathan yang berada di sebelahnya sejak tadi. Mereka berjalan santai melewati banyak orang yang sedang bekerja dan menggantungkan hidup mereka di perusahaan Ed ini."Ya, lebih cepat lebih baik. Saya sudah tidak sabar melihat produk kita beredar di pasaran. Jangan hanya melihat milik kompetitor saja" Radesh terlihat sangat excited. Senyum sumringah di wajahnya membuat Yonathan dan karyawan yang dia lewati pun menjadi ikut tersenyum. Kebahagiaan memang bisa menular begitu saja."Benar sekali, Pak. Saya j
Zura menatap layar ponselnya dengan gamang. Nama Edric tertera di sana untuk yang ke sekian kalinya. Setelah kembali dari rumah sakit, dia langsung pulang ke apartemen dan menghabiskan waktu bersama Embun. Oh come on, dia adalah cucu Galaxy Group. Tidak kembali ke kantor pun tidak masalah. Yang jadi masalah itu kalau identitas puterimu sudah diketahui oleh ayah kandungnya. Zura sampai tidak tau harus berkata apa.“What?” Zura kembali flashback ke percakapan dia dan Edric di dalam mobil tadi. Setelah pria itu mengutarakan permintaannya untuk tidak menjauhkan dia dari Embun."Kamu mendengar kata-kata saya dengan jelas, Zura." Edric menolak untuk percaya akan raut wajah Zura yang terlihat kebingungan."Siapa yang anak kita? Embun bukan anak Bapak." Zura menjauhkan dirinya dari Edric dan mencoba menguasai detak jantung yang mulai memburu."Are you sure?" Edric kembali menarik pergelangan tangan wanita itu, berencana melihat air m
Untuk pertama kalinya mereka malam bertiga. Edric, Zura dan Embun. Oke, ada Santi juga sebagai pelengkap. Bagi Zura, ini sedikit mendebarkan. Sekalipun tidak pernah terlintas di benaknya hal seperti ini akan terjadi. I mean, Edric datang ke apartemennya, bermain tanpa beban dengan Embun, lalu makan bersama layaknya keluarga kecil yang bahagia. Dia terlalu naif untuk mengakui jika diam-diam dia menyukai ini. Setelah selesai makan, Edric bertanya kepada Zura apa yang biasanya Embun lakukan menjelang tidur. "Cuci muka, ganti baju, baca dongeng," jawab Zura. "Oke, saya bagian membaca dongeng saja." "Tapi ini sudah malam, Pak." Zura menunjuk jam di dinding. Sudah jam delapan malam. Namun bukan Edric namanya jika mengindahkan perkataan wanita itu. Dia justru menyuruh Zura untuk segera membawa Embun. Semuanya berjalan dengan cepat. Edric membacakan dongeng dan menghantarkan anak kecil itu tidur dengan pulas di dekapannya. Di
Jika Edric saja sudah terkejut dengan kabar yang baru saja dia terima, apalagi Dom yang selama ini menjadikan Yonathan sebagai tangan kanannya, sumber informasinya."Bagaimana kejadiannya?" tanyanya dengan nada biasa. Edric tidak pernah tau jika ayahnya dekat dengan Yonathan."Belum tau pasti, Pa. Katanya masih sedang diusut pihak yang berwajib." Edric meletakkan ponselnya dengan sedikit kebingungan. Kabar ini bagaikan petir di siang bolong yang sama sekali tidak pernah dia duga. Perasaan mereka baru juga bertemu kemarin di Dubai."Kabari kami setiap ada perkembangan ataupun informasi baru," pinta Dominic dengan serius dan dijawab dengan anggukan oleh Edric.Sementara itu di kediaman Zura. Sudah satu jam berlalu sejak Edric meninggalkan apartemennya. Namun kedua mata wanita itu tak kunjung terpejam. Dia tidur menyamping seraya memandangi Embun yang sedang tertidur dengan pulas.Kembali mengulang kejadian yang masih begitu le
Sudah pukul sebelas malam, tapi sampai sekarang kedua mata Dominic belum bisa terpejam. Chalondra sejak tadi sudah tidur dan dia hanya bisa memandangi sang istri sambil terus berpikir. Entah kenapa feeling-nya mengatakan jika kecelakaan Yonathan ini bukanlah sebuah kebetulan. Walaupun belum tau apa dasarnya dia berpikir demikian, Dom hanya sangat yakin kalau ini terlalu mencurigakan. Berdasarkan info dari Edric, siang harinya Yonathan dan Radesh sedang kunjungan ke pabrik Eco Paper dan berdasarkan saksi mata yang ada di sana pula, mereka terlihat baik-baik saja, tidak ada cekcok atau sejenisnya. Dominic menyugar rambutnya ke belakang. Memilih untuk turun dari kasur dan membawa ponselnya ikut serta keluar ke balkon kamar. Satu-satunya orang yang ingin dia hubungi sekarang adalah ayah mertuanya, Chriss Ellordi. "Dom, malam sekali. Ada apa. Uhukk." Chris menjawab. Sesaat Dom lega karena ayah mertuanya masih berkenan mengangkat panggilannya. "Pa, salah se
Mood Zoey terlanjur hilang sejak anak buahnya membeberkan informasi yang selama ini tidak dia ketahui. Mendadak statusnya sebagai kembaran Zac dipertanyakan karena orang-orang justru lebih cepat mendapat update tentang hubungan laki-laki itu dengan Donna ketimbang dirinya. Kembali ke kantor dengan wajah yang masih ditekuk, Zoey langsung masuk ke ruangan Zac. Pintu dia gebrak begitu saja tanpa perduli ada orang yang mendengar.“Holy shit!!” Zac tersentak di mejanya. Kedua tangannya yang sedang mengetik di keyboard Imac terangkat dengan spontan seperti orang yang sedang digerebek polisi. “What’s wrong, Jo?” tanyanya masih dengan nada tinggi.Zoey tidak menjawab. Malah duduk di sofa dan mengangkat salah satu pahanya menimpa paha yang lain sembari memangku tangan di dada. Wajahnya sama sekali tidak ramah. Kedua matanya
Edric dan Zura kembali ke Jakarta dengan perasaan yang dipenuhi tanda tanya. Tadi mereka tidak jadi masuk ke rumah duka lantaran istri Yonathan mengatakan semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya semakin terasa aneh karena wanita itu memberi tahu kepada mereka bahwa ada yang mengirim se koper uang tunai kepadanya sebagai bentuk jaminan jenazah suaminya akan tiba di rumah dengan selamat. Siapa? Dan untuk apa? Jika itu bukan orang Eco, then who? Siapa juga orang asing yang tiba-tiba mengenal keluarga Yonathan dan berbaik hati memberikan banyak uang dan bersedia mengurus semua hal tentang Yonathan di Dubai??? Tangan kiri Edric berada di kemudi sedangkan tangan kanannya bertopang di space kosong yang ada di pintu. Sedari tadi dia mencoba mengingat-ingat siapa saja karyawan Eco Paper yang berasal dari Indonesia. Bisa saja, semasa hidupnya, Yonathan sempat berbagi cerita tentang keluarganya. Edric mengambil ponselnya dan mencari nomor H