Share

Bab 6

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-27 14:51:10

BAB 6

"Masuk, Mas!" Mas Firman mempersilahkan kakaknya masuk. Ya, aku melihat wajah Mas Andra memerah.

"Hemm," balas Mas Andra. Suaranya terdengar tak bersahabat. Seolah lagi kesal.

Aku mengajak Dika masuk ke kamar barunya. Biar tak mendengarkan obrolan Ayah dan pakdenya. Nggak bagus untuk pertumbuhannya, kalau pakdenya kesini ngajak adu mulut. Tapi, semoga saja nggak ngajak adu mulut.

"Dika bobo, ya! Mama mau buatin kopi Pakde dulu!" ucapku pada Dika.

"Iya, Ma!" balas Dika.

"Nggak takutkan?" tanyaku memastikan. 

"Nggak dong, Ma!" balas Dika, dengan gaya jagoannya.

"Anak Mama memang pinter," ucapku, seraya mengelus kepala anak lanang.

Senyumnya terlihat, kemudian aku kecup kening anak semata wayangku itu.

Setelah itu, baru aku berlalu, segera menuju ke dapur. Membuatkan Mas Andra kopi dulu. Ntar di sangka pelit lagi. Bertamu tak ada air yang keluar. 

Mereka terdengar sedang ngobrol. Tapi, nggak jelas mereka ngobrol apa. Aku fokus membuatkan kopi dulu, untuk kakak ipar.

Kalaupun mau ngomong masalah tadi sore, tentang adu mulutku dengan Mbak Niken, tapi aku yakin, Mas Firman tahu bagaimana aku. Dia tak akan serta merta percaya begitu saja. Karena Mas Firman, bukan tipikal yang menelan mentah-mentah, ucapan orang yang dia terima.

********

"Man, kamu bisa ngajari istrimu nggak? Kalau nggak bisa, biar aku yang ngajari!" sungut Mas Andra. 

Aku mengerutkan kening mendengarnya, seraya membawa kopi yang hendak aku suguhkan kepada lelaki yang bergelar ipar itu.

"Apa maksudnya? Emang Eka kenapa?" tanya balik Mas Firman.

"Diminum dulu!" pintaku, seraya menatap Mas Andra. Tatapan mata tak bersahabat juga yang aku pancarkan.

Mata Mas Andra terlihat memerah. Aku semakin menatapnya tajam.

"Kenapa? Mas mau ngajari saya? Ngajari saya apa? Biar sama seperti istrimu?" tanyaku, nada suara ini ingin sekali berkata lebih lantang. Geram. Seolah aku melenceng dari alur saja.

"Dek!" ucap Mas Firman. Seolah tak suka aku bicara seperti itu.

"Kamu dengar sendiri kan, Man? Tak ada sopan santunnya sama kakak ipar!" sungut Mas Andra.

Astaga! Apa sih maunya ini orang. Sungguh ingin sekali aku berkata kasar sekasar-kasarnya. Rasanya hati ingin meledak.

"Mas, ada apa? Aku tahu bagaimana istriku. Dia begitu pasti ada sebab. Ada alasan!" ucap Mas Firman.

"Kamu itu, Ka! Jadi orang ngember banget, sih! Ngapa juga ngomong ke Niken kalau aku minjam duit! Bikin kami bertengkar saja!" sungut Mas Andra.

"Loh, kok, nyalahin aku! Lagian, minjem duit segitu banyak, nggak ngomong sama istri? Hah?" balasku.

"Aku nggak mau buat dia kepikiran!" sungut Mas Andra.

"Owh, ingin buat istrimu nggak kepikiran, tapi mengorbankan istri adiknya, seperti itu?" balasku. Sungguh aku semakin kesal dibuatnya.

"Dek, diam!" pinta Mas Firman.

"Kalau istriku, seperti Eka, udah aku balikan ke orang tuanya!" ucap Mas Andra.

"Mas, stop! Nggak usah ngompori!" sungut Mas Firman.

Mas Andra mengusap wajahnya kasar. Terlihat dia sangat kesal. Bukan dia saja yang kesal, aku juga lebih kesal.

"Balikan saja istrimu sendiri itu ke orang tuanya! Nuntut belikan motor, suaminya nggak mampu maksa!" ucapku. Bodo amat, tak terlalu aku pikirkan juga perasaannya.

Bodo amat! Terserah apa kata mereka. Hati ini terlalu sakit.

"Bisa ngomong sopan nggak kamu, sama orang yang lebih tua?!" sungut Mas Andra.

"Mas, kamu sendiri jadi orang tua, sopan nggak ngomongnya? Kalau mau adik iparmu ini sopan, kamu juga harusnya bisa lebih sopan!" tanyaku balik. Aku lihat Mas Firman mengusap wajahnya kasar.

"Mas, maaf bukannya aku mau bela Eka atau apa. Tapi yang di ucapkan Eka memang benar. Kalau kiranya nggak sanggup menuruti keinginan Mbak Niken untuk beli motor, jangan di paksakan!" ucap Mas Firman.

"Itu artinya kamu menilaiku, nggak sanggup menuruti keinginan istri!" ucap Mas Andra.

Ya Allah ... astagfirullah! Orang ini hatinya keras banget. Kaku sekali. Nggak bisa mendengar ucapan dan penilaian orang lain.

"Terserah kamulah, Mas. Kamu bilang, aku nggak bisa ngajari istri. Tapi menurutku, kamu yang nggak bisa ngajari istrimu, Mas. Eka nggak pernah nuntut macam-macam. Bahkan dia bisa beli ini itu, karena dia pintar mengatur keuangan," ucap Mas Firman.

Ahh ... hati ini sedikit lega. Setidaknya Mas Firman membelaku. Sebodo dengan Mas Andra. Wajahnya teelihat semakin memerah.

"Kamu ngomong seperti itu, sama artinya menilai istriku boros?!" sungut Mas Andra.

"Iya, faktanya memang seperti itu bukan? Kamu terlalu menutupi keburukan istrimu. Tapi, suka menguliti istri adikmu!" sungut Mas Firman.

Huuuhhh ... semakin lega aku mendengar jawaban Mas Firman.

"Kamu semenjak menikah berubah, Man. Pelit banget masalah uang! Perhitungan! Aku itu minjam, bukan minta! Tapi nggak kamu pinjami. Bilang nggak punya uang, tapi malah beli springbed! Bikin tangis Zaki saja!" ucap Mas Andra. Nada suaranya terdengar membara.

"Kamu bilang aku berubah, kamu sendiri nyadar nggak sih, Mas. Kalau kamu juga jauh lebih berubah!" sungut Mas Firman. Mas Andra terlihat mencebikan mulutnya.

"Susah ngomong sama kamu!" sungut Mas Andra. Terlihat dia beranjak. 

Braaakkkk ....

Lagi, dia membanting pintu. 

"Astagfirullah!" ucapku kemudian mengelus dada.

"Yang ada, kamu yang susah diajak ngomong!" balas Mas Firman lantang.

"Ma! Gempa, ya?!" teriak Dika. Seketika aku bergegas menuju ke kamar Dika. Aku takut dia ketakutan.

Ya, setelah tiba di kamar anak lanang, dia terlihat ketakutan. Untuk pertama kalinya dia tidur dikamar sendiri.

"Nggak, Sayang! Kamu hanya mimpi!" balasku. Aku usap rambut anak lelakiku. Hingga dia terpejam lagi.

Ya Allah, pintu rumahku, lama-lama akan hancur ditangan Mas Andra. Bukan hancur karena ulah pemiliknya.

Coba kalau pintu dia yang di banting kasar seperti itu, pasti nggak terima. Pasti akan marah. Tapi, kalau buat rusak barang orang, seolah dia tak peduli. 

Segitunya memaksa ingin diakui kaya. Ingin dilihat berada. Ck ck ck ck.

********

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR   Bab 66

    Part 66POV ANDRAApa yang aku bilang, kedatangan Mertua semakin membuat hati ini sesak. Gimana nggak sesak? Dia itu sudah minjam dua juta, aku di suruh ganti katanya, tapi travel nggak mau bayar.Itu artinya, dia menyayangkan uang dua juta itu. Semua dia bebankan ke aku. Ya Allah ... mungkin Ibu terlalu di 'lulu' sama Niken dulu itu. Berapapun jumlah nominal yang ibunya mau, selalu Niken turuti, bagaimanapun caranya.Ingin pecah rasanya kepala ini. Emosi luar biasa. Ingin aku terkam perempuan paruh baya bergelar mertuaku itu.Dulu, saat aku masih berduit, tak seperti inilah, rasa kesalku padanya. Karena Niken sendiri juga selalu menutupi sifat yang kurang pas ibunya itu. Sehingga aku gampang juga di perdaya."Ibu bayar saja! Andra nggak ada uang!" ucapku. Ibu terlihat nyengir tak suka."Kok gitu, sih, Ndra? Ibu ini udah jauh-jauh datang ke sini! Cuma ongkos travel saja kamu masalahin? Kalau Ibu punya uang, Ibu nggak minta kamu bayari. Ibu ini memang punya uang, tapi kan uang pinjama

  • INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR   Bab 65

    Part 65POV ANDRA"Bu, Bapak," sapaku, saat aku sampai rumah sakit. Mata ini telah melihat kedatangan Bapak dan Ibu. Eka dan Dika juga.Mereka sering mendapatkan perlakuan tak enak dari Niken. Tapi, mereka tetap saja perhatian. Sedangkan keluarga Niken? Seolah menganggap penyakit Niken hanya penyakit sepele. Dan segera sembuh dengan sekali berobat."Ndra," balas Bapak. Aku lihat Ibu diam. Seolah terpaksa datang ke sini. Mungkin Bapak atau Eka yang memaksa. Aku mengulas senyum. Kemudian mencium punggung tangan Bapak dan Ibu. Aku merasakan ada yang berbeda dengan Ibu. Ibu seolah bersikap dingin denganku. Kutarik napas ini. Menghembuskannya perlahan. Menata hati yang terasa bergemuruh hebat.Ibu biasanya orang yang paling care denganku. Tapi semenjak kejadian Niken secara halus mengusir itu, kurasakan Ibu berbeda.Bapak pun juga berbeda. Tapi seolah masih ia tutupi. Eka pun sama. Tapi, seolah mereka masih menutupi. Mungkin tak enak hati denganku. "Ibu ke sini hanya untuk Zaki! Bukan u

  • INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR   Bab 64

    PART 64POV ANDRAAku lihat kening Adista melipat, saat aku mengutarakan isi hati untuk meminjam uang. Apakah aku tidak malu? Sungguh aku malu luar biasa. Tapi di tempat yang baru seperti ini, aku mau minjam ke siapa? Hanya Adista dalam pikiranku. Dan menahan rasa malu.Wito? Ah, aku juga tahu kondisi dia. Mau minjam ke toke pasir pun aku tak berani. Karena belum lama kenal juga.Mau minjam Firman, aku juga tak berani. Karena uang dia dulu pernah aku pinjam, dan sampai sekarang belum aku kembalikan.Dulu aku memang punya uang, tapi setiap aku berpikir untuk mengembalikan, selalu didahului Niken untuk belanja baju dan lain sebagainya.Sungguh, entah kenapa aku dulu terlalu nurut dengan Niken. Selalu menuruti keinginannya walau diluar batas mampuku. Kini aku menyesal. Penyesalan memang selalu datang diakhir cerita. Kalau tahu akan seperti ini, tak akan aku mau menuruti, semua keinginan Niken kala itu.Aku lihat Adista masih terdiam. Kemudian merebahkan badannya di sandaran sofa. Entah

  • INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR   Bab 63

    PART 63POV EKAKami segera berangkat ke tempat Mas Andra. Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Mbak Niken memang menyebalkan. Tapi, kami masih punya hati nurani. Walau hati kesal luar biasa karena tingkah lakunya kala itu, tapi hati ini tak menaruh rasa dendam.Ibu akhirnya juga ikut menuju ke rumah Mas Andra. Karena aku yakin, mulut bisa berkata kasar dan tega, tapi isi hati berbeda. Tak ada orang tua yang tega kepada anaknya. Termasuk Ibu mertuaku."Ibu ke sana demi Andra dan Zaki dan Firman pun sudah terlanjur di sana. Juga karena paksaan kalian. Bukan karena Niken." ucap Ibu akhirnya. Walau nada suara itu terdengar berat dan terpaksa. Tapi, aku yakin Ibu memang ingin menemui anak dan menantunya.Pesan singkat yang dikirimkan Mas Firman, mengirimkan foto yang mana keadaan Mbak Niken semakin sekarat. Bahkan terlihat Mbak Niken dibawa ke rumah sakit sudah ditusuk infus. Mungkin Mas Firman yang memaksa membawa Mbak Niken ke rumah sakit. Ya Allah ... Engkau Maha Kaya. Aku yakin

  • INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR   Bab 62

    PART 62POV EKAKeadaan Mbak Niken dan Mas Andra benar adanya. Yang dikatakan Mak Giyem tak bohong. Aku telah telponan dengan Mas Firman. Dan sudah mendengar dari Mas Firman bagaimana keadaan mereka sekarang.Dan sekarang, kata Mas Firman kondisi Mbak Niken semakin kritis. Dia pingsan lagi.Jujur saja, ini membuat hatiku tak tenang. Bagaimana mau tenang, mendengar ceritanya saja, hati ini terasa tersayat. Walau aku tahu, dulu Mbak Niken memang sangat menyebalkan.Walau Mbak Niken dulu menyebalkan, tapi tak ada dendam didalam sini. Karena sejatinya Mbak Niken sudah di balas oleh Allah. Mbak Niken sudah mendapatkan karmanya. Ya, tak perlu dibalas, tapi karma memang nyata adanya. Cepat atau lambat.Aku mondar mandir layaknya setrikaan. Karena aku bingung sendiri. Sumpah aku bingung. Mau ke rumah Mertua, aku malas jalan kaki. Karena motor dibawa Mas Firman.Astaga ... kenapa aku tak menelpon Ibu saja? Dalam keadaan bingung, rasanya memang tak bisa berpikir tenang. Tak bisa berpikir jerni

  • INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR   Bab 61

    Part 61POV ANDRANiken sudah aku letakan didalam kamar. Kondisinya masih pingsan. Zaki menangis seolah ketakutan. Dalam kondisi seperti ini aku sangat amat kebingungan.Kuraih gawai. Kuutak atik dan sebenarnya tak tahu mau menelpon siapa. Karena pikiran terasa sangat amat kacau.Gawai terus aku scroll, sambil mikir pada siapa aku harus meminta tolong. Akhirnya mata ini tertuju pada nomor kontak Firman.Ya, reflek saja langsung menekan nomor Firman. Dan terhubung.Ya, dalam kondisi seperti ini, tetap lari ke saudara. Malu tak malu. Lebih tepatnya menahan malu.***********Akhirnya Firman bersedia untuk datang. Dan pagi ini, katanya dia sudah berangkat. Firman memang adik yang baik. Aku jadi menyesal dulu aku sering memperlakukan dia hal yang tak pantas antara kakak ke adik.Ya Allah ... karmaMu nyata adanya. Bahkan tak sampai ke anak cucu. Seolah langsung di balas tunai kepada diriku sendiri. Sungguh aku malu dengan perlakuanku dulu. Firman maafkan aku!Niken sudah sadar. Dia pingsan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status