Share

ISTRI KEDUA CEO
ISTRI KEDUA CEO
Author: Wafa Farha

Malam Pertama

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-06-03 16:04:56

Menatap gadis cantik yang duduk tak jauh dari tempatku mengucap akad nikah, gadis berusia 21 tahun, wajahnya manis, cantik. Hatiku jedap-jedup. Bukan karena aku jatuh cinta dan tak sabar melewati malam pertama. Tapi ... takut ini awal dari bencana, bahwa aku akan kehilangan Bianca.

Ada kesedihan di wajah mempelai wanitaku itu. Tapi apa peduliku? Dia sudah mendapatkan imbalan setara dengan rasa sakitnya.

Aku terpaksa menikahi Yumna.

Tentu ... karena dia sangat mirip dengan istriku yang sebenarnya, Bianca. Bedanya jika Bianca perempuan berpenampilan glamour, dengan pakaian serba terbuka, Yumna bak gadis original yang menutup seluruh tubuhnya dengan hijab, kecuali wajah dan tangan.

Aku sebenarnya alergi dengan wanita-wanita sok alim. Namun, kemiripan mereka membuatku memilih pengecualian.

Hanya saja gadis bernama Yumna itu tak membuat sedikit saja hati ini bergetar. Desir yang menjalar di dada kala bertemu Bianca, tak kudapati darinya.

Ini karena pernikahan kami terpaksa. Aku hanya berpura-pura menikahi Yumna demi Bianca. Agar wanita yang sangat kucintai itu kembali. Dan dia ... akan mendapat uang setara untuk menyembuhkan ibunya yang terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit.

"Bos, selamat akhirnya punya pengganti." Manajer menjabat tanganku. Tapi tak begitu kupedulikan.

Lalu, Raka yang datang setelahnya. Menyalami dan memelukku sambil berbisik, "Gila lho. Kuat amat punya bini dua." Sahabatku itu geleng-geleng. Meledek.

Dia mana tahu apa yang kualami? Jika Raka ada di posisiku pasti dia akan melakukan hal sama. Untuk seorang pria yang sedang sayang-sayangnya pada seorang wanita, kami bisa melakukan hal apa saja, yang kadang dipandang gila oleh orang lain.

Ya ... apapun akan kulakukan untuk Bianca.

"Ck. Sudahlah!" Kulepas pelukan Raka, lalu menabrak bahu pria tersebut kala melewatinya.

Raka terhuyung. Hampir saja hidung bangirnya nyungsep ke lantai marmer rumah megahku. Rasakan itu!

Langkah lebar dua kaki kokoh milikku bergerak ke anak-anak tangga, mengikuti Yumna ke kamar. Tak lagi kuhiraukan tamu-tamu yang didominasi pegawai kantor. Papa Mama bahkan tak hadir, sebab pernikahan kedua ini kurahasiakan darinya.

Hanya 30 persen pegawai kantor yang diundang. Satu saja ada yang membocorkan, akan kupecat mereka semua!

Kulirik sekilas saat pelayan membawa gadis yang memakai kebaya putih syar'i itu menaiki anak-anak tangga menuju kamar yang sudah dipersiapkan. Aku tak mengerti ekspresinya. Dibantu Alina, sekretaris perusahaan yang sudah menyiapkan segala hal untuk pernikahan kami.

Tak melihat kebencian di wajah Yumna ataupun harapan untukku. Dia pasrah. Seolah hanya seorang bawahan bersikap pada atasan. Hidupnya telah kubeli, maka apapun yang kulakukan padanya, ia tak punya hak untuk membantah.

Setelah sampai kamar, pelayan itu meninggalkan Yumna. Lalu aku masuk dan tinggallah kami berdua di dalam kamar yang berukuran sepuluh kali sepuluh meter.

"Duduklah," perintahku sambil menunjuk sofa.

Ia mengangguk kecil lalu duduk di sana. Perlahan aku mengikuti dan mengambil posisi duduk di sampingnya. Saatnya kubuka laptop, yang sudah disiapkan di meja depan kami. Setelah menemukan sebuah file, 'Aturan Pernikahan' kuklik folder tersebut dan meminta Yumna mempelajarinya.

"Bacalah ini," titahku pelan.

"Apa ini, Tuan?"

"Baca saja dan pelajari. Bukankah kamu seorang mahasiswi, kurasa cukup cerdas bagaimana memahami sesuatu tanpa harus dijelaskan secara detail."

"Ah, ya." Gadis itu memberi tanda bahwa ia mengerti.

"Baiklah." Aku menghela lega. Sembari bangkit dari duduk kuberitahukan lagi sesuatu padanya.

"Ini adalah kamarmu. Sementara aku akan tidur di kamarku sendiri."

"Ha?" Yumna sempat terperangah. Apa yang dia pikirkan? Apa dia pikir setelah menikahinya aku akan memberikan semua hidupku untuknya? Tentu saja tidak. Cintaku hanya untuk Bianca.

"Kenapa? Ada masalah?"

"Ah, tidak, Tuan." Yumna menggeleng cepat.

"Bagus. Beristirahatlah, karena besok-besok akan jadi hari yang sibuk untukmu."

"Ya, Tuan."

Hanya itu kata-kata terakhir yang bisa kuucap. Saat melangkah pergi, Yumna begitu serius menatap layar laptop. Bagus! Dia memang harus serius.

Keberadaan Yumna, akan sangat berguna. Selain tak kehilangan Bianca, perusahaan akan berjalan sebagaimana mestinya.

____________

Baru saja memejam, suara dering ponsel memaksaku kembali membuka mata.

"Aih. Sial! Siapa pula malam-malam begini? Awas saja kalau Raka! Kublokir kau nanti!" dengkusku kesal.

Begitu melihat pada layar ponsel, rupanya panggilan video datang dari Bianca.

Akhirnya ... menelepon juga dia setelah aku menikah. Apa dia pikir aku main-main dengan ancamanku akan menikah lagi?!

"Hai, Masss!" seru Bianaca di ujung telepon. Dia tertawa. Benar-benar. Kupikir dia akan marah setengah mati dan pulang melabrak Yumna. Tapi nyatanya?

"Apa maumu? Kamu tak mau pulang?" tanyaku dengan nada kesal.

"Duh, jangan gitu donk, Sayang. Mas tau aku sudah terlanjur mendaftar kuliah, mana bisa aku pulang sekarang?"

"Heh, ya. Sudah kuduga."

"Hem, selamat ya. Aku dengar Mas baru menikahi seorang gadis yang sangat mirip denganku. Tapi aku yakin, Mas tetap akan jaga hati hanya buat aku. Makanya aku telepon." Kini raut wajahnya tampak sedih. Aku bisa gila melihatnya.

"Sudah, jangan sedih. Kamu tahu akau sangat mencintaimu bukan? Katakan, kapan kamu kembali padaku?"

"Sudah, Mas. Biarkan aku bicara pada Yumna dulu. Namanya Yumna kan?"

"Kenapa mengalihkan pembicaraan?"

"Mas ...."

"Dia pasti sudah tidur sekarang."

"Ayolah."

Huft. Dengan berat hati, akhirnya aku bangkit. Pergi ke kamar Yumna menemuinya. Inikah yang namanya cinta. Aku lemah melihatnya bersedih, dan mau melakukan apapun walau kenyataannya hatiku sakit karena merindukan Bianca.

Namun, di balik pelariannya pasti ada alasan. Dan aku akan bersabar menunggu Bianca bicara.

Kuketuk pintu kamar Yumna. Sampai lima kaki ketukan, kamar itu baru terbuka. Mataku hampir saja lepas. Kali ini Yumna tak memakai kerudung. Memakai pakaian handuk yang memperlihatkan pemandangan indah dari tubuhnya.

"Ehm, maaf Tuan. Saya sedang mandi."

Ya Tuhan. Bagaimana ini, aku nyaris tak bisa membedakan antara sosok Yumna dan Bianca. Bagaimana kalau aku khilaf?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI KEDUA CEO   Misi Berhasil

    "Mas, gimana menurut kamu sekarang?" tanya Sisil sembari meletakkan cangkir di atas meja, dekat laptop yang digunakan suaminya untuk kerja. "Hem?" Keanu yang kurang jelas mendongak. Melepaskan tatapan dari layar dan kemudian fokus pada wanita cantik yang hanya mengenakan dress tipis dengan rambut diikat tinggi. "Ya, Sayang. Kamu membahas tentang siapa?" Pria yang profesinya sebagai pengacara itu ingin memperjelas maksud pertanyaan istrinya. "Itu si Laura. Hidupnya kan ngenes, lebih ngenes dari janda yang gada suami." Sisil mengatakan secara detail. Dia sendiri meski merasa benci pada masa lalu Laura yang jahat, ada anak kecil yang tak bersalah hadir di tengah wanita jahat itu dan mantan suami Lisa -kakaknya. "Hem, apa kamu belum puas melihat penderitaannya?" tanya Keanu. Sisil menggeleng. "Lalu?""Aku kasihan pada anaknya, Mas. Apa kita ambil jadi anak angkat aja, ya? Atau kita kirim ke panti biar diasuh orang," celetuk Sisil ketika terpikir untuk menolong anak tidak bersalah i

  • ISTRI KEDUA CEO   Semua Selesai

    "Jadi kita harus bagaimana, Mas?" Laura tampak bingung.Bagas mendesah panjang. Dia memikirkan cara bagaimana membalas dendam ada orang-orang yang telah membuatnya terpuruk seperti sekarang."Sudahlah, kita pikirkan nanti, Ra. Mas mau mandi dulu, gerah!" ucap Bagas bangkit. Lelaki itu sudah berjalan mencapai tangga, tapi membalik tubuh karena ada sesuatu yang perlu dia katakan."Ohya, cepat berkemas. Kita harus segera pergi dari sini!" seru Bagas, yang kemudian terus berjalan tanpa menunggu persetujuan sang istri. "Aku perlu menghubungi kolega yang masih punya hutang pribadi padaku, yah cukuplah buat nyewa sebuah rumah minimalis."Laura mendecak sebal. Ia sangat kesal pada Lisa. Wanita itu harus dilaporkan karena kasus penipuan."Tapi bagaimana caranya? Kami bahkan tak punya uang untuk menyewa pengacara." Perempuan yang tengah hamil muda itu mendesah lelah. Dengan langkah gontai bergerak mengikuti Bagas di lantai dua.Bagas yang akan masuk kamar mandi, tiba-tiba harus menghentikan la

  • ISTRI KEDUA CEO   Dunia sudah Runtuh

    Lisa mendesah. "Aku bisa mengurus Kamila sendiri. Toh, selama ini akulah yang mengurusnya, apalagi sejak kamu bertemu mantanmu itu, Mas. Kita cerai saja. Ini sudah keputusan terakhirku." Lisa mengucap tenang. Namun, juga mantap. Seketika wajah Bagas pias. Tak menyangka pada akhirnya Lisa yang lebih dulu menggungat cerai. Habis sudah. Tak ada lagu harapan untuk tetap hidup mewah di keluarga Handoko. Entah, bagaimana reaksi Laura nanti saat tahu, suaminya sekarang hanyalah seorang gembel yang tak memiliki apa-apa."Tap, tapi. Apa kamu sudah memikirkannya baik-baik, Lis? Lihatlah betapa menderitanya aku tanpa kamu selama ini. Mas minta maaf." Bagas menghiba. Berharap Lisa luluh atas permintaan maafnya."Maafku sudah habis, Mas. Aku terus memaafkanmu, tapi kamu tetap memilih mantanmu itu. Mas tak menoleh sedikit pun padaku dan Kamila, yang jelas-jelas telah membersamaimu sejak lama.""Mas, khilaf, Lis.""Khilaf yang terulang-ulang." Lisa bicara dengan tegas. Tak sia-sia dia terus melatih

  • ISTRI KEDUA CEO   Cerai saja!

    Mbak Wati berlari dari arah dapur, ketika mendengar suara ribut-ribut di kamar Kamila."Ada apa?" tanya seorang pelayan kepada rekannya ketika Wati bergegas dari dapur tempat mereka bekerja."Biasalah. Orang kaya memang selalu begitu," cibir pelayan lain di sampingnya. Seorang perempuan yang semalam telah berhasil memberi obat tidur dalam minuman wanita bercadar di kamar Kamila.Perempuan itu tersenyum. Dia berpikir bahwa keributan pagi ini adalah imbas dari keberhasilan pekerjaannya semalam."Berhenti bergosip! Kalian makan dan digaji oleh orang yang kalian bicarakan keburukannya," tegur kepala pelayan yang tak suka mereka bicara tanpa adab."Not attitude!" dengkusnya sebelum akhirnya melangkah menyusul Wati untuk melihat apa yang terjadi.Mbak Wati yang melihat Bagas dan Sisil sibuk memanggil seseorang, segera mengambil Kamila yang tampak bingung. Untuk kemudian dibawa ke kamarnya dan diurus seperti biasa. Wanita itu tahu diri, hingga tak berani bertanya apapun mengenai keributan in

  • ISTRI KEDUA CEO   Aku sudah Melihatmu, Lisa!

    Lisa memegangi kepala yang berdenyut, saat membuka matanya dengan susah payah. Begitu mengerjap, cahaya menembus celah jendela. Wanita itu terhenyak, pagi telah tiba sebelum ia sempat menunaikan sholat subuh. "Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa kesiangan?"Wanita itu bangkit dengan tergesa. Berdiri di depan cermin untuk melepas topeng yang Sisil berikan semalam. "Aku bahkan tak sempat melepas benda ini sebelum tidur. Ini sangat aneh." Lisa meneleng sejenak mengingat-ingat kejadian ganjil semalam. Merasa sudah kehilangan banyak waktu, akhirnya ia bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sholat."Li, Lisa ...." Mata Bagas hampir saja lepas melihat sosok wanita di hadapannya. Sementara wanita yang baru selesai mandi dan merasakan situasi yang tak baik telah menimpa, buru-buru menarik tubuhnya kembali ke kamar mandi, menghindari tatapan pria itu. "Ya Tuhan bagaimana ini?" Lisa menggumam bingung."Apa yang sedang terjadi? Kenapa kepalaku terasa berat?" Lisa berta

  • ISTRI KEDUA CEO   Kamar Kamila

    "Apa ini, Sil?!" teriak Bagas dengan amarah yang meletup-letup. Baru saja dia berprasangka baik tentang Sisil tapi ternyata dalam sekejap dia menikamnya dengan cara lain.Sisil memutar mata malas. "Udah deh, Mas. Gak usah berisik! Katanya mau lapor Pak RT. Panggil warga buat gerebek aku? Silakan! Sana!""Kamu nantangin aku, Sil! Oke! Kamu akan habis karena berbuat mesum padahal sudah punya suami!" Suara bariton itu menggema, sampai membangunkan pelayan yang tidur di kamar pembantu, terbangun. Namun, seperti biasa, mereka tak berani keluar dan melihat apa yang terjadi di ruang-ruang utama. Hanya kepala pelayan yang berani mengintip dari kejauhan. Takut jika ada perampok dan sejenisnya dan perlu untuk memanggil polisi.Bagas bergegas, dia ingin membuktikan bahwa ucapannya bisa menghancurkan Sisil."Tunggu! Satu langkah kamu keluar dari pintu, aku akan menceraikanmu. Dan menghancurkan hidupmu Mas Bagas! Mau jadi gembel?!" Sisil tersenyum sinis. Namun, rupanya ... sang nyonya dan tuannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status