Vito sampai di rumah sesuai dengan alamat yang dikirimkan oleh anak buahnya.
Alamat itu merupakan milik Rena.Dia memarkirkan mobil di halaman depan, lalu keluar dan mendekati rumah tersebut.Para tetangga yang masih beraktifitas bertanya-tanya, siapa tamu Rena yang membawa mobil sport? Apa mungkin pacar Rena? Atau malah Rena adalah perempuan tidak benar yang mengundang pria ke rumah?Vito tahu sedang diperhatikan. Bertamu malam-malam di rumah wanita itu masih tabu di kawasan ini. Akan tetapi, dia tidak peduli dan tetap mengetuk pintu.Pintu dibuka.Rena kaget melihat kedatangan Vito. Dia hendak menutup pintu, tapi ditahan oleh Vito."Mana istriku?" tanya Vito dengan ekspesi wajah yang datar.Rena buru-buru mejawab, "mana kutahu.""Aku tahu dia pasti nemuin kamu 'kan?""Enggak."Vito mendorong pintunya sampai terbuka lebar, lalu dia main masuk ke dalam— melihat sekitarnya. Samar-samaDi rumah, Elitta masuk ke dalam kamar tidurnya. Kemudian, Vito menyusul masuk. Setelah pernikahan kemarin, Vito langsung bekerja— jadi, ini pertama kalinya mereka satu kamar berdua.Elitta sedikit gugup. Bisa dibilang, ini adalah malam pengantin mereka. Akan tetapi, usai mengetahui Vito adalah mantan pacar dari Vivian, dia sedikit canggung. Rasanya sangat berbeda dari kemarin.Vito terlihat santai memasuki walk in closet, ruangan yang ada di dalam kamarnya, ruangan dengan deretan lemari besar berisi pakaian dan aksesoris miliknya, seperti sepatu, jam tangan, dan lain-lain. Di tengah ruangan itu ada meja berlaci banyak. Di atasnya terdapat beberapa kotak-kotak aksesoris yang belum dibereskan.Elitta menengok dari luar pintu. Semalam, dia sudah berada di kamar ini, tapi tak berani melihat isi dari walk in closet suaminya. Vito tampak berdiri di depan lemari yang terbuka sembari melepaskan jam tangan.Tanpa melihat, dia sadar sedang diperhatikan. "Ada apa?""Aku boleh masuk ke dalam?"
"Nanti kamu buat surat untuk Pak Harry, kirim sebelum jam empat sore.""Iya, Pak.""Terus jam sebelas siang nanti, ikut saya ke restoran Jepang, saya harus ketemu Pak Tonny buat makan siang sama bahas direktur pemasaran yang kemarin dipecat itu.""Pak Tonny, Paman Bapak?""Iya.""Tapi nanti jam sebelas, bapak ada jadwal meeting sama divisi pemasaran.""Batalkan semua, atur ulang lusa.""Baik, Pak.""Ya udah, saya mau masuk ruangan saya, jangan ganggu sampai jam sebelas, kamu kembali ke meja kamu.""Iya."Vito terlihat serius. Ketika sudah menyangkut pekerjaan, dia tak peduli yang lain. Dia memperlakukan sekretaris penggantinya alias istri sendiri, Elitta, itu sama seperti karyawan lain.Elitta senang. Dia lebih suka diperlakukan sebagai karyawan saat berada di kantor pusat Sunmart ini. Untungnya, tak ada karyawan yang tahu kalau dia adalah istri Vito, atasan mereka.Iya, wajar saja, berita pernikahan mereka tidak tersebar luas. Jadi, semua orang masih menganggap Vito lajang.Karena it
Untuk kedua kalinya Vito melihat jam tangan. Sudah hampir lima belas menit berlalu, tapi tak ada tanda-tanda sang istri akan kembali."Ada apa? Kamu kelihatannya gelisah sekali?" Pak Tonny berhenti makan, lalu menatap Vito."Empat belas menit.""Apanya?""Istriku pergi sudah empat belas menit.""Ya terus kenapa?""Om, toiletnya itu dekat, nggak mungkin selama ini.""Dia 'kan wanita, biasanya juga lama kalau ke toilet. Siapa tahu dandan dulu?""Bentar, Om, aku mau cek dulu." Vito makin gelisah. Dia memutuskan untuk berdiri, lalu segera pergi keluar tanpa menoleh pada sang paman.Pak Tonny terdiam sebentar. Dia semakin yakin kalau keponakannya itu sangat menyukai Elitta.***"Aku bilang lepasin!"Sekuat tenaga, Elitta berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Leon. Akan tetapi, apa daya— kekuatan pria itu jauh lebih unggul darinya.Dan sial, toilet yang mereka datangi tak ada siapapun, baik itu karyawan ataupun pelanggan. Elitta tak mau membuat kegaduhan restoran seperti ini— takut
Vito datang tepat waktu.Pria itu masuk ke dalam toilet dalam kondisi sudah panas. Kedua tangannya pun telah siap menghajar Leon.Leon melepaskan Elitta. Dia berbalik badan dengan tampang menantang, tak takut sama sekali. Malahan, dia muak sekaligus cemburu. Orang yang mendapatkan Elitta ada di depan mata."Oh ini dia selingkuhan Elitta ..." ucapnya.Malas menanggapi perkataan ngawur itu, Vito maju sambil mengayunkan tinju— yang langsung menghantam wajah Leon. Tak hanya sekali, dia mengulangnya sampai tiga kali."Brengsek!" Leon menyambar kerah kemeja Vito, lalu melayangkan tinju ke wajah pria itu.Beruntung, Vito mampu menghindar. Dia sudah terbiasa dengan segala jenis perkelahian, jadi menghindari pukulan-pukulan semacam itu begitu mudah."Stop! Kalian ini apa-apaan!" Elitta memberanikan diri untuk pergi ke sisi Vito, lalu menggenggam tangannya. Dia menyeret pria itu untuk mundur. "Kamu jangan kayak gini— ini kekerasan."Vito mau melepaskan Leon.Leon memanfaatkan situasi. Dia menga
"Haaalooo~"Suara Vivian yang khas itu melengking di seluruh ruangan. Melihatnya datang sudah membuat nafsu makan Elitta menurun. Dia baru ingat kalau istri muda papanya itu ada di sini.Vito meliriknya. "Beraninya kamu masuk ke ruang private ini?"Vivian mengedipkan sebelah mata untuk pria itu. Dia berkata dengan manja, "Emangnya kenapa? Kita 'kan keluarga sekarang, masa nggak boleh aku ikutan makan dengan kalian?"Perasaan Elitta campur aduk, apalagi setelah bicara dengan Leon tadi. Cobaan ini cukup berat.Dia tak sanggup melihat orang-orang yang terus menyakitinya itu. Akan tetapi— di sisi lain, dia tak bisa bermusuhan dengan Vivian demi sang ayah.Vivian mendekat ke tepian meja, mengambil garpu, dan menyomot salah satu irisan daging yang sudah matang dari atas panggangan. Dia memakannya tanpa rasa sungkan sedikit pun.Vito geram. Dia berdiri. "Keluar dari ruangan kami. Kamu itu orang asing. Cepat keluar atau aku akan panggil petugas keamanan sekarang.""Jangan begitu dong, Menantu
Selama tiga puluh menit, Elitta hanya diam di dalam mobil. Tidak ada yang dibicarakan dengan Vito. Dia tahu suaminya kesal atas apa yang terjadi di restoran tadi.Tadinya, dia mengira mereka akan pulang. Tetapi, mobil Vito masuk ke dalam parkiran underground di mall terdekat.Usai mesin mobil mati, Vito segera melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil.Elitta ikut keluar, kemudian bertanya, "kita nggak pulang, ya?""Aku 'kan udah bilang mau jalan-jalan setelah makan siang tadi, ngapain pulang?""Aku kira kamu marah.""Terus kalau marah nggak boleh jalan-jalan?"Elitta tersenyum tipis. Dia makin kagum dengan sikap baik Vito. Padahal sedang cemberut, tapi masih ingin membuatnya senang.Dia mendekati pria itu, lalu menggodanya, "kamu ini lucu. Padahal lagi kesel, tapi tetap mau jalan-jalan sama aku.""Aku emang kesel, tapi 'kan bukan sama kamu.""Aku kira tadi kamu kesel sama aku soalnya aku diam aja Vivian ngomong mulu.""Enggak juga, aku udah tahu kamu ini suka ngalah, soalnya kamu
Sehabis belanja, Vito mengajak Elitta untuk menonton bioskop juga. Film pilihan mereka adalah kartun, sengaja memilih film yang sedikit orangnya.Iya, dengan begitu— Vito merasa cuma berdua saja dengan Elitta. Duduk di samping sang istri, di pangkuan ada pop corn rasa karamel, rasanya seperti berada di surga.Elitta tersenyum melihat sang suami lahap sekali memakan pop corn itu. "Kayaknya kamu suka banget sama berondong jagung.""Nggak juga sih, aku cuma suka karamelnya.""Oh, kamu suka karamel.""Aku juga suka kamu."Pipi Elitta merona. "Apaan, sih."Vito tersenyum. Dia menyodorkan berondong jagung ke mulut sang istri. "Ini coba. Ayo buka mulut, aaah ...""Aku udah punya pop corn ini.""Itu 'kan rasa pandan, coba ini rasa karamel. Enak loh ..."Elitta membuka mulut, memakan pop corn yang disodorkan suaminya. Dia sudah sering merasakan karamel, dan menurutnya biasa saja. "Mmm ...""Gimana?""Enak pandan, sih.""Kayaknya mulut kamu perlu dibenahi, Elitta, jelas-jelas enak karamel.""La
Usai mandi, Vito melihat istrinya sedang duduk di tepian ranjang. Iya, Elitta tengah memeriksa semua baju yang sudah dibeli. Vito sedikit kaget melihat gaun yang tadi dipilih ternyata dibeli juga. "Oh, kamu beli itu juga?"Elitta tersentak. Dia tak mengira suaminya sudah selesai mandi. Saking sibuknya melihat-lihat, dia tak mendengar suara pintu terbuka.Malu, dia segera menyembunyikan dress-dress mini ke dalam kantong belanjaan."Nggak apa-apa, aku juga nggak tahu kenapa ini ikutan kebeli," katanya ngawur."Masa?" Vito menahan tawa."Apa? Nggak percaya?" Elitta meliriknya. Dia masih malu kalau melihat pria itu keluar kamar mandi bertelanjang dada, bagian bawah pun hanya terlilit handuk.Dia memalingkan pandangan sambil meminta, "oh iya, aku 'kan udah bilang, selesai mandi langsung pakai pakaian dari kamar mandi, jangan keluar nggak pakai apa-apa.""Nggak bisa, aku punya ruang khusus ganti baju. Aku nggak suka ganti baju di kamar mandi.""Ya udah, cepetan kamu pakai baju, terus kita