Beranda / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 1: Hidup dalam Kemiskinan

Share

ISTRI LUPA DIRI
ISTRI LUPA DIRI
Penulis: Rae Jasmine

Bab 1: Hidup dalam Kemiskinan

Penulis: Rae Jasmine
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 10:40:31

Rachel menatap langit-langit rumahnya yang sudah mulai rapuh. Atap bocor di sana-sini, dan dinding kayu yang lapuk membuat angin dingin leluasa masuk. Malam itu, ia duduk di samping ranjang kayu tempat ibunya terbaring lemah. Napas wanita tua itu terdengar pelan dan berat, seolah setiap hembusan membutuhkan tenaga besar.

“Ibu, makanlah dulu.” Rachel menyodorkan semangkuk bubur yang hampir dingin.

Sang ibu menggeleng pelan, menatapnya dengan mata sayu. “Kamu sudah makan, Nak?”

Rachel tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kenyataan. “Sudah, Bu.”

Padahal, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun.

Bohong demi kebaikan sudah menjadi kebiasaannya. Ia lebih memilih menahan lapar asalkan ibunya bisa makan, meski hanya sedikit.

Hidup mereka selalu penuh kekurangan. Sejak ayahnya meninggal, Rachel dan ibunya hidup dalam kemiskinan. Setiap hari, ia bekerja sebagai pelayan di restoran kecil, mencoba mengumpulkan uang untuk bertahan hidup. Namun, gaji kecilnya nyaris tak cukup untuk membiayai pengobatan ibunya yang semakin hari semakin memburuk.

Rachel menatap wajah ibunya yang mulai tertidur. Hatinya nyeri. Ia tak ingin kehilangan satu-satunya keluarga yang tersisa. Tapi bagaimana caranya menyelamatkan ibunya tanpa uang?

Sambil menghela napas panjang, ia berbaring di atas tikar lusuh di lantai. Malam itu, perutnya kembali kosong, tapi ia memaksakan diri untuk tidur. Besok, hari baru menantinya.

Keesokan harinya, restoran tempat Rachel bekerja lebih ramai dari biasanya. Pelanggan datang silih berganti, membuatnya harus bergerak cepat mengantar pesanan.

“Rachel! Meja tujuh, cepat!” seru seorang koki dari dapur.

Rachel segera mengambil nampan berisi sup panas dan roti, lalu berjalan menuju meja yang dimaksud. Namun, sebelum ia sampai, seseorang dengan sengaja menjulurkan kaki ke depannya.

BRAK!

Rachel tersungkur ke lantai. Sup panas dalam mangkuk tumpah, mengenai celana pria yang duduk di meja itu.

“Astaga!” Pria itu berdiri dengan marah, menatap noda di celananya. “Kamu tidak punya mata, hah?!”

Rachel langsung bangkit dan menunduk dalam. “Saya minta maaf, Tuan. Saya tidak sengaja—”

“Dasar ceroboh!” Pria itu menarik kerah bajunya. “Tahu nggak berapa harga celana ini?! Aku bisa menuntutmu!”

Rachel menggigit bibir, tubuhnya gemetar. Ia ingin menangis, tapi tahu menangis tak akan menyelesaikan masalah.

Saat itu, suara berat dan dingin terdengar dari meja sebelah.

“Lepaskan dia.”

Semua orang menoleh.

Seorang pria duduk santai di kursinya, menyesap kopi dengan tenang. Meski ekspresinya datar, sorot matanya tajam dan berwibawa.

Rachel menelan ludah.

Pria itu berbeda dari pelanggan lain. Pakaiannya rapi, wajahnya tegas, dan caranya berbicara menunjukkan bahwa ia bukan orang biasa.

Pria yang menjegal Rachel langsung mundur selangkah. “Kau siapa? Jangan ikut campur!”

Pria berwibawa itu mengangkat alis. “Pemilik restoran ini.”

Keheningan menyelimuti ruangan.

Rachel membelalakkan mata. Pemilik restoran ini?

Seketika, pria yang tadi menganiaya Rachel berubah pucat.

“M-Maaf, Tuan Martin… saya tidak bermaksud”

“Keluar,” potong pria itu dengan nada dingin.

Tanpa menunggu perintah kedua, pria itu langsung kabur dari restoran.

Rachel masih berdiri terpaku, jantungnya berdebar kencang. Ia tak menyangka pria yang menolongnya adalah pemilik restoran ini—Martin Hartono, seorang pengusaha kaya raya.

Martin menatapnya. “Kamu tidak apa-apa?”

Rachel cepat-cepat mengangguk. “Terima kasih, Tuan.”

Martin tidak langsung menjawab. Ia justru menatap Rachel lama, seolah menilai sesuatu dalam dirinya.

“Berapa lama kamu bekerja di sini?” tanyanya.

Rachel terkejut dengan pertanyaannya, tapi ia menjawab jujur, “Sudah hampir dua tahun, Tuan.”

“Berapa gajimu?”

Rachel terdiam. Kenapa pria ini menanyakan hal seperti itu?

Martin menyesap kopinya, menunggu jawaban.

“Aku… aku hanya mendapat cukup untuk makan dan membayar sebagian kecil biaya obat ibuku,” kata Rachel lirih.

Martin menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak.

Lalu, tanpa berkata banyak, ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya yaitu selembar kartu nama dan meletakkannya di atas meja.

“Datanglah ke kantorku besok pagi,” katanya sebelum bangkit dan berjalan keluar dari restoran.

Rachel menatap kartu nama itu dengan bingung. Kenapa pria seperti Martin ingin bertemu dengannya?

Genggamannya mengerat, dadanya dipenuhi berbagai pertanyaan.

Apakah ini kesempatan yang bisa mengubah hidupnya? Atau justru jebakan berbahaya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 79: Bukan Sekedar Kurir

    Sudah hampir dua minggu sejak Dali Malik mulai bekerja di butik Rachel. Sejauh ini, kinerjanya tidak mengecewakan. Ia bekerja tepat waktu, mengantarkan paket tanpa keluhan, dan selalu bersikap sopan kepada Rachel maupun staf lainnya.Rachel merasa lega karena beban pekerjaan semakin terbagi. Kehadirannya memungkinkan Rachel untuk lebih fokus mengelola desain dan produksi pakaian, juga menjalin kerja sama dengan vendor-vendor baru. Outlet yang ia kelola di salah satu mal ternama Jakarta kini menjadi sorotan banyak pelanggan. Bisnis berjalan lancar, dan setiap hari orderan online terus membludak.Namun, ada satu hal yang perlahan-lahan mulai mengganggu pikirannya. Beberapa kali, ia menangkap tatapan aneh dari Dali. Bukan tatapan menggoda atau tidak sopan—melainkan seperti tatapan seseorang yang menyimpan rahasia. Tapi Rachel selalu mengabaikannya. Ia mengira itu hanya prasangkanya saja.Suatu sore, Martin datang menjemput Rachel sepulang kerja. Saat ia menunggu di parkiran belakang mal,

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 77: Kehidupan Yang Lebih Baik

    Seiring berjalannya waktu, kondisi Rachel semakin membaik. Ia rutin meminum obat yang diresepkan dokter, dan ingatannya perlahan mulai stabil. Rasa pusing yang sering menyerangnya kini berkurang, dan ia mulai merasa seperti dirinya yang dulu. Setiap pagi, Martin selalu mengingatkan Rachel untuk tidak melewatkan obatnya. Ia bahkan menyusun alarm di ponselnya agar tak ada satu pun dosis yang terlewat. Perhatian Martin membuat Rachel semakin yakin bahwa suaminya adalah pria terbaik yang pernah hadir dalam hidupnya. Ia memandangi wajah Martin yang tengah sibuk di ruang kerja. Walaupun lahir dari keluarga kaya raya, pria itu tidak pernah memandangnya rendah. Martin selalu menerima dirinya apa adanya, bahkan ketika ia dulu sempat lupa diri dan berubah menjadi orang yang berbeda. Rachel menggigit bibirnya, merasa sedikit bersalah. Dulu, ia terlalu sibuk menikmati kemewahan dan mengabaikan banyak hal penting, termasuk suaminya sendiri. Tapi sekarang, ia ingin menjadi pribadi yang lebih b

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 76: Tertundanya Pencarian

    Pagi itu, Martin membangunkan Rachel lebih awal dari biasanya.“Rachel, bangun. Kita harus ke rumah sakit hari ini,” katanya lembut sambil menggoyangkan bahu istrinya.Rachel mengerjap pelan, matanya masih terasa berat. Kepalanya berdenyut, dan sebagian ingatannya masih terasa kabur. Ia sempat lupa bahwa hari ini adalah jadwal kontrolnya.Martin membantu Rachel duduk di tempat tidur. “Kita harus pastikan kondisimu benar-benar stabil. Setelah itu, kamu bisa kembali minum obat dengan teratur.”Rachel mengangguk lemah. Ia tahu Martin sangat mengkhawatirkannya. Sejak kecelakaan itu, suaminya semakin protektif, bahkan ia merasa Martin lebih sering memperhatikannya dibanding dirinya sendiri.Setelah tiba di rumah sakit, dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh. Rachel menjalani beberapa tes untuk memastikan kondisinya, terutama mengenai ingatannya yang masih belum sepenuhnya pulih.“Sejauh ini, kondisinya cukup stabil,” kata dokter sambil menuliskan sesuatu di buku catatan medis. “Tapi efek

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 75: Separuh Ingatan yang Hilang

    Sejak kepulangannya dari rumah sakit sebulan lalu, Rachel menjalani hari-harinya dengan lebih tenang. Martin kembali fokus pada perusahaannya yang sempat terguncang, sementara ia sendiri lebih banyak beristirahat di rumah, mengikuti saran dokter agar tubuhnya bisa pulih sepenuhnya.Setiap hari, ia rutin mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Namun, pagi ini, sesuatu terasa berbeda. Saat ia membuka laci tempat menyimpan obatnya, botol itu kosong. Rachel terdiam, mencoba mengingat kapan terakhir kali ia kontrol ke rumah sakit.“Oh… seharusnya aku kontrol hari ini,” gumamnya pelan.Namun, tubuhnya terasa terlalu lemas untuk bergerak. Kepala mulai berdenyut perlahan, lalu semakin tajam seiring berjalannya waktu.Sementara itu, Martin baru saja menyelesaikan rapat di kantornya. Setelah sempat absen selama berminggu-minggu karena kecelakaan, ia harus bekerja ekstra keras untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul di perusahaan. Beberapa orang bahkan mencoba mengambil kesempatan saat diri

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 74: Ada Yang Berbeda

    Hari kedua di rumah sakit, Rachel mulai menyadari sesuatu yang mengganggu dirinya. Ada bagian dari ingatannya yang terasa kabur—tidak sepenuhnya hilang, tetapi sulit dijangkau. Saat ia berusaha mengingat masa lalu, kepalanya terasa berat, seolah ada kabut yang menghalangi pikirannya.Ia masih mengenali Martin, masih ingat siapa dirinya, dan masih memahami sebagian besar kehidupannya. Tapi ada detail-detail kecil yang terasa hilang—seperti kejadian-kejadian tertentu yang seharusnya ia ingat, tetapi kini hanya menyisakan bayangan samar.Rachel mengerutkan kening, mencoba mengingat sesuatu yang spesifik. “Martin… aku merasa ada yang aneh dengan ingatanku. Aku bisa mengingat banyak hal, tapi rasanya tidak setajam biasanya.”Martin, yang sejak tadi duduk di sampingnya, menatap istrinya dengan tenang meski dalam hatinya ia merasa khawatir. Ia tahu sesuatu yang tidak Rachel sadari—dokter telah memberitahunya bahwa benturan yang dialami Rachel cukup serius dan mungkin menyebabkan gangguan mem

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 74: Bahaya Untuk Rachel Dan Martin

    Malam di rumah sakit terasa begitu sunyi. Hanya suara detak mesin medis dan langkah kaki suster yang sesekali terdengar di lorong. Rachel masih terbaring di ranjang, sementara Martin duduk di sofa kecil di sampingnya. Matanya memandangi istrinya yang tertidur, namun pikirannya tak tenang.Siapa pun yang berusaha mencelakai mereka pasti memiliki alasan kuat untuk menyembunyikan kebenaran tentang Adrian. Tapi siapa?Ponsel Martin bergetar di atas meja kecil di samping ranjang. Ia mengambilnya dan melihat nama di layar: Nomor Tidak Dikenal.Martin ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab.“Halo?” suaranya tenang, tapi waspada.Tak ada jawaban di seberang. Hanya suara napas pelan.“Halo?” ulangnya, kali ini lebih tegas.Lalu, terdengar suara berat yang nyaris berbisik.“Berhenti mencari… atau kau akan kehilangan lebih dari yang kau bayangkan.”Seketika, panggilan itu terputus.Martin merasakan tengkuknya meremang. Ini bukan peringatan biasa—ini ancaman.Ia segera berdiri dan berjalan ke lua

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 73: Kegelapan dan Rahasia

    Rasa sakit menusuk seluruh tubuh Rachel saat kesadarannya perlahan kembali. Matanya terasa begitu berat, namun ia bisa mendengar suara samar-samar di sekitarnya dan bunyi monitor medis yang berdetak pelan dan suara langkah kaki seseorang.Perlahan, ia membuka matanya. Langit-langit putih dan bau antiseptik memenuhi indranya. Rumah sakit. Ia mencoba menggerakkan tangannya, tetapi rasa nyeri langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya meringis.“Rachel…”Suara itu. Lembut, penuh kekhawatiran.Rachel menoleh perlahan dan melihat Martin duduk di samping tempat tidurnya. Wajahnya penuh luka dan lebam, namun sorot matanya tetap lembut menatapnya.“Kamu sadar,” katanya, suaranya dipenuhi rasa lega.Rachel mencoba berbicara, namun tenggorokannya begitu kering. Martin langsung menuangkan air ke dalam gelas dan mencoba membantunya untuk minum.“Apa… yang terjadi?” Rachel akhirnya bisa bersuara, meski lemah.Martin menghela napas panjang. “Kita telah mengalami kecelakaan. Mobil itu menabra

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 72: Pencarian yang Berujung pada Tragedi

    Pagi itu, yaitu setelah percakapan penuh emosi dengan ibunya, Rachel merasa semakin yakin bahwa dia harus menemukan pria yang dimaksud, yaitu Malik. Orang yang bisa jadi mengetahui lebih banyak tentang Adrian dan masa lalu yang selama ini disembunyikan. Martin, meski ragu, akhirnya setuju untuk ikut serta. Ia tahu betul betapa pentingnya pencarian ini bagi Rachel, dan meski ada rasa khawatir yang menggelayuti dirinya, ia tak bisa membiarkan Rachel melakukannya sendirian.Mereka berdua memutuskan untuk menuju ke daerah yang disebutkan oleh pria misterius di gudang—tempat terakhir Malik terlihat beberapa tahun lalu. Tidak ada petunjuk pasti mengenai keberadaan Malik, namun Rachel merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.Di dalam mobil, suasana sunyi menyelimuti mereka. Rachel melirik Martin, mencoba membaca ekspresinya. Suaminya itu terlihat tegang, memfokuskan perhatian pada jalan yang semakin sepi.“Martin, kamu yakin kita harus melanjutk

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 71: Mengungkap Semuanya

    Rachel terdiam setelah mendengar kata-kata Pak Surya. Matanya terasa kosong, kosong oleh semua informasi baru yang datang begitu cepat. Apa maksud Pak Surya dengan mengatakan kebenaran ini akan menghancurkannya? Apa yang lebih gelap dari apa yang sudah ia temui? Semua hal yang ia percayai kini terancam hancur.Pak Surya menatapnya dengan raut wajah yang penuh kecemasan. “Rachel, aku tidak ingin kau terjebak dalam dunia ini. Dunia yang sudah mengubah hidup banyak orang. Dunia yang menganggap nyawa tak lebih dari sebuah harga yang bisa ditawar.”Rachel dengan tegas. “Saya tidak akan mundur begitu saja, Pak. Saya harus tahu apa yang terjadi pada Adrian. Apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu?”Pak Surya menghela napas panjang. “Malam itu… bukan hanya Adrian yang menghilang. Ada banyak hal yang terjadi di balik itu. Banyak hal yang tidak pernah seharusnya kamu tahu.”Rachel menatapnya intens. “Kenapa sekarang, Pak? Kenapa Anda baru bicara sekarang?”Pak Surya menundukkan kepala, tampa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status