Share

Bab 5

Author: Natalie
Calvin terdiam sejenak, jantungnya berdetak lebih cepat.

Dia tersadar, mengerutkan kening, langsung berjalan mendekat untuk menopang Jessica. Kemudian, dia bertanya, "Bagaimana kamu bisa terluka?"

Ketika Ricky yang ada di samping melihat ibunya dalam keadaan seperti ini, dia teringat akan kata-katanya tadi, lalu langsung mengatupkan bibir.

Entah mengapa, ada perasaan sesak di hatinya.

Selain itu, ada pula sedikit penyesalan.

Kata-kata yang dia ucapkan tadi bukan dari hatinya .... Ricky hanya merasa marah karena dua hari ini ibunya mengabaikannya. Dia juga tidak menemaninya berlatih biola seperti dulu.

Sindy berkedip, menunjukkan senyuman, lalu berkata dengan nada ramah, "Calvin, meski aku nggak tahu bagaimana Nona Jessica bisa terluka, tapi biarkan Dokter Vandy memeriksanya dulu sekarang. Kemarin saat aku terluka, Dokter Vandy juga membantuku."

Dokter Vandy yang dimaksud Sindy adalah Vandy Alan, sahabat masa kecil Calvin.

Vandy adalah dokter andalan di rumah sakit ini, sangat sulit untuk membuat janji dengannya. Selain keluarga Calvin, orang lain harus membuat janji khusus, harus mengantre. Beberapa kali ketika Sindy terluka, Vandy yang membantu menanganinya.

Sindy sedang mengingatkan Jessica bahwa dia sangat penting di hati Calvin.

Jessica hanya memikirkan tentang kepergiannya.

Vandy memiliki tingkat keahlian yang tinggi. Jika Jessica bisa sembuh lebih cepat, dia bisa pergi tepat waktu.

"Baiklah."

Jessica tersenyum, tetapi tidak menolaknya.

Luka Jessica ditangani dengan cepat. Sebelumnya, untuk menghindari tetanus pada lukanya, Vandy menyuruh orang memberikan infus pada Jessica.

Sindy masih ada urusan lain yang harus dilakukan, jadi dia pergi lebih dulu.

Entah karena obat yang diberikan mengandung penenang, ditambah semalam Jessica tidak tidur dengan nyenyak, dia mengantuk hingga tertidur.

"Kali ini cederanya nggak seserius saat tahun pertama kuliah," ujar Vandy dengan tiba-tiba sambil menatap Calvin.

Calvin mengerutkan kening. "Tahun pertama kuliah?"

"Kamu nggak tahu?" Vandy mengangkat alisnya. "Saat tahun pertama kuliah, kamu membela Sindy. Lalu, ada orang yang ingin mencari masalah denganmu. Jessica membawa pengawal untuk menghadang mereka. Kemudian, sekelompok orang itu ingin mempermalukannya untuk melampiaskan dendam. Dia dan Rowan mengalahkan sekelompok orang itu berdua. Jessica sendiri juga terluka parah, tapi dia masih menyuruh mereka untuk pergi jauh, jangan mengganggumu."

Saat itu Keluarga Sudarso masih belum mengalami masalah. Jessica masih putri keluarga kaya yang sombong dan keras kepala.

Dia punya karakter yang penuh semangat serta ceria, bisa melakukan banyak hal.

Tidak sedikit orang yang mengejarnya.

Namun, semua orang tahu bahwa Jessica hanya memiliki Calvin di hatinya.

Calvin terdiam.

Saat itu, Sindy sedang menjadi target seseorang. Calvin yang tidak tahan melihatnya, akhirnya membela Sindy. Namun, pihak lawan memberikan ancaman keras padanya.

Calvin mengira, kekuatan Keluarga Wijaya yang menakuti mereka pada waktu itu. Dia tidak menyangka itu semua karena Jessica.

Vandy tersenyum pahit, menepuk bahu Calvin, lalu menasihati, "Aku khawatir mungkin ada kesalahpahaman di antara dirimu dan Jessica. Sebagai sahabatmu, aku akan menasihatimu. Jessica bukan orang yang suka memainkan trik licik. Meskipun saat itu Keluarga Sudarso sudah terjatuh, dia nggak akan merencanakan hal seperti itu. Terkadang, prasangka yang terlalu berat akan membuat kita kehilangan banyak hal."

Vandy melangkah pergi setelah mengatakan ini.

Calvin mengeluarkan sebatang rokok. Dia melirik ke tanda larangan merokok, lalu pandangannya jatuh pada wajah Jessica yang sedang tertidur nyenyak. Calvin pun tidak menyalakan rokoknya.

Jessica sepertinya tidak tidur dengan tenang. Kulitnya tampak putih dan halus, bahkan bulu halus tipis bisa terlihat samar. Bulu mata Jessica bergetar sedikit, sepertinya dia tampak gelisah.

Meskipun sedang terluka, bibirnya tampak berwarna merah segar, sementara wajahnya halus dan cantik.

Sama seperti pertemuan pertama mereka bertahun-tahun lalu.

Ketika Calvin melihat pemandangan ini, matanya menjadi dalam.

Jessica sudah mengikutinya sejak di SMA. Keluarga Sudarso dan Keluarga Wijaya memiliki hubungan yang dekat, tetapi Calvin tidak begitu menyukai Jessica yang agak manja ini.

Kemudian, Keluarga Sudarso mengalami masalah, sementara Jessica menikah dengannya karena hamil.

Calvin menganggap semua ini adalah sebuah konspirasi. Namun, bagaimana jika semua ini seperti yang dikatakan Vandy, hanya sebuah kesalahpahaman?

Calvin merasa makin gelisah.

Dia menarik pandangan, mengirimkan pesan ke sekretarisnya: [Selidiki lagi masalah Jessica yang dulu memberikan obat padaku.]

Mata Ricky yang ada di samping tampak memerah. Dia mengangkat kepala, lalu berkata, "Ayah, aku nggak bermaksud mengutuk Ibu agar terluka. Aku hanya marah karena Ibu mengabaikanku ...."

Calvin mengusap kepala anaknya.

Dia menatap Jessica, pandangannya menjadi lebih gelap, sementara suaranya rendah.

"Nggak apa-apa. Nanti saat Ibu bangun, kita akan minta maaf padanya. Dia nggak akan marah padamu."

Jika dulu hal itu benar-benar hanya sebuah kecelakaan.

Calvin juga berutang permintaan maaf padanya.

Mulai sekarang, Calvin akan memperlakukan Jessica dengan lebih baik.

Mungkin kakeknya benar. Hubungannya dengan Sindy seharusnya sudah menjadi masa lalu.

Jessica tidur sangat nyenyak kali ini.

Mimpinya datang silih berganti.

Calvin yang berusia enam belas tahun memakai kemeja putih dan celana hitam. Pada sore hari, pria itu memberikan origami yang sudah dilipat padanya.

"Jangan menangis. Katakan pada Kakak, siapa yang mengganggumu?"

Cahaya sore hari terasa hangat.

Wajah remaja laki-laki itu menunjukkan sikap dingin yang tak biasa, sementara gadis kecil berusia empat belas tahun itu menatapnya dengan pandangan kosong.

Gadis itu dimarahi karena sudah memecahkan barang antik milik ayahnya.

Setelah mendengar kata-kata pemuda itu, gadis itu berkedip dengan bulu mata yang masih basah karena air mata.

Penampilannya tampak sedikit bodoh.

Namun, gadis itu berpikir dalam hati, 'Kakak ini benar-benar bodoh. Mana mungkin ada yang berani menggangguku?'

"Mana yang sakit?"

Mimpi dan kenyataan saling bercampur. Suara rendah seorang pria membangunkan Jessica dari mimpinya.

Ketika melihat Calvin yang kini sudah dewasa dan tampak dingin, Jessica baru tersadar dari mimpinya.

"Aku nggak apa-apa."

Jessica menggelengkan kepala. Namun, ada perasaan lega sekaligus melankolis setelah baru saja bangun dari mimpi.

Dia mulai jatuh cinta pada pria ini sejak berusia 14 tahun.

Kemudian, mulai mengejar Calvin sejak usia 17 tahun.

Sekarang, Jessica akhirnya belajar untuk menyerah di usia 26 tahun.

Mungkin karena cederanya, Jessica bersikap sangat penurut.

Calvin tiba-tiba teringat akan penampilan wanita ini saat mereka pertama kali bertemu. Hati Calvin melembut, bahkan nada suaranya menjadi hangat.

"Naiklah ke mobil. Ayo kita pulang."

Jessica terdiam.

Dia merasa sedikit terkejut dengan nada suara Calvin. Namun, Jessica tidak membantah, hanya tersenyum simpul, lalu berujar, "Baiklah."

Ketika Ricky melihat penampilan ibunya yang seperti ini, hidungnya terasa perih. Dia memegang tangan ibunya dengan patuh.

Setelah naik ke mobil.

Ricky teringat akan kata-kata ayahnya. Dia menatap Jessica dengan penuh kegelisahan, mengerucutkan mulut kecilnya, lalu berujar, "Ibu, maafkan aku. Aku nggak bermaksud mengucapkan kata-kata itu."

Ibunya memang tidak sebanding dengan Bibi Sindy.

Namun, dia tetap adalah ibunya sendiri.

Jessica terdiam.

Ini adalah pertama kalinya anaknya meminta maaf padanya.

Namun, entah mengapa Jessica tidak merasa tersentuh sama sekali.

Saat mengingat kata-kata anaknya di rumah sakit, hatinya merasa tenang tanpa gelombang.

Jessica tersenyum. "Nggak apa-apa, Ibu nggak menyalahkanmu."

Anaknya ini hanya tidak mencintainya.

Dia meminta maaf hanya karena pendidikan yang diterimanya sejak kecil, yang membuatnya belajar menjadi anak yang baik.

Ricky tampak lega mendengar ini. Tangan kecilnya masih memegang ujung baju Jessica.

Pada saat ini, Calvin yang melihat pemandangan ini tiba-tiba bertanya, "Minggu depan adalah ulang tahunmu. Apa ada yang ingin kamu lakukan untuk merayakannya?"

Jessica terdiam, baru menyadarinya.

Sehari sebelum kepergiannya adalah ulang tahunnya yang ke-26.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 100

    Calvin mengernyit, suaranya dalam dan berat saat berkata, "Tapi, di hatiku cuma ada kamu."Begitu kalimat itu keluar, Jessica tiba-tiba tertawa.Tawa di dalam ruangan makin keras, membuat ekspresi Calvin tampak khawatir. Dia menatap Jessica dengan cemas.Beberapa detik kemudian.Jessica menyeka air mata di sudut matanya, lalu membuka mulut, mengucapkan setiap kata dengan tegas."Di hatimu benaran cuma ada aku atau cuma karena sifat posesifmu?"Selama tujuh tahun menikah, berapa kali Calvin lebih memilih Sindy daripada dirinya?Sekarang, masih bisa-bisanya pura-pura sangat cinta?Jessica menyunggingkan senyum tipis, lalu berbalik pergi tanpa menoleh sedikit pun.Calvin sempat mengulurkan tangan, tetapi matanya penuh penyesalan.Melihat sosok ramping itu benar-benar menghilang dari pandangan, dia berdiri terpaku dan tak bisa bergerak.Sementara itu.Cahaya pagi menembus jendela dan jatuh ke dalam kamar.Setelah Jessica kembali, dia mendapati Ella sudah terbangun.Gadis itu menatap kosong

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 99

    Calvin mendengar pertanyaan Ricky. Gerakannya sempat terhenti sejenak, teringat akan sikap dingin Jessica kemarin.Karena insiden pura-pura sakit waktu itu, dia tahu Jessica sudah kehilangan kepercayaan pada mereka berdua.Namun.Saat menatap mata Ricky yang penuh harap, Calvin membuka mulut, suaranya agak serak."Ricky, Ayah akan cari cara."Ricky menunduk kecewa karena tak mendapat jawaban pasti.Beberapa saat kemudian.Ricky berkata dengan lirih, "Sayangnya, aku nggak ketemu kunang-kunang."Mendengar itu, ekspresi Calvin langsung dingin. Nada suaranya tegas saat dia berujar, "Lain kali kamu nggak boleh pergi sendiri ke tempat berbahaya. Paham?"Ricky memalingkan wajahnya. Dia menggumam."Tapi, aku mau tangkap kunang-kunang buat Ibu. Kalau Ibu senang, dia mau ajak aku ke taman hiburan. Ayah 'kan sibuk terus, makanya aku pergi sendiri."Kelopak mata Calvin sedikit berkedut. Hatinya campur aduk antara lelah dan perih. Dia hendak bicara saat tiba-tiba ….Tok, tok!Terdengar ketukan pint

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 98

    Jessica bisa memahami perasaan Dany saat ini. Dia mengangguk ringan dan berkata dengan suara pengertian."Ya, kalau butuh bantuan, bilang saja."Setelah Dany pergi, suasana di sekitar langsung hening.Kamar rumah sakit ini cukup luas. Selain ranjang tempat Ella berbaring, di sebelahnya juga ada satu ranjang lipat untuk pendamping.Jessica berencana bermalam di sini malam ini. Dia merogoh saku, hendak mengambil ponselnya, tetapi malah menemukan dua ponsel.Ternyata, saat buru-buru keluar tadi, dia tak sengaja membawa ponsel milik Ella.Tring!Suara notifikasi pesan tiba-tiba terdengar.Jessica melirik ke arah Ella yang tertidur pulas, lalu tanpa sadar matanya menatap ke layar ponsel yang menyala."Kematian Soni itu salah kamu!""Kalau saja kamu nggak minta putus, dia nggak akan nekat bunuh diri.""Kamu masih bisa hidup setelah semua itu?"…Mata Jessica membelalak, pupil matanya menyempit. Melihat pesan-pesan jahat itu, rasa penasaran yang selama ini dia simpan akhirnya terjawab.Pantas

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 97

    Jessica mengernyitkan dahi. Begitu melihat Calvin, reaksi pertamanya adalah menghindar. Dia tak ingin terlibat urusan apa pun lagi dengan mereka.Namun.Tepat saat itu, Calvin seperti menyadari keberadaannya, lalu menoleh dan melihat ke arahnya.Pandangan mereka bertemu. Tatapan mereka saling mengunci.Sorot mata Calvin agak cerah. Dia melangkah cepat mendekat, suaranya terdengar agak terkejut."Jessica, kamu juga di sini?"Lalu, ekspresinya berubah jadi cemas dan perhatian."Ada apa? Kamu sakit?"Jessica menatapnya dingin, menggeleng pelan. Dia menjawab, "Terima kasih atas perhatian Pak Calvin. Aku baik-baik saja."Calvin menghela napas lega, tetapi melihat sikap dinginnya, hatinya terasa sesak.Suasana mendadak jadi canggung.Jessica menatap mereka berdua dengan sorot dingin, lalu berbalik hendak pergi. Namun, Calvin tiba-tiba menarik pergelangan tangannya."Jessica, dengar dulu penjelasanku."Ekspresinya penuh keteguhan. Dia langsung menumpahkan semua yang belum sempat dikatakan di

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 96

    Wajah Ella pucat seperti kertas, tubuhnya sedingin es, dan dia sudah pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah.Dany langsung menggendongnya dan melangkah cepat menuruni tangga, sementara Jessica memungut ponselnya dan segera menyusul.Tak lama, mereka tiba di rumah sakit. Ella langsung dibawa ke ruang gawat darurat.Di lorong rumah sakit.Jessica menunduk. Ekspresinya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Nada suaranya terdengar berat."Ini semua salahku. Kalau saja aku lebih cepat menyadari perubahan suasana hati Ella, semua ini pasti nggak akan terjadi."Beberapa hari ini, dia terlalu sibuk menyelidiki masalah Keluarga Sudarso, ditambah Ella memang sudah lama tidak kambuh, makanya Jessica menjadi lengah.Namun, Dany sama sekali tidak menyalahkannya. Dia mengepalkan tangan dan memukulkannya ke dinding dengan keras, seolah tak merasakan sakit sedikit pun."Ini bukan salahmu. Aku juga gagal jadi seorang kakak."Suaranya serak, penyesalannya sama dalamnya dengan Jessica.Namun.Karen

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 95

    Ricky terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat dan mulutnya terus bergumam."Ibu."Calvin mengernyit. Hatinya ikut teriris. Dia mencoba menenangkannya."Ricky, kalau kamu sembuh, Ayah akan ajak kamu ketemu Ibu, oke?"Mendengar itu, Ricky pun berhenti rewel. Dia memejamkan mata dan tertidur lelap.Sindy menggigit bibir bawahnya.Anak tak tahu terima kasih ini … Dia sampai rela mempertaruhkan nyawa demi menemani anak itu cari kunang-kunang ke luar kota, tetapi yang ada di kepala anak itu tetap saja Jessica.Dia berpikir sejenak, merasa tak terima begitu saja, lalu mulai menjelekkan Jessica di depan Calvin."Calvin, Nona Jessica benar-benar kejam. Dia memanfaatkan kerinduan Ricky padanya buat mendorong Ricky melakukan hal berbahaya begitu."Begitu kata-kata itu meluncur, suasana di dalam kamar seketika membeku.Calvin mengerutkan kening lebih dalam. Dia berkata dengan nada tak senang, "Jessica bukan orang seperti itu. Ini pasti ada kesalahpahaman. Aku nggak mau dengar ucapan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status