Share

Bab 7 Peresmian pergantian Direktur Utama

Adam berdiri, berkacak pinggang. Melihat tubuhnya dari pantulan cermin.

Ia mendekatkan wajahnya berulang kali, melihat rambut yang tumbuh disekitar dagunya sedikit mengganggu, tapi ia tetap terlihat tampan.

Ia menyisir pelan bulu itu sampai terasa halus dan rapi. Hingga kegiatan itu berlangsung lebih lama.

Aisyah terdiam diambang pintu, ia menatap wajah Adam dengan tersenyum. Pria yang belum mengenakan jas itu menyadari kedatangan Aisyah.

"Apa yang kamu tertawakan? Hem?"

Aisyah tidak takut, ia malah berjalan mendekati Adam. Dan meraih dasi yang menggantung dilehernya. Gegas ia perbaiki tanpa perintah, baginya ini adalah tugas seorang istri.

"Kamu tidak bisa membedakan tersenyum dan tertawa rupanya."

Darah Adam seketika mengalir deras. Entah kenapa saat Aisyah berada didekatnya, seketika itu juga tubuhnya membatu bagai terkena guna-guna. 'Awas kau Aisyah! Kamu sering buat aku bagai orang bodoh didepanmu!'

"Nah, kamu terlihat lebih tampan sekarang."

Kedua mata Adam terbelalak. 'Astaga, wanita ini sangat menyebalkan!'

Saat Adam tersadar, ia mendorong tubuh Aisyah mundur beberapa langkah. "Kamu tidak berhak atas tubuhku! Menyingkir!"

Adam gegas meraih jas hitam yang tergeletak diatas ranjang dan memakinya, ia berjalan buru-buru, melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 06. 45 pagi.

"Mas, kamu sarapan dulu. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu!" ucap Aisyah setengah berteriak.

"Buang saja!" ucapnya dengan ringan.

Aisyah menekan dada untuk tetap bersabar, keyakinan terbesarnya adalah membuat pria itu jatuh cinta padanya. Dan menemukan siapa sebenarnya pembunuh Dewangga. Jika semua terkuak, Adam akan menerima cinta Aisyah seutuhnya.

Dengan cepat makanan yang sudah disiapkan, ia sendok-kan kearah mulut Adam.

"Buka mulutmu! Makanlah sedikit saja!" paksa Aisyah.

Dalam hati Adam -- ia merasa sayang jika pagi ini tidak mencicipi masakan Aisyah. Tapi tidak ada waktu lagi, ia sudah terlambat. Dengan berat ia menarik sendok dari tangan Aisyah dan membuangnya.

'Astaghfirullah, Mas... Beri ketabahan luar biasa untuk menghadapi pria ini ...' ucapnya dalam hati -- pada Sang Pemberi Hidup.

Sementara Aisyah mengikuti perlahan langka Adam hingga pria itu melesat pergi bersama mobilnya, hingga tidak terlihat lagi dalam pandangan mata.

"Berhati-hatilah suamiku, entah pekerjaan apa kau kerjakan, semoga membawa berkah, doaku senantiasa menyertaimu."

Semua pekerjaan telah ia kerjakan dari subuh, tinggal mencuci pakaian saja. Tubuhnya terasa lelah, ia memutuskan beristirahat di teras sembari melihat bunga-bunga yang tumbuh suburnya dengan beberapa kupu-kupu yang terbang mengitari untuk menghisap madunya.

Langit pagi ini terlihat cerah, awan tampak biru. Sungguh ia merasa betah di rumah Adam, entah ia akan betah juga dengan pemiliknya, karena jauh dari perkotaan, udara disini masih terasa segar.

Disini sebagian pemandangan berwarna hijau, membuat hawanya terasa sejuk, meski tidak di daerah pegunungan.

Pandangan Aisyah melihat Dewa berdiri jauh darinya, Pria yang sama tampannya dengan Adam itu memetik setangkai mawar merah.

"Mas Dewa?" Aisyah menyebutnya tidak percaya.

Wajahnya sangat pucat pasi, seakan tidak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya. Selaras dengan pakaian putih yang dikenakan.

Ia memberikan senyuman hambar untuk Aisyah dan berjalan pergi meninggalkannya. Ia menjatuhkan bunga itu ketanah.

"Mas Dewa!" teriaknya.

Beberapa saat kemudian ia tersadar. Aisyah melihat dirinya terlelap di kursi yang sama.

"Astaqhfirrullah .... ternyata aku hanya bermimpi." Aisyah menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, memanjatkan ampunan dosa atas Dewa. Dan lekas pria itu diterima disisi-Nya dan di tempatkan pada tempat terindah.

Ia berjalan kearah dimana Dewa berdiri, tanpa sengaja ia melihat setangkai bunga mawar itu tergeletak di tanah.

"Bukankah tadi aku hanya bermimpi? Lantas, siapa yang memetik bunga ini?" Ia mengambil dan menciumnya beberapa kali.

Kenangan indah bersama Dewa terbayang kembali dalam pikirannya. Pria itu sering memberinya bunga mawar, karena ia tahu jika kekasihnya menyukai bunga mawar.

Meski Dewa tidak menyukai kekejaman mawar yang sering melukai kulit Aisyah karena durinya.

Dua sudut bibir Aisyah terangkat, ia tidak tersenyum bahagia, hanya mengulas senyum pahit-- meluapkan sedihnya yang ia pendam sendiri.

Ia menyeka air mata bening yang tiba-tiba bergulir, ia menekan pikirannya, dan memutuskan untuk mengerjakan sholat Dhuha -- menenangkan hatinya.

Diperusahaan Adijaya Group ...

Terdengar hingar bingar para karyawan dan karyawati membicarakan sosok direktur pengganti Dewa. Sembari menata meja-meja beserta hidangan yang belum terlihat rapi.

Mereka saling berbisik dan menerka-nerka, serta membayangkan bagaimana tampang direktur mereka yang baru.

"Aku mendengar, jika kakak dari almarhum Bapak Dewa sangat tampan. Dia baru pulang dari Jerman!"

"Aku sangat penasaran juga. Katanya dia sangat tampan dan karismatik, melebihi Bapak Dewa."

"Kita harus bisa profesional. Jangan sampai membuatnya kecewa pada kita!"

Tidak lama kemudian karyawan yang baru datang tergesa-gesa mengatakan, "Bapak Adam akan segera sampai.

Hari ini adalah acara peresmian Adam diangkat sebagai direktur utama perusahaan Adijaya Group. Sebagian pekerjaan sudah dipersiapkan dari sepulang kerja kemarin. Dan paginya tinggal merapikan dan menyiapkan perjamuan.

"Selamat datang diperusahaan Adijaya Group Bapak Adam Smith." Seluruh pegawai memberikan ucapannya serentak. Hampir seperti paduan suara yang terlatih.

Adam menganggukkan kepala dan menjawabnya, "Selamat pagi." Tanpa memberi senyuman. Wajahnya datar saja. Tidak meninggalkan karismanya yang tinggi dihadapan mereka. Khususnya para wanita yang tersihir oleh ketampanannya.

Beberapa saat kemudian Bima Suseno dan Maliana menyusul. Ucapan yang sama pun diucapkan oleh mereka.

Karena Adam tidak suka menghabiskan waktu pada pekerjaan yang dianggap tidak berguna, ia ingin mempersingkat waktu untuk segera mengakhiri.

"Dia adalah Kakak Dewa yang tinggal di Jerman. Saat ini -- akan menggantikan Dewa sebagai direktur utama. Putra tunggal saya ini masih sendiri, alias belum memiliki pasangan. Haha," ucap Bima sedikit memberi hiburan.

'Hah? Belum memiliki pasangan? Andai kalian semua tahu, jika pembunuh Dewa yang telah ku nikahi,' batin Adam menjelaskan.

Setelah Bima memperkenalkan Adam pada semua, kini telah tiba acara pemotongan pita peresmian pergantian direktur utama baru dan nama perusahaan Adijaya akan diubah menjadi 'Eagle property Group'.

"Silahkan Pak Adam." Seseorang memberi gunting yang diletakkan diatas nampan beralas kain merah.

Kress ...

Pita merah panjang beberapa meter itu pun putus, serentak mereka yang ikut menghadiri bertepuk tangan.

"Silahkan Pak Adam!" Seorang office boy membawa nampan berisi banyak minuman.

Syurr ...

Tak sengaja satu gelas ditumpahkannya pada pakaian Adam.

"Kurang ajar kamu! Sengaja kamu permalukan saya didepan orang banyak pada acara penting saya? Hah!" bentak Adam menunjuk ke wajahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
aduh pak Adam galak Amat ya cepet Tua loh pak marah2 mulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status