Beranda / Rumah Tangga / ISTRI LUPA DIRI / Bab 159: Meja Hijau

Share

Bab 159: Meja Hijau

Penulis: Rae Jasmine
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 00:54:19

Pagi itu rumah Rachel dan Martin dipenuhi ketegangan. Di atas meja makan, tergeletak sepucuk surat resmi berkop Pengadilan Negeri. Rachel menatapnya dengan alis berkerut, sementara Martin berdiri di samping, tangannya mengepal.

“Ini surat panggilan sidang perdana,” gumam Martin. “Tante Renata benar-benar menggugat hak warisan dari wasiat Malik Anshari.”

Rachel membuka surat itu perlahan. Dalam lembar panggilan, tertulis jadwal sidang pertama—dua minggu dari sekarang. Gugatan tersebut mencakup pembatalan surat wasiat, tuduhan manipulasi, dan permintaan audit ulang seluruh aset keluarga Anshari.

Rachel mendengus. “Dia benar-benar siap menyeret kita ke meja hijau. Ini bukan sekadar soal harta… ini perang pengaruh.”

Martin menatap istrinya, lalu menarik napas dalam. “Kita akan hadapi ini, Rach. Kita punya dokumen. Kita punya kesaksian. Dan yang paling penting—kita punya kebenaran.”

Rachel mengangguk mantap. “Aku nggak akan mundur. Bukan setelah semua yang kita lewati.”

Hari-hari menjelan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 181: Tak Lagi Sama

    Suara klakson dan rem mendadak baru saja mereda, namun degup jantung Rachel masih berpacu cepat. Dari balik jendela mobil, ia menyaksikan Martin—suaminya—berdiri di trotoar sisi seberang jalan. Bukan keberadaannya yang membuat Rachel terpaku, melainkan sosok pria yang berdiri bersamanya.Clara, yang duduk di kursi penumpang depan, juga menoleh. “Kak… itu bukan…?”Rachel mengangguk pelan. “Itu pria dari foto keluarga Anshari. Dia bukan siapa-siapa dalam struktur perusahaan… tapi muncul di hampir semua dokumentasi penting.”Mereka segera turun dari mobil, tapi saat bergegas menyebrang, Martin dan pria itu sudah masuk ke dalam sebuah bangunan kecil bergaya kolonial di ujung jalan. Pintu tertutup rapat. Tidak ada papan nama, hanya tulisan samar di kaca jendela: “Perpustakaan Pribadi Malik Anshari”Rachel menatap bangunan itu lama. “Kamu tinggal di sini, Clara. Aku akan masuk sendiri.”Clara mencoba protes. “Tapi—”Rachel menggeleng. “Kali ini aku harus tahu siapa suamiku sebenarnya.”Ban

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 180: Ada Luka yang Disembunyikan

    Pagi itu, Rachel terbangun lebih cepat dari biasanya. Udara Jakarta terasa lebih pengap, seolah menggambarkan tekanan yang perlahan menyesakkan dadanya. Meski tubuhnya lelah, pikirannya tetap bergerak liar. Peringatan dari surat Malik Anshari terus berputar di kepalanya: “Bahkan darah daging bisa menusuk paling dalam.”Di dapur, ia menyeduh teh chamomile dan menatap keluar jendela. Pikiran Rachel melayang ke banyak hal—pengkhianatan, warisan, keselamatan Clara, dan kini… kecurigaan terhadap orang-orang yang selama ini dianggap dekat.Martin muncul tak lama kemudian, masih mengenakan kaus putih dan celana tidur. Wajahnya lesu, namun tetap tenang. Ia duduk di hadapan Rachel dan menggenggam tangannya.“Kamu nggak tidur semalaman?” tanyanya lembut.Rachel menggeleng. “Kepalaku nggak bisa berhenti berpikir.”Martin menatapnya dalam. “Kalau kamu curiga padaku, bilang saja.”Rachel menoleh cepat, kaget. “Apa maksudmu?”“Aku tahu kamu baca peringatan terakhir dari surat Kakek. Kamu jadi lebi

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 179: Serangan

    Langit Jakarta diselimuti awan kelabu ketika Rachel dan Martin bersiap menuju kantor pengacara Pak Bowo keesokan harinya. Rachel mengenakan setelan sederhana warna abu lembut, namun ekspresinya menunjukkan tekad yang tak goyah. Martin tampak tenang, tapi matanya penuh kesiagaan. Dokumen salinan telah mereka simpan di beberapa lokasi terpisah—rumah Clara, kantor pengacara, dan satu disimpan oleh Rachel sendiri di dalam tas selempang kecil yang selalu menempel di tubuhnya.Clara yang mengantar mereka hingga lobi, menatap Rachel dengan ragu.“Kamu yakin nggak mau aku ikut?” tanyanya.Rachel menggeleng pelan. “Kamu sudah bantu lebih dari cukup, Clar. Hari ini kita cuma menguatkan dokumen dan strategi sidang. Tapi kalau sesuatu terjadi… kamu tahu apa yang harus dilakukan.”Clara menunduk pelan. “Aku sudah kirim salinan ke notaris backup. Semua siap.”Martin menepuk bahu adiknya dengan bangga. “Kamu bukan hanya adik yang kuat, kamu juga penjaga keluarga ini.”Rachel dan Martin melangkah ke

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 178: Tak Bisa Disembunyikan

    Pagi di vila Lembang itu dingin dan hening, namun suasana hati Martin dan Rachel justru sebaliknya—penuh tekad dan degup yang tak bisa mereka redam. Setelah semalam menata ulang rencana dan memperkuat komitmen, pagi ini keduanya akan menemui kembali pengacara Bowo dengan keputusan besar: membawa semua bukti ke sidang warisan keluarga Anshari.Rachel menatap koper berisi dokumen-dokumen asli milik Malik Anshari—surat pribadi, catatan pengakuan, hingga bukti transfer yang mengarah pada keberadaan Nayla dan pengakuan tidak langsung bahwa Martin adalah anak sahnya. Ini bukan hanya sekadar pembuktian garis keturunan. Ini adalah sejarah yang akan mengguncang tatanan dinasti keluarga Anshari.Martin membuka laptopnya. Ia mulai menuliskan kronologi kejadian berdasarkan semua yang mereka temukan. “Kita butuh alur yang sistematis untuk disampaikan di pengadilan. Tidak cukup hanya dokumen, kita harus bisa membuat majelis hakim yakin bahwa ini bukan rekayasa.”Rachel berdiri di belakangnya, memb

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 177: Ketika Luka Menemui Kebenaran

    Di dalam vila tua itu, saat malam menjelang dengan angin dingin yang merayap masuk melalui sela-sela jendela kayu. Martin masih duduk diam menatap kumpulan dokumen dan foto di koper. Tangannya gemetar ketika ia menyentuh surat terakhir dari Nayla—ibunya. Rachel berdiri di dekat jendela, mencoba memahami beban emosi yang sedang ditanggung suaminya.“Aku merasa seperti hidup dalam cerita orang lain,” gumam Martin pelan.Rachel mendekat, menyentuh bahunya dengan lembut. “Tapi kamu tetap kamu, Martin. Tidak peduli siapa ayah atau ibumu—kamu adalah pria yang memilih jalan hidupnya sendiri.”Martin mengangguk, meski matanya mulai berkaca-kaca. “Nayla… dia tak pernah dikenalkan padaku. Tidak ada satu pun dari keluarga yang menyebut namanya. Padahal dia—ibuku sendiri.”Rachel menarik napas panjang. “Mungkin karena mereka takut. Karena kalau kamu tahu siapa ibumu, semua ilusi yang mereka bangun tentang kehormatan keluarga akan runtuh.”Martin menggenggam erat surat di tangannya. “Kalau selama

  • ISTRI LUPA DIRI   Bab 176: Jejak Luka di Balik Garis Darah

    Pagi itu, Rachel duduk di ruang kerja sambil menatap foto masa kecil Martin yang baru saja mereka temukan dalam arsip. Gambar itu memperlihatkan Martin kecil—mungkin usia lima tahun—berdiri di samping seorang pria paruh baya berpakaian militer lengkap. Di belakang foto, tak ada catatan nama. Tapi sosok pria itu terasa familiar… sangat familiar.Martin masuk dengan dua cangkir teh. “Kamu belum tidur?”Rachel menggeleng. “Kamu tahu pria ini?”Martin melihat foto itu. Alisnya berkerut. “Itu… mirip Pak Jendral Raka. Dulu dia sering datang ke rumah saat aku kecil. Tapi aku kira dia hanya teman Zainal.”Rachel menatapnya tajam. “Kamu yakin tidak ada hubungan keluarga?”Martin menggeleng perlahan. “Entahlah. Aku belum pernah mendengar cerita apapun soal dia.”Rachel membuka dokumen di pangkuannya. “Tapi nama Jendral Raka ini muncul berkali-kali dalam catatan keuangan Malik Anshari. Ada aliran dana puluhan juta rupiah yang secara rutin ditransfer kepadanya, tanpa keterangan jelas.”Martin du

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status