Share

144. Mengingkari

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 10:03:54

Setelah beberapa menit, Sisil keluar dari kamar, kini dengan pakaian yang lebih kasual namun tetap menawan. Langkahnya santai, penuh percaya diri, menyusuri lorong rumah menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti ketika ia berpapasan dengan Bu Winda, kepala pelayan setia keluarga Hans.

Wanita paruh baya itu mematung sejenak. Matanya membelalak begitu melihat Sisil keluar dari kamar Pak Hans pagi-pagi begini. Namun, karena Pak Hans sedang di rumah, ia menahan diri. Wajahnya kaku, hanya mengangguk tanpa sepatah kata, lalu melengos dengan pandangan sinis dan melanjutkan langkah menuju kamar Neul.

Sisil menoleh, hatinya panas. Ia tak terima diperlakukan seperti itu.

"Bu Winda!" panggilnya dengan nada tajam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
bojone mas Rohmat
makin gk respek aku sama Hans makin lembek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   165. Penyergapan

    Rendra mengedipkan mata, lalu mengakhiri sambungan dengan cepat sebelum Hendrik benar-benar menutup lebih dulu. "Terima kasih waktunya, Pak. Mohon maaf kalau mengganggu. Selamat sore."Begitu telepon ditutup, Alvin langsung bergerak cepat di komputernya. Ia menghubungkan layar ke sistem pelacakan satelit dan memperbesar lokasi yang baru saja dikunci. Gambar dari CCTV pelabuhan mulai muncul, meski tidak terlalu jernih."Ini dia. Sinyal ponsel aktif di sekitar pinggiran kota. Kamera menangkap pergerakan pria dengan hoodie gelap, masuk ke area rumah tak berpenghuni tanpa izin. Wajah tidak jelas, tapi ... sepertinya dia menyembunyikan sesuatu," kata Alvin sambil menunjuk ke layar."Apakah kita yakin itu Hendrik?" tanya Alvin, meski nadanya sudah agak yakin.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   164. Melacak Alamat

    Liam baru saja selesai mengatur beberapa dokumen di meja kerjanya ketika melihat Hans bergegas keluar dari ruangannya. Wajah bosnya terlihat serius, tergesa-gesa, dan ada sesuatu yang berbeda?sesuatu yang membuat Liam sedikit khawatir."Pak Hans, Anda mau ke mana?" Liam bertanya, suaranya penuh rasa ingin tahu.Hans berhenti sejenak, memalingkan wajahnya ke arah Liam. Matanya tampak penuh pemikiran, tetapi ada kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Aku mau ke Rumah Sakit Puri Medika," jawab Hans tanpa banyak kata. Suaranya sedikit terburu-buru."Ada apa, Pak? Apa ada yang sedang sakit atau perlu mendapat bantuan medis?" tanya Liam penasaran.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   163. Berdengup Kencang

    Suasana kantor polisi siang itu cukup sibuk. Di salah satu ruangan yang dikhususkan untuk penanganan kecelakaan lalu lintas, seorang petugas berpakaian dinas lengkap tengah duduk di balik meja dengan tumpukan barang bukti yang baru saja masuk. Di antara dompet, jam tangan retak, dan sehelai scarf dengan bercak darah samar, ia menarik satu buah ponsel dengan casing merah muda yang sudah sedikit tergores.Petugas itu, Bripda Rino, menatap ponsel tersebut sambil mengerutkan dahi, "Mungkin ini milik korban wanita dari kecelakaan tadi pagi," gumamnya pelan.Ia menekan tombol daya. Tak ada respon. Ia ulangi. Kali ini muncul logo ponsel yang menyala perlahan. Rino mengangguk kecil, sedikit lega. "Syukurlah, cuma mati sementara. Mungkin jatuh dan terguncang waktu benturan."

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   162. Gelagat Aneh

    Angin hari itu mulai terasa hangat saat Doni dan Ashley keluar dari kantor polisi. Namun, tak ada yang hangat dalam benak keduanya. Beban peristiwa demi peristiwa yang menimpa keluarga mereka seolah menumpuk dan tak memberi waktu untuk bernapas.Di parkiran, Doni menyandarkan tubuhnya pada mobil, menatap langit yang mulai memucat.Ashley menoleh ke arah mantan iparnya itu, "Oh iya, bagaimana keadaan Sandra sekarang? Apa ada perkembangan?"Doni mengangguk, tapi wajahnya berubah sedikit murung."Tadi aku sempat telpon suster yang nanganin Sandra, ternyata kondisinya masih belum stabil. Kata suster, kadang Sandra ngomong nyambung, kadang enggak. Kadang tenang, tapi bisa tiba-tiba histeris

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   161. Ke ujung Dunia

    Langit di luar kantor polisi tampak kelabu, menggantung mendung yang tak kunjung pecah. Di dalam lobi, suasana tak begitu ramai. Hanya suara langkah petugas dan bisikan kecil dari beberapa pengunjung yang sesekali terdengar. Doni dan Ashley duduk di kursi tunggu, menatap kosong ke arah pintu keluar.Ashley masih terlihat gelisah, kedua tangannya menggenggam satu sama lain di pangkuan. Beberapa kali ia menatap ke arah Doni yang duduk bersandar sambil memejamkan mata, seperti tengah menahan amarah yang belum tuntas.Tak kuat menahan rasa ingin tahunya, Ashley akhirnya bersuara pelan, nyaris seperti bisikan."Don, boleh aku tanya sesuatu?"Doni membuka matanya, mengalihkan pandangan ke arah wanita itu. "Tanya saja, Ash

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   160. Melapor

    Pagi menjelang di rumah sakit. Langit tampak kelabu, dan udara terasa lembap. Di ruang tunggu luar ICU, Doni duduk di kursi plastik biru dengan tangan menggenggam ponsel dan tatapan lurus ke depan. Sementara di sebelahnya, Ashley baru saja bangkit dari posisi tertidur setengah duduk. Matanya sembab, bekas tangis dan lelah yang tak sempat beristirahat semalaman.Tak ada kabar baru dari ruang perawatan Bu Riana pagi itu. Perawat hanya menyampaikan bahwa kondisi vitalnya masih belum stabil, namun tim medis berupaya keras mempertahankan kesadarannya.Doni menoleh ke Ashley. Wajah kakak iparnya itu begitu rapuh, tapi tetap menyimpan kekuatan yang membuat Doni tergerak untuk segera bertindak."Ash," Doni membuka suara pelan, "hari ini kita ke kantor polisi, ya. K

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status