Seorang wanita yang biasa di panggil Guru Cantik telah di lecehkan oleh pria yang tidak di kenal. Ia tidak perduli pria itu sekarang kemana, setelah menghancurkannya.
Tidak ada alasan yang pasti -- akan perlakuan itu kepada Aisyah. 'Meski terlihat seperti orang terpandang, tapi perlakuannya layak bajingan!'Aisyah mulai menaikkan satu kakinya, menginjak besi panjang pertama, dan kaki kedua mengikutinya.Begitu seterusnya, sampai kedua kakinya menginjak pagar tangga terakhir, yang paling atas.Ia mulai menutup mata, kedua tangan ia rentangkan. Tubuhnya sudah miring ke depan. Dan ...Set!Aisyah terkejut, sebuah tangan kekar dan berotot melingkar di perutnya. Segera ia membuka mata karena terkejut.Ia tidak jadi terjun ke bawah, seorang pria telah membantunya turun."Dasar bodoh!"Ia mendengar suara yang familiar itu, dan berusaha melepas tangan yang tanpa sengaja memeluknya dari belakang.Terkejut saat mendapati wajah pria yang telah menghancurkan hidupnya itu terlihat di hadapannya."Kamu? Bagaimana kamu bisa disini?""Ya! Aku! Apa pikiranmu sempit? Bisa tidak -- jika akan berbuat satu hal di pikir! Memang dasar wanita bodoh!"Bug! bug! bug!Aisyah memukul dada bidang Adam berulang kali, tampaknya pria itu sama sekali tidak berasa sakit, malah ia tertawa melihat usahanya."Kamu pria kejam! Bahkan kamu tidak menjelaskan apapun. Kenapa kamu melakukan perbuatan keji itu padaku!" kata Aisyah, mulai menitihkan air matanya lagi."Tenang saja, aku akan menikahi kamu!" jelasnya, sontak membuat wanita itu terkejut. Dan diam seketika.Ia mengira pria itu akan mencampakanya setelah melakukan perbuatan itu. Setidaknya ia mau bertanggung jawab atas dirinya. Pikirnya kemudian."Benarkah itu?" Aisyah ingin pria itu mengucapkan kembali kata-katanya."Jangan banyak tanya! Kamu gak tuli kan? Gunakan telingamu baik-baik." sungutnya tegas."Bawa wanita itu ke hotel!" titah Adam pada dua pria yang sedari tadi mengekornya.Kedua tangan Aisyah dipegang erat dan mereka memasukkannya ke mobil.Mobil Adam melesat jauh, dan mereka menyusulnya.Di dalam mobil...Ia sedikit berontak, ingin melepaskan diri dari genggaman tangan pria di sebelahnya. Satu pria lainnya sedang mengemudi."Kamu tidak perlu memegang tanganku seperti ini. Aku tidak akan melarikan diri!" sungutnya"Sudahlah! Lebih baik kamu diam, jangan banyak bicara! Untung Pak Bos mau menikahimu! Bagaimana jika kamu hamil tanpa suami? Pikir itu! Pak Bos orang kaya raya! Dia pebisnis terkenal! Beruntunglah kamu bisa jadi istrinya! Entah, Pak Bos kali ini otaknya sedikit geser! Bisa-bisanya menikahi gadis kampung seperti kamu ini!""Buat apa kekayaan atau jabatan, jika ia tidak memiliki adab! Tahukah kalian jika pria itu laksana iblis berwajah manusia!""Sudahlah bisa diam tidak, kamu? Hah!" ucapnya dengan menyumpal mulut Aisyah dengan sebuah sapu tangan.Satu pria di sebelah Aisyah memang terlihat lebih tegas. Hampir ia ingin memutuskan ucapan-nya, namun ia lebih dulu membekap mulutnya. 'Dasar pria pecundang! Mulut seperti kereta itu ternyata masih belum berhenti bicara.'Pria pemegang kemudi membentaknya, lebih baik diam saja. Dari pada di pecat.Sesampainya di hotel, di dalam kamar yang sama. Aisyah berjalan melambat, dengan dorongan dua penjaganya itu -- ia menginjakkan kaki di ruang kamar itu lagi."Tunggu saja disini! Nanti Bos akan segera kemari!" titah mereka.Keduanya segera menutup pintu dengan keras. Hati wanita itu semakin meredup, ia seperti seorang tawanan. Ditawan seorang pria bak mafia."Aku tidak boleh bersedih lagi, seharusnya aku juga bersyukur karena pria itu akan menikahiku segera. Tersenyumlah Aisyah Sarasvati," ucapnya sendiri menyemangati diri.Dalam hotel, ia seperti orang yang bodoh saja. Berjam-jam ia menunggu Adam datang. Tidak ada yang ia kerjakan disana. Selain mondar mandir melihat pemandangan luar melewati jendela kamar yang berlantai 13 itu. Disana ada balkon. Ingin menghirup udara diluar.Kriet ...Wanita yang semula duduk di lantai bersandar badan ranjang itu terkejut melihat kedatangan Adam yang baru saja membuka pintu."Siapkan dirimu! Kita akan pergi ke KUA sekarang!" ucapnya tiba-tiba membuat Aisyah terkejut.Adam melemparkan sebuah tas besar, terbuat dari bahan kertas tebal berkilau berisi beberapa pakaian ke arahnya. Mata Aisyah melirik bag itu, dari bentuk dan merk sudah terlihat jika barang itu adalah dari butik ternama.Bagaimana bisa hanya dalam beberapa jam saja ia dapat mengurusi semua persyaratan untuk mengajukan acara sakral itu?Wanita itu terdiam beberapa saat, seperti mimpi akhirnya ia akan menikah juga. Tentang kehidupannya bersama pria itu -- bukankah ia akan mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga dengannya? Entahlah.Melihat sekarang saja, perlakuan pria itu seperti raja iblis. Bagaimana bisa ia akan memberikan kasih sayang terhadap dirinya?"Bisa tidak jika perintahku segera kau turuti! Aku sangat membenci orang yang lelet! Apalagi banyak bicara sepertimu!" umpatnya kasar. Ia tidak peduli akan perasaannya."Ba-baiklah!" jawab Aisyah terbata."Aku tunggu kau di depan kamar! Percepat-lah, tidak perlu bersolek! Karena apa? begitu buruk hati maupun wajahmu!" oloknya dengan wajah penuh dendam.Adam tidak menunggu ia merespon ucapannya, ia melenggang pergi dan menutup pintu dengan keras.Brak!Aisyah menekan dada dan mengucapkan, "Astaghfirullah ... Semoga hamba akan kuat hidup bersama pria itu."Buru-buru ia menarik pakaian berwarna putih itu dari bag. Melihat baju itu, hatinya kembali teriris. Seharusnya yang menjadi mempelai pria adalah Dewa. Namun pria itu telah pergi untuk selamanya.Beberapa saat setelah memakainya, ia keluar dari kamar hotel, melihat tiga pria berjas berdiri di sana menunggunya. Hanya Adam yang terlihat begitu berkarisma.Adam berulang kali melihat jam di tangan, dan wajahnya masih menunjukkan kebenciannya.Melangkahkan kaki beberapa langkah ke arah Aisyah, mulutnya seperti akan mengumpat kembali."Hanya berganti pakaian saja kau menghabiskan waktuku selama beberapa menit!" ucap Adam.Pria itu beberapa saat memperhatikan wajah Aisyah dan melihat pakaian yang ia kenakan. Masih sama, Adam membawakan set gamis beserta hijabnya.Dalam batin Aisyah berkata, "Kenapa ia memperhatikan aku seperti itu? Apa yang saat ini sedang ia pikirkan?"'Dia sangat cantik!' gumam Adam."Bos!"Salah satu pengawal itu memanggil Adam, Bosnya terlihat masih diam melamun."Hah! Ada apa?" Ia baru saja sadar, telah melamun beberapa saat. Malu sekali tertangkap basah diam melihatnya seperti itu.'Astaga, apa yang baru saja aku pikirkan? Hah? Aku mengatakan dia cantik? Astaga, benar-benar otakku sedang tidak waras!' gumamnya menggerutu kesal."Seret wanita itu pergi!" titahnya.Perintah segera di laksanakan oleh kedua pengawalnya. Sementara ia memberontak, seraya berteriak mengatakan, "Lepaskan! Aku bisa berjalan sendiri! Tidak perlu kalian seret aku seperti hewan begini!""Sudahlah diam-lah! Jika masih ingin hidup!"Adam tidak mengajak satu mobil dengannya. Baginya wanita itu sebuah penyakit mematikan yang akan membuat dirinya musnah seketika.Adam dalam kaca spionnya memperhatikan mobil pengawal membawa Aisyah berjalan membuntutinya.Ia menarik salah satu sudut bibirnya kesamping. Dan sebuah rencana untuk kehancuran wanita itu akan segera ia mulai hari ini."Sederet rencana yang akan membuatmu mati pelan-pelan Aisyah!"Pria itu menambah laju kecepatan mobilnya dalam beberapa menit saja mereka sudah sampai di depan kantor KUA daerah setempat.Ia menuruni mobil itu dengan gagahnya, memperhatikan sekelilingnya memastikan jika tidak ada wartawan, kameramen atau reporter yang akan meliput acara ini.Ia telah menyewa tempat dan penghulu untuk satu hari ini, tempatnya memang sangat tertutup. Ia sudah pastikan beberapa kali, tidak akan ada berita mengenai dirinya, jika tidak reputasi nya akan hancur. Dan ia tak segan untuk menghancurkan juga perusahaan yang membuat warta tersebut.Ia berjalan sedikit lebih jauh dari Adam yang sudah berjalan mendahului. Pria itu berjalan saja dengan angkuhnya tanpa menunggunya. Di dalam ruang tertutup, pria berpenampilan rapi itu duduk di sebuah kursi panjang yang sudah disiapkan. Bola mata Aisyah, melihat beberapa orang yang tidak dikenalnya, duduk berbaris dengan rapi disana, mengelilingi kursi yang berhadapan langsung dengan pria berjas putih, dengan sorban menutupi pu
Dengan menunjukkan gertakan gigi-giginya, ia menyebutkan dengan tegas, "Dewa adalah adik kandungku! Dan kamu telah membunuhnya! Dengan wajah polos dan akalmu itu kau gunakan untuk alibi, hingga kejahatan itu tidak terungkap oleh polisi! Dasar wanita biadab!"Ucapan Adam seketika membuat jantungnya bekerja berkali lipat. Ia terkejut akan tuduhannya yang menyakitkan ini.Aisyah masih tidak percaya. "Kamu kakak Dewa?" Memandang kedua bola mata Adam dengan baik. "Aku tidak mengetahui jika ia memiliki saudara. Dan percayalah, kematian Dewa tidak ada hubungannya denganku," jelasnya. "Sudahlah, kamu tidak perlu memberi alasan apapun!" teriaknya."Jika kamu benar-benar saudara Dewa, seharusnya kamu mengetahui bagaimana hubunganku dengan-nya. Beberapa minggu ini dia berjanji untuk melamarku dan segera menikahiku, hubungan kita baik-baik saja. Untuk apa aku memiliki niat membunuhnya?" Lagi, Aisyah berusaha membela diri."Cih! Wanita tidak terhormat! Wanita miskin! Kamu hanya akan mengincar hart
Kembali Ia membuka mata, melihat wajah Aisyah yang bersinar. 'Mengapa dalam perasaan, aku telah membuat kesalahan yang besar, menganiaya wanita itu? Hati kecilku mengatakan jika Aisyah tidak bersalah dalam hal ini. Apakah aku salah?' Pikiran Adam bergelut tidak menentu. Setelah bacaan pada ayat terakhir terhenti, ia melafadz-kan, "Subhanakallahumma wa bihamdika, laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik."Kembali ia meletakkan ponsel di atas meja. Dan mengatupkan kedua tangan lalu membasuh-kan ke wajahnya.Ia melihat ke arah pintu mendapati suaminya berdiri di ambang sana."Apa yang kamu lakukan, Mas? Apa kau mau membaca ayat-ayat suci juga?" tanya Aisyah, dengan mengangkat alisnya. Adam tidak lekas menjawab. Ia masih terbuai dengan suara indah istrinya.'Sadar Adam! Dia musuhmu! Saat dia benar-benar jatuh cinta padamu, kau akan menceraikannya. Ia akan mengalami trauma yang berat, putus asa dan segudang penderitaan akan ia terima," ucapnya tanpa suara.Ia menarik sudut bi
Adam berdiri, berkacak pinggang. Melihat tubuhnya dari pantulan cermin.Ia mendekatkan wajahnya berulang kali, melihat rambut yang tumbuh disekitar dagunya sedikit mengganggu, tapi ia tetap terlihat tampan. Ia menyisir pelan bulu itu sampai terasa halus dan rapi. Hingga kegiatan itu berlangsung lebih lama.Aisyah terdiam diambang pintu, ia menatap wajah Adam dengan tersenyum. Pria yang belum mengenakan jas itu menyadari kedatangan Aisyah. "Apa yang kamu tertawakan? Hem?" Aisyah tidak takut, ia malah berjalan mendekati Adam. Dan meraih dasi yang menggantung dilehernya. Gegas ia perbaiki tanpa perintah, baginya ini adalah tugas seorang istri."Kamu tidak bisa membedakan tersenyum dan tertawa rupanya." Darah Adam seketika mengalir deras. Entah kenapa saat Aisyah berada didekatnya, seketika itu juga tubuhnya membatu bagai terkena guna-guna. 'Awas kau Aisyah! Kamu sering buat aku bagai orang bodoh didepanmu!'"Nah, kamu terlihat lebih tampan sekarang." Kedua mata Adam terbelalak. 'Asta
"Maafkan saya! Jangan pecat saya. Anak istri saya -- akan saya beri makan apa, Pak!" pria paruh baya itu mengatupkan kedua tangan didepan wajahnya sendiri. Mengharap belas kasih pria berkuasa yang baru menginjakkan kaki di perusahaan tempat ia bekerja beberapa tahun ini."Bukan urusanku! Paham! Tidak ada kesempatan kedua untuk pekerja sepertimu! Keluar!" bentaknya. Suaranya yang lantang -- terdengar menggema di seluruh ruangan. Di tempat itu seketika hening. Mereka bergidik ketakutan.Sifat Dewa dan Adam dinilai berbeda jauh. Dewa masih memiliki sisi baik, dan Adam sebaliknya. Dari insiden itu, mereka buat pelajaran untuk lebih berhati-hati padanya.Pria yang tak kurang dari 50 tahun itu meletakkan nampan diatas meja. Ia menunduk dan meminta maaf. Tidak ada jawaban Adam untuknya, malah dengan arogannya ia melangkahkan kaki pergi."Cepat bersihkan tempat ini! Aku tidak mau waktuku terbuang habis karena acara menyebalkan ini! Mengerti kalian!" bentak Adam. Hampir urat leher terlihat s
Aisyah tidak menghiraukan. Ia berjalan dengan langkah kaki cepat. Namun, ia tidak bisa mengalahkan benda bermesin itu."Cantik-cantik kok tuli!" ucapnya lagi. Bukan Aisyah tidak menunjukkan sisi kesopanan, dari gelagat dan perilaku mereka telah menunjukkan jika mereka bukan pria baik.'Bissmillah ... Semoga tidak terjadi hal buruk terhadapku!' gumamnya.Tidak hanya mengganggu dengan ucapan, salah satu dari mereka berani mencolek pipinya.Aisyah tidak tinggal diam. Ia berhenti -- mencoba melawan. "Cukup! Jangan berbuat kurang ajar ya!" ucapnya memberi ancaman. Sekuat tenaga, ia akan melawan pria-pria itu. "Ternyata bisa marah juga ... Jangan marah, nanti cantiknya hilang!"Sekali lagi pria yang duduk diatas jok belakang mencoleknya. Ditepis Aisyah dengan tangannya."Jangan coba-coba berbuat kurang ajar ya terhadapku!" Aisyah memperingatkan kembali."Sudahlah Nona, ini jalanan sepi. Jadi menurut-lah dengan kami. Kami akan berikan keindahan dunia yang tidak terkira olehmu.""Cukup! Aku
"Adam memang mengenalnya. Tapi maaf, Adam tidak menerima perjodohan ini. Permisi!" Tanpa mendengar jawaban mereka. Pria itu pergi begitu saja. "Kami akan berbicara lagi padanya. Bersabarlah." Terdengar lirih suara Maliana ditelinga Adam. Terdengar Jenny memanggilnya. Ia meraih lengan Adam dan berbicara empat mata di luar."Adam, kenapa beberapa hari ini kamu acuhkan panggilan telepon dariku? Hem?" Nada bicara Jenny terdengar aneh, bahkan berbeda. Sebelum diadakan perjodohan ini, ia terlihat seperti rekan kerja biasa. Ia pernah menjadi investor asing di perusahaannya di Jerman. Dari situlah Adam mengenalnya."Acuh? Tidak. Aku hanya sibuk beberapa hari ini. Tidak ada waktu untuk main gadget." Jawaban Adam datar."Bagaimana dengan wanita yang bernama Aisyah? Dimanakah dia sekarang?" tanya Jenny mengulur waktu Adam pergi."Seperti yang aku inginkan sebelumnya, aku siksa dia setiap waktu.""Kamu tahu dia dimana sekarang? Aku tidak pernah menjumpainya dimanapun.""Kamu tidak perlu pikir
Adam menenggelamkan handuk kecil berwarna putih ke dalam air hangat. Memerasnya, dan meletakkan diatas kening Aisyah. Ia lakukan itu berulang kali. Terkadang ia memasukkan termometer ke dalam mulutnya. Dan mengecek suhunya."Syukurlah sedikit turun." Adam melihat angka itu dengan sedikit tersenyum. Ia merasa usahanya tidak sia-sia.Ia membiarkan handuk itu diatas keningnya, dan pergi lagi keluar kamar berjalan menuju dapur.Sesampainya di dapur, ia terlihat bingung. Ingin membuat sesuatu yang hangat. Dalam pikiran ingin membuat bubur ayam. Membuka lemari pendingin terdapat beberapa banyak bahan makanan yang dibutuhkannya."Aku tidak pernah memasak. Bagaimana caranya membuat bubur untuk Aisyah?! Sial! Wanita itu sangat merepotkan diriku!" Adam berdecak kesal.Terpaksa senjata andalannya ia keluarkan. Sebuah benda canggih, namun bukan kantung Doraemon. Ia merogoh disaku celana."Nah! Semua bisa terjawab dengan bantuan ini!" Kedua matanya fokus ke tulisan yang baru muncul di layar. Sete