Zain, Zafran dan juga Bang Fatur masih di ruang shalat membaca Al-Qur'an bersama. Hatiku terasa tentram melihat mereka semua."Ibu!!"Aku dan Ana sama-sama terkejut mendengar teriakkan Mbak Bella dari kamar ibu.Mas Hamdan yang sedang bermain dengan Najwa, berlari sambil menggendong Najwa menuju ke kamar ibu. Aku dan Ana pun mengikutinya."Ada apa, Mbak?"Aku masih di depan pintu. Mbak Bella memeluk ibu dengan air mata terurai deras di pipinya.Aku mendekati mereka, jantungku berdetak cukup kuat. Kulihat ibu di pelukan Mbak Bella masih menggunakan mukenah dengan mata tertutup dan senyum menghiasi wajahnya yang sudah keriput.Seketika tangisku pecah saat kusentuh tangan ibu tak ada lagi denyut nadi. Baru beberapa saat ia meminta teh dan Mbak Bella mengantar teh buatanku. Kini ia sudah meninggalkanku."Ibu."Mas Hamdan memeluk tubuh ibu. Aku hanya bisa termenung, apakah semalam kata-kata perpisahan dari ibu dan mengumpulkan kami semua."Ada apa, Umi?"Zain bertanya dari balik pintu.Aku
LIMA TAHUN KEMUDIAN"Aku akan mengkhitbah Nadira, Umi."Zafran dengan tegas mengatakan keinginannya saat kami sedang makan malam bersama.Aku menatap wajahnya, dan kemudian tersenyum. "Siapa Nadira, Nak?""Dia gadis yang kutemui saat di Mekkah, sudah sejak pertama aku menaruh hati padanya," ucap Zafran lirih."Baiklah, Jika kamu bersungguh-sungguh. Abi dan Umi hanya bisa mendukungmu, Zafran," ucap Bang Fatur mengusap halus pundak Zafran."Tapi, aku gak ingin Abi Adnan datang, Umi, Abi."Zafran menatap aku dan Bang Fatur bergantian.Aku sedikit kaget mendengar ucapan Zafran. Sudah lama sekali ia tak membahas Bang Adnan."Zafran, Bagaimanapun ia tetap harus tahu."Bang Fatur mencoba menasehati Zafran."Untuk apa dia harus tahu, Abi? Aku bahkan tak pernah meminta biaya hidup kepadanya. Dia dulu tak pernah membiayai sepeserpun hingga aku mendapat gelar ini. Biarkan ia dan anak-anaknya dengan istrinya sekarang," ucap Zafran lagi."Zafran!"Aku sedikit membentaknya. Namun, Bang Fatur memega
Sesuai keinginan Zafran pernikahannya dengan Nadira hanya dihadiri keluarga inti, tanpa Bang Adnan dan tanpa resepsi. Setelah dua tahun pernikahan Zafran Bang Adnan menemuiku di restoran Zain, Ia tak bersama Lulu.Aku menggandeng Najwa menemuinya, Najwa baru pulang dari sekolah. Hari ini aku menjemputnya dan hendak membawa ke tempat Zafran.Sudah tujuh tahun aku tak mendapat kabar tentang Bang Adnan. tiba-tiba ia mengajakku untuk bertemu."Ada apa, Bang. langsung saja," ucapku setelah duduk di depannya."Kenapa tak kabari Abang tentang pernikahan Zafran?""Aku hanya memenuhi keinginan Zafran," ucapku datar."Apa Zafran begitu membenci Abang?"Bang Adnan bertanya penuh dengan penekanan."Goresan luka di hatinya begitu dalam, Bang. Jejak digital akan selalu terungkap. Aku sudah berusaha sebaik mungkin menasehatinya. Namun, ia memiliki sifat yang sangat keras kepala," ungkapku berusaha menjelaskan dengan sehalus mungkin. Aku tak ingin ia mengira aku menjauhkan Zafran atau Zain dari Abi k
Pak Ahmad dan Bu Aysah datang setelah kami hubungi untuk menjaga Nadira. Mereka baru saja pulang beberapa jam yang lalu dan bergantian dengan kami menemani Zafran dan Nadira.Kami saling berpelukan melepaskan kesedihan yang begitu mendalam. Bang Fatur bersama Zafran mengurus segala administrasi sebelum jenazah Farhan kami bawa pulang.Setelah semuanya selesai, Kami segera membawa Farhan pulang ke rumah Zafran. Kami sengaja memberikan rumah sendiri untuk menghindari zinah karena Nadira dan Bang Fatur bukan muhrim.Bu Aysah masih menunggu Nadira di rumah sakit, ia begitu syok sehingga mengalami kontraksi dini dan harus di rawat.Sampai di rumah Zafran sudah ada Zain dan Ana yang menyiapkan segala keperluannya.Zain memeluk Zafran. "Abang," ucap Zafran lirih. Air mata terus mengalir di pipinya."Sudah takdir Allah, Zafran. Kamu harus kuat menerima ujian. Bukankah ujian adalah cara Allah meningkatkan derajat manusia di hadapannya."Zain masih memeluk Zafran."Kenapa takdirku begitu menya
Kepiluan kehilangan Farhan beberapa bulan lalu membuat Zafran susah sekali kembali seperti saat ini. Ia lebih sering murung dan mengunci diri di kamar.Aku tahu apa yang ia rasakan, kesedihan itu tak dapat ia sembunyikan. Aku dan Bang Fatur berusaha terus menghibur Nadira dan Zafran.Pak Ahmad dan Bu Aysah juga sering di rumah Zafran untuk membantu Nadira. Kehamilannya begitu lemah. Ia sering mengalami kontraksi dini dan harus bolak-balik kontrol. Kadang aku dan Bu Aysah bergantian menemani mereka. Tak ingin mereka kembali dalam sebuah kekelaman.Malam itu saat hujan deras, aku mendapat telpon dari Zafran. Nadira mengalami kontraksi hebat dan segera dilarikan ke rumah sakit.Kami tak tahu pukul berapa tepatnya. Aku menggoncang lembut tubuh Bang Fatur."Abang, Ayo bangun.""Ada apa, Dik." Bang Fatur mengerjapkan mata, terbangun dengan cepat "Sepertinya Nadira mau melahirkan, Bang. Ayo cepat."Aku mengambil hijab dan beberapa keperluan lainnya. Kusiapkan baju untuk Bang Fatur. Bang Fa
Aku mengikuti Zain yang berjalan cepat menarik tanganku dengan wajah tegang. "Dokter mengatakan jika kemungkinan bahwa penyakit anak-anak Zafran karena hubungan sedarah."Aku memegang dadaku yang tiba-tiba sesak mendengar ucapan Zain."Apa? Zain, jangan bercanda.""Benar Umi, mungkinkah—"Zain belum selesai berucap aku sudah menarik tangannya, membawa ia keluar segera.Kuhampiri Zafran yang terduduk menutup wajahnya dengan kedua tangan."Zafran, panggilkan ayah dan ibumu. Bisakah kita berbicara bersama? Umi tunggu di depan," ucapku.Aku mempercepat langkah menuju halaman depan. Air mata sudah tak dapat lagi kutahan. Aku duduk di bawah pohon menangis meratapi nasib anakku Zafran. Meskipun belum seratus persen bahwa Nadira adalah putri Bang Adnan, tetapi hatiku sudah tak enak memikirkannya."Umi, Tenanglah. Kita serahkan semuanya kepada Allah." Zain memelukku."Apa yang harus Umi katakan pada Zafran, Zain. Bahkan ia masih sakit hati kepada Abi kalian," ucapku dengan tangis pilu."Zafra
"Nadira adikku?"Zafran berdiri di belakang kami entah sejak kapan.Bang Adnan terus memohon maaf kepadanya. Dada bergemuruh hebat menahan emosi yang sudah membara sejak tadi. Segera kutepis rasa emosi dan lebih mengutamakan Zafran yang berdiri syok di depan pintu.Aku memeluknya yang masih berlinang air mata.Ia menjauh dariku. Matanya memerah dengan emosi yang menguasai otaknya."Argh... Beginilah cara Tuhan menghukumku karena kesalahan kalian." Zain menunjukkan jari telunjuknya kepadaku dan Bang Adnan.Hatiku terasa mati, sakit dan sangat sakit. Namun, aku tak bisa menyalahkan Zafran. Ini memang salah kami sebagai orang tua. Andai dulu perasaan lebih di korbankan dan menerima Lulu akankah ini semua tidak terjadi.Bang Adnan menangis bersimpuh di bawah kaki Zafran. Zafran tak mempedulikannya ia terus saja mengumpat kepada Bang Adnan. Hingga ia tak tahan lagi dan pergi meninggalkan kami.Tubuhku luruh ke lantai. Bagaimana bisa takdir mempermainkan kami dengan begitu pilu. Karma apa
Surat talak yang ditulis Zafran untuk Nadira. Haruskah dengan begini cinta mereka berakhir? Aku kembali membaca surat tersebut."Nadira sayang, Adik Abang yang sangat Abang cintai, maafkan Abang.Setelah kamu membaca surat ini, saat itu juga Abang jatuhkan talak tiga kepadamu. Kembalilah kepada orang tuamu. Kamu tentu sudah tahu apa alasannya. Nadira, kutitipkan Hanum kepadamu, didiklah ia menjadi anak yang soleha. Semoga kenyataan pilu yang kita alami tak berulang kepada anak cucu kita.Selamat tinggal Nadira. Abang sangat mencintaimu. Cinta yang tak dapat bersatu ini semoga mendapatkan kesembuhan lara yang bahagia."Aku kembali melipat surat dari Zafran, dan memeluk Nadira yang masih menangis menundukkan wajahnya."Sudah, Nak. berpisah memang jalan terbaik,"ucapku lirih.Hatiku tak tenang memikirkan Zafran. Ke mana ia pergi tanpa berpamitan, terlebih hatinya sedang tak baik-baik saja.Aku mengambil ponselku dan menghubunginya berkali-kali, tetapi tak ada jawaban meskipun masuk."A