Share

02. Ini Bukan Drama!

Pak Derry sudah berusia lima puluh lima tahun. Postur tubuhnya tinggi, tegap dan kelihatan cukup bugar. Wajahnya cukup tampan, tak terlalu banyak kerutan, terlihat awet muda dibandingkan dengan pria seumurannya.

Dia membantu Vivian berdiri. Setelah itu, dia menoleh ke Elitta dengan mimik wajah yang tegang. "Elitta, papa memintamu datang ke sini bukan untuk menyakiti istri papa!"

Elitta membela diri, "tapi, Pa! Elitta nggak ada maksud menyakitinya, istri muda Papa itu menjambak Elitta, Elitta nggak sengaja dorong barusan."

Pak Derry menampar Elitta dengan kasar. Dia sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan. Setiap kali melihat anaknya itu, perasaannya dipenuhi amarah.

"Jangan meninggikan bicaramu saat bicara dengan orangtua!" ucapnya.

Rasa sakit tamparan itu tidak ada apa-apa bagi Elitta dibandingkan dengan sakit hatinya. Kedua matanya kembali berlinang air mata. Dia menyentuh pipi yang kemerahan.

Vivian pura-pura simpati dengan menarik lengan jas suaminya. "Sayang, kamu jangan kasar-kasar, kasihan Elitta. Kita memanggilnya ke sini untuk hal lain 'kan?"

"Oh iya, Elitta, papa mau kamu tanda tangan pemindahan dokumen kepemilikan tanah milik mama kamu ke papa. Papa baru melihat kalau nama yang tertertera itu nama kamu, jadi papa minta kamu tandatangan."

"Papa mau ngambil hak Elitta buat istri baru papa itu 'kan?"

"Kalau iya kenapa? Lagian dari awal mama kamu itu nggak punya apa-apa, tanahnya itu juga pastu dibeli dengan uang papa, jadi kamu harus mengembalikannya ke papa."

"Papa lebih peduli sama istri sampah Papa ketimbang Elitta."

"Siapa yang kamu sebut sampah!"

"Wanita jalang yang ada di dekat Papa itu, siapa lagi!"

"Jaga mulut kamu!" Pak Derry hendak menamparnya lagi. Otot-otot wajahnya bermunculan, membuktikan dia begitu murka dengan perkataan Elitta.

"Apa? Tampar lagi kalau perlu! Tampar Elitta terus! Memang itu kenyataannya! Papa milih istri Papa itu bukan Elitta yang anak Papa sendiri!"

"Kamu itu bukti perselingkuhan Mama kamu, Anak Haram. Masih untung papa mau merawatmu sampai besar setelah mama kamu mati. Jadi, jangan seenaknya membandingkan kamu dengan istri baru papa. Ngerti kamu?"

Vivian menahan tawa. Semakin panas perdebatannya maka dia semakin bahagia. Kalau saja ada berondong jagung, dia akan duduk dan makan itu sambil melihat anak dan ayah ini bertengkar.

Elitta terus meyakinkan, "Pa, nggak apa-apa kalau Papa benci Elitta. Tapi, tolong sadar, Vivian itu cuma manfaatin Papa, dia itu masih berhubungan sama Leon."

"Enggak!" Vivian membantah.

Dia memeluk lengan suami barunya itu, lalu pura-pura menangis sambil bersandiwara, "kan, apa kubilang, Sayang. Anak kamu nggak bakalan menerimaku. Dia nggak terima punya ibu tiri yang seusia dengannya. Dia mikir aku cuma mau uang kamu saja."

"Pembohong kamu! Aku lihat sendiri, kalian masih jalan, juga ke hotel berdua!"

"Elitta yang bohong, Sayang. Palingan dia masih nggak terima soalnya dulu Leon itu batalin pernikahan mereka karena jatuh cinta padaku, padahal aku nggak mau sama dia, aku cintanya sama kamu. Elitta mau balas dendam dengan nuduh aku kayak gitu."

"Barusan kamu bilang cuma mau uang Papa saja 'kan?"

"Kapan aku bilang begitu?"

"Tega banget kamu kayak gini, Vi! Kamu boleh menyakiti hatiku, tapi kenapa sampai hati menghancurkan hati papa!"

"Aku ini jujur."

"Kamu ..." Elitta muak, ingin menampar Vivian lagi.

Pak Derry mendorong putrinya dengan kasar. "Jangan coba-coba mengangkat tangan ke istri Papa, Elitta. Sekalipun kalian seusia, sekarang Vivian itu ibu tiri kamu! jadi, kamu nggak usah banyak drama."

"Elitta nggak drama, Pa!"

"Papa paham kamu marah-marah kayak gini soalnya papa jodohin kamu sama orang lain 'kan? Ya udahlah, tunangan kamu juga nggak mau sama kamu, bukan salah Vivian kalau Leon suka sama dia."

"Leon itu bukan cuma suka sama Vivian, tapi selingkuhannya! Mereka udah hubungan setahun, jadi sebelum nikah sama papa bulan lalu, mereka udah sama-sama. Kita ini korban, Pa. Mereka cuma mainin kita."

"Udah cukup. Sudah papa bilang dari awal, mau kamu terima pernikahan ini atau nggak, bukan urusanmu. Papa nggak butuh pendapat kamu. Kamu sudah nikah sekarang, urus saja suami kamu itu."

"Elitta tahu papa menikahkan Elitta dengan pria lain agar cepat-cepat keluar dari rumah ini, agar nggak nganggu hubungan papa sama Vivian, tapi Elitta nggak bisa diam saja melihat Papa diselingkuhi begini."

"Kamu saja anak hasil selingkuhan, tahu apa tentang selingkuh?"

"Papa ..." Elitta meneteskan air mata. Semakin hari, ucapan sang ayah semakin tajam dan menyakitkan.

Dia selalu saja dihina anak selingkuhan, anak haram, anak tidak diharapkan. Tetapi, apapun yang terjadi— dia tak mungkin membiarkan ayahnya disakiti.

Pertunangannya dengan Leon sudah hancur akibat permainan Vivian, dia tidak bisa membiarkan hidup ayahnya juga hancur.

Vivian menahan tawa, puas melihat Elitta kehilangan segalanya, sementara dia mendapatkan semuanya. Dia menyandarkan kepala di lengan suami barunya itu, bertingkah begitu manja.

Dia berkata, "oh iya, sayang, bukannya kamu bilang kamu jodohin Elitta dengan orang kampung random itu soalnya kalah judi pas di meja billyard? Kamu tega banget nggak ngasih tahu dia sampai sekarang?"

Pak Derry menjawab, "iya, daripada ngasih uang lima ratus juta, mending nerima lamarannya saja. Orangnya bilang kalau butuh istri, ya udah kebetulan aku punya anak nggak tahu diri yang gagal nikah."

Elitta kaget. Dia terbiasa dengan semua perkataan jahat dari pria itu, tapi tak mengira sampai hati menikahkannya dengan pria tak dikenal. "Apa papa bilang ..."

Jadi, suaminya itu cuma orang asing acak yang ditemui ayahnya di meja billyard?

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
true Bcv8637
bosanvfx gdzav
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status