Share

Honestly, I Love You
Honestly, I Love You
Penulis: Ayu novianti

Part 1

“Aku hanya berharap agar hari ini berjalan dengan lancar !” ~Honestly, I Love You~

Kenalkan. Namaku Karenina Raisa Wijaya. Aku baru berumur 27 tahun. Masih single. Dan belum pernah berpacaran sekalipun.

Diumurku yang sudah 27 tahun, aku tahu bahwa bukanlah umur yang masih terbilang muda di Indonesia.

Walau begitu. Aku tidak pernah ingin mengikuti standar manapun. Baik umur sebelum menikah, pekerjaan. Atau yang lainnya.

Aku menempuh pendidikan sejak SMA hingga lulus kuliah di Australia. Walau Indo bukanlah tempat baru bagiku.

Hari ini ialah hari yang penting bagiku, karena aku akan melamar pekerjaan kantoran di SC. Kepanjangan nya bukan Study Club. Seperti yang selalu aku ikuti saat menempuh pendidikan dulu. Tapi Sanjaya Company. Salah satu perusahaan IT terbesar di jakarta.

Walau bukan berasal dari jurusan IT, aku punya pengalaman kursus hingga bekerja part time dulu, tentunya pada bidang teknologi canggih tersebut. Walau sebenarnya aku ingin melamar di bagian keuangan.

Saat sedang memikirkan tentang pekerjaanku, tiba-tiba saja ponselku berdering dengan nyaring.

Aku menatap ponselku. Sepagi ini siapa yang menelpon ?

“Halo mi !” sapa ku saat melihat mamilah yang barusan menelpon

"Halo sayang," ucap mami

Jika mami sudah menelponnya sepagi ini, itu berarti mami sedang ingin mengatakan sesuatu.

Dia sudah paham kebiasaan dan watak maminya. Karena itu tidak pernah berubah sedari dulu.

"Mami apa kabar ?" Tanya yaya. Dia sengaja menanyakan itu agar maminya lupa terhadap hal yang akan beliau katakan.

Semoga saja. Meskipun yaya tahu maminya bukan tipe orang pelupa. Apalagi orang yang bisa dengan mudah diubah topik pembicaraannya.

"Mami baik kok. Kamu sendiri gimana ?" Tanya mami pada yaya

"Yaya baik kok mi," jawab yaya

"Syukurlah !" jawab mami

“Lagi dimana sayang ?” tanya mami

Wah. Sudah harus diberi tanda warning jika mami sudah bertanya tentang keberadaannya seperti itu.

“Lagi di luar mi. Ada urusan bentar.” jawabku. Aku tidak berbohong. Hanya tidak terlalu jujur saja.

“Kamu nggak lagi larikan ?” tanya mami langsung

Memang mami itu tipe yang to the point tanpa basa-basi. Seperti sekarang ini contohnya. Langsung menuduh begitu saja.

Padahal, mami bisa basa-basi lebih dulu.

"Yaya !" panggil mami karena tidak mendengar jawaban dari Yaya.

“Enggak kok mi. Ini masih di Jakarta.” jawabku

Mami pasti akan berbicara tentang tawaran papi lagi. Tidak pagi, tidak siang, tidak sore, tidak malam. Mami selalu menggangguku dengan pertanyaan itu.

“Kamu kenapa sih nggak mau nerima tawaran papi ?. Kan kamu banyak nganggur nya sayang.” tanya mami lagi

Banyak nganggur bagaimana ?. Yaya kan juga bekerja di Rumah Sakit. Maminya itu ada-ada saja.

“Nggak mau mi. Pokoknya enggak mau !” tolakku

Sebenarnya aku tidak ingin menutup panggilan itu, tetapi aku bisa saja terlambat jika masih berada di sini.

Lebih baik pergi sekarang. Daripada dia diberi image buruk oleh atasan saat hari pertama interview.

Awalnya aku sempat ragu untuk datang ke sana. Tapi, setelah berbincang dengan mami, aku jadi yakin untuk melanjutkan nya. Toh aku kan sudah dipanggil wawancara. Nggak boleh berhenti tengah jalan dong. Itulah yang selalu dikatakan papi.

Aku hanya berharap agar hari ini berjalan dengan lancar. Tidak ada hambatan. Agar aku bisa segera kembali ke rumah dan tidak lagi mendengar ocehan mami setiap menitnya. Baiklah. Mari mulai melangkah dan berhenti berfikir terlalu banyak.

Aku keluar dari mobilku dan menuju gedung pencakar langit yang terlihat menyilaukan itu. Tak apa luarnya silau, yang penting di dalamnya ada pendingin ruangan.

Terlihat banyak yang mengantri didepan ruangan interview perusahaan ini. Memang perusahaan ini membuka posisi yang terbilang banyak. Jadi tidak heran banyak yang mengantri di sana. 

. . .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status