Share

BAB 2.

"Kinara, di mana pakaianku?!" teriak Devan di pagi-pagi buta. Pria itu kesulitan menemukan jas nya yang entah ada dimana.

Kinara yang masih tertidur pun langsung terjengkat kaget ketika mendengar teriakan suaminya itu. "Ada apa, Mas?" tanya Kinara dengan wajah bantalnya. Gadis itu terlihat sangat manis dan polos secara bersamaan ketika bangun tidur.

Devan terpaku memandang wajah Kinara yang menggemaskan tanpa jilbab itu. Kinara yang tersadar langsung mencari jilbabnya dan memakainya dengan cepat. Gadis itu tak mau membuat Devan tambah kesal. Ia masih mengingat bagaimana tatapan jijik Devan saat melihat ia melepas jilbabnya.

"Ini, Mas," ucap Kinara sembari mengulurkan tangannya untuk memberikan jas yang sudah ia ambil tadi.

Tanpa ucapan terima kasih, Devan langsung beranjak pergi setelah mengambil jas yang diberikan Kinara. Bahkan, wanita itu belum sempat salim kepada sang suami sebagai bentuk bakti sebagai seorang istri. Tapi, mau bagaimana lagi? Jika Kinara melakukan itu, pasti Devan akan marah. Kinara tidak mau hal itu terjadi.

"Ahh, lebih baik aku masak saja untuk makan siang Mas Devan nanti." ucap Kinara. Gadis itu berencana akan mengantarkan makan siang untuk suaminya nanti. Ya, semoga saja akan diterima dengan baik oleh Devan.

Dengan gerakan lambat, Kinara mendorong kursi rodanya menuju ke dapur. Ia akan memasak untuk suaminya. Ia akan memasak sup daging. Dengan sangat telaten, Kinara memasukan bahan-bahan makanan ke dalam air mendidih. Tak lupa ia memasukkan sayuran seperti wortel, kubis, bunga kol, dan lainnya.

Setelah dirasa cukup, gadis itu langsung mematikan kompor lalu mencicipi hasil masakannya. Kinara tak mau memberikan makanan yang tidak enak untuk Devan. Oleh karena itu, masakannya kali ini harus benar-benar sempurna.

"Enak, udah pas. Pasti Mas Devan bakal suka sama masakan aku," gumam Kinara sembari merekahkan senyum manisnya itu. Ia terlihat sangat bahagia karena bisa memasak makanan untuk Devan. Jarang sekali gadis itu membuatkan makanan untuk suaminya, karena Devan lebih sering memesan makanan di luar.

Kinara mengambil kotak makan yang ada di atas rak dengan susah payah. Ia harus menyangga tubuhnya menggunakan tangan kirinya saat akan memgambil kotak tersebut. Namun dengan kegigihannya, Kinara berhasil mengambil kotak makan tersebut. Ia tersenyum senang karena bisa melakukan semuanya sendiri meskipun fisiknya yang tidak lagi sempurna seperti dulu.

Setelah memasukkan sup tersebut ke dalam kotak makanan, Kinara bergegas menuju kamarnya sendiri untuk berganti pakaian. Iya, kamarnya sendiri. Selama ini, Kinara dan Devan tidak pernah tidur dalam satu kamar. Memang kamar mereka bersebelahan, jadi ketika Devan memerlukan Kinara, gadis itu tidak memerlukan waktu yang lama untuk menghampiri suaminya.

Kinara membuka lemarinya guna memilih baju mana yang pas untuk ia kenakan ke kantor Devan. Ia tak mau mempermalukan suaminya. Apalagi, Devan adalah pemimpin perusahaan tersebut. 

"Ini aja deh," putus Kinara saat mengambil gamis berwarna biru muda dengan renda di tiap sudut gamis tersebut. Tak lupa, ia mengambil jilbab dengan warna senada dengan gamis yang akan ia pakai.

Tak membutuhkan waktu lama, Kinara sudah siap dengan setelan baju syar'i nya. Ia mengambil handphone, kemudian memesan taksi untuk mengantarkannya menuju kantor Devan.

"Hampir aja lupa bekalnya!" seru Kinara yang tanpa sadar menepuk jidatnya, merutuki sifat pelupa yang ia miliki. 

Gadis itu mendorong kursi rodanya untuk menuju ke dapur kembali guna mengambil kotak makan yang sudah ia siapkan tadi.

Kinara merapikan kembali gamisnya ketika melihat taksi yang ia pesan sudah datang. Ia mendorong kursi rodanya keluar dari rumah megah itu. Supir taksi yang melihat keadaan Kinara pun langsung peka. Pria paruh baya tersebut membantu Kinara untuk naik ke dalam mobil. Gadis itu mengucapkan terima kasih setelah sang supir membantunya duduk di dalam mobil. Setelah Kinara sudah duduk dengan nyaman, baru si supir mulai melajukan mobilnya. 

"Mau ke kantor suaminya ya, Bu?" tanya sang supir memecah keheningan.

Kinara yang mendengar pertanyaan itu pun melengkungkan bibirnya ke atas. "Iya, Pak. Saya mau mengantar makan siang untuk suami saya," balas Kinara.

Sang supir berdecak kagum mendengar jawaban Kinara. Jarang sekali ada wanita di zaman sekarang yang mau bersusah payah memasak bahkan sampai mengantar masakannya ke kantor suami hanya agar suaminya tak kelaparan di jam makan siang nanti.

"Wah, suami ibu beruntung sekali mendapat istri sholehah seperti ibu." Puji si supir dengan tulus.

Kinara yang mendengar hal tersebut pun tersenyum miris. Jangankan bersyukur karena memiliki Kinara, untuk menghargai keberadaan Kinara saja Devan tidak bisa. Pria itu tak pernah memikirkan perasaan Kinara. Dan Kinara sendiri termasuk gadis yang munafik. Ia selalu berkata baik-baik saja saat orangtua Devan bertanya bagaimana pernikahan mereka. Gadis itu masih memiliki hati untuk tidak menyebarkan aib suaminya sendiri. Ia tak mau menceritakan keburukan-keburukan Devan ke orang lain, terlebih lagi ke mertuanya sendiri. Kinara tidak akan melakukan hal tersebut.

"Bapak bisa aja mujinya," ujar Kinara. Ia bingung sendiri ingin menjawab seperti apa. Akhirnya, kata-kata itulah yang keluar dari mulutnya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Kinara sampai di depan kantor Devan. Ia menatap ragu-ragu gedung yang ada di depannya saat ini. Kemudian, ia berusaha meyakinkan hatinya bahwa semua akan baik-baik saja. Devan pasti mau menerima makanan yang ia buat. Tak mungkin suaminya tega menolak pemberian sang istri di depan orang ramai yang tak lain adalah karyawannya sendiri.

Kinara memasuki kantor tersebut dengan senyum yang selalu mengembang. Siapapun yang melihat senyum Kinara pasti akan merasa tenang. Aura positif sangat menguar ketika gadis itu tersenyum. Ia terlihat ramah dan sangat sopan.

"Permisi, saya mau tanya ruangannya Pak Devan?" tanya Kinara saat sampai di depan resepsionis.

"Kalau boleh tau, ibu siapanya Pak Devan ya? Dan apakah sudah memiliki janji sebelumya?" tanya resepsionis dengan pakaian ketat itu. 

"Saya istrinya dan tentu saja belum membuat janji karena saya ke sini hanya untuk mengantarkan makan siang," jelas Kinara.

Wanita berpakaian mini itu nampak terkejut mendengar penjelasan Kinara. Ia baru tahu bahwa Pak Devan selaku bosnya yang memiliki wajah tampan itu sudah memiliki istri. Apalagi, ia sangat tahu betul tipe wanita Devan. Pria itu selalu mendekati wanita seksi dan wanita yang selalu berpakaian terbuka. Tidak seperti wanita yang ada di depannya. Kinara terlihat sangar anggun dengan pakaian tertutup dan jilbab yang melekat di kepalanya.

Kinara yang merasakan keterkejutan resepsionis tersebut pun hanya bisa menghembuskan napas gusar. Ia tidak nyaman menjadi pusat perhatian seperti sekarang. Memang sewaktu pernikahannya digelar dulu, tidak semua karyawan Devan datang. Hal ini karena persiapan pernikahan mereka yang sangat mendadak, jadi tidak memungkinkan untuk mengundang banyak orang.

"Jadi, ruangan Pak Devan ada di mana, Mbak?" tanya Kinara membuyarkan lamunan resepsionis tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status