Elsa datang ke kantor lebih lambat, karena dia langsung pergi meninjau lokasi pembangunan renovasi gedung yang sedang di kerjakan oleh perusahaannya. Tapi saat sampai di kantor dan Elsa akan pergi ke ruang kerja Rama, dia mendengar suara perdebatan dua orang laki-laki. “Mas, ngak punya hak untuk menghalangi aku untuk mendekati Elsa!” “Kamu harus ingat statusmu Ikbal, kau sudah menikah!” “Kalau aku sudah menikah kenapa? Bukan berarti aku tidak bisa mendekati Elsa lagi!” “Kamu itu keterlaluan, kamu pikir Elsa itu perempuan yang bisa kamu permainan kan!” “Aku tidak pernah berpikir untuk mempermainkan Elsa, aku mencintainya!” “Tapi dengan statusmu itu, kau akan menempatkan Elsa pada posisi yang sulit!” “Aku akan berusaha agar Elsa tak mendapatkan kesulitan apa pun selama dia berada di dekatku!” “Kau pikir aku tidak tahu seperti apa Ivy istrimu itu?! “Ivy tak perlu tahu sekarang, nanti setelah aku berpisah dengannya baru dia aku beritahu.” “Kau akan menceraikan Ivy?” “Jika Elsa
Berkali-kali Rama menarik nafas panjang, ketika ibunya terus memberondongnya dengan begitu banyak pertanyaan tentang Elsa.“Jadi Elsa itu mantan pacarnya Ikbal?” “Iya Bu, tadi kan Rama sudah bilang.”“Tapi kenapa Ibu nggak pernah tahu atau melihat kalau mereka pernah pacaran?”“Mereka itu pacarnya diam-diam dan tidak ada dari keluarga kita yang mengetahuinya.”“Kenapa harus diam-diam dan anehnya cuman kamu yang boleh tahu?”“Karena Rama itu tahu pun tanpa sengaja.”“Kok bisa tanpa sengaja?”“Karena Elsa itu salah satu mahasiswaku dulu, Bu.”“Tapi kamu belum jawab pertanyaan Ibu, kenapa harus diam-diam apa yang harus disembunyikan?” “Karena Ikbal belum siap untuk memperkenalkan Elsa pada keluarga besar kita, Bu.”“Kenapa sampai bertahun-tahun pacaran Ikbal belum siap untuk memperkenalkan Elsa pada keluarga besar kita? Kenapa coba?” Sekali lagi Rama harus menarik nafas panjang, Ibunya seperti seorang polisi yang sedang menginterogasi tersangka kejahatan.“Maaf Bu, aku ng
Wajah Rama terlihat gusar begitu keluar dari ruang kerja Danu, dia sudah bisa menebak apa yang akan di lakukan Ikbal. Adik sepupunya itu pasti akan mencoba berbagi cara untuk bisa kembali dekat dengan Elsa. Dengan alasan kalau dia kurang suka dengan rancangan yang ada, maka dia ingin mengubah beberapa bentuk bangunan gedung yang akan dibangun. Tapi Ikbal tetap ingin Elsa yang mengerjakan semua rancangan itu kembali, walaupun Danu menawarkan agar mengganti arsitek yang lain. Danu mengatakan pada Rama kalau Ikbal ingin melakukan pertemuan ulang dengan Elsa untuk membahas soal itu. “Kenapa harus di rubah lagi, bukankah dia sudah setuju dengan semua rancangan itu?” Rama terdengar kesal. “Apa ada yang terjadi saat pertemuan pertama kali pembahasan dengan kalian waktu itu?” tanya Danu heran melihat sikap Rama yang terlihat gusar Rama menarik napas panjang, kemarin dia sudah menceritakan hubungan Elsa dan Ikbal pada ibunya Walaupun terdapat begitu banyak pertanyaan yang tidak membuat
Rama dan Danu sedang terlibat pembicaraan serius mengenai urusan tentang Ikbal, setelah kejadian di restoran tempo hari membuat Danu ikut turun tangan.“Sudah aku pastikan rancangan itu tidak akan berubah,” kata Danu. “Bagaimana kau bisa melakukannya itu Danu?” “Kau pikir hanya kau saja yang punya kekuasaan?” “Apa maksudmu?” “Aku juga punya kekuatan untuk melengserkan seseorang!” bual Danu sombong. “Aku tidak tahu kau punya hal itu,” Rama mengerutkan dahinya dengan heran.“Jika kau punya koneksi yang kuat Kau pasti tahu cara melakukannya,” Danu tersenyum licik. “Bagaimana cara kau melakukannya?” “Tentu saja dengan pesona dan ketampananku.” “Aku rasa itu hanya bualanmu saja.” “Tapi paling tidak itu berhasil, dan membuat Ikbal tidak jadi mengubah rancangan itu.” “Bagus, aku tahu itu hanya alasan Ikbal untuk sering bertemu dengan Elsa.” sahut Rama sambil menghela nafasnya.“Aku rasa tentang permintaanmu kemarin untuk selalu ada yang mendampingi Elsa dalam setiap pe
Elsa di ajak Adit untuk bertemu di sebuah cafe setelah pulang bekerja. Sebenarnya Elsa sedang malas untuk pergi ke mana-mana setelah pulang bekerja, apalagi sejak kejadian siang tadi. Ditambah sikap Rama yang membuatnya kecewa karena tidak suka Elsa ingin mengenal keluarga pria itu. Ketika memasuki cafe Elsa melihat Adit sedang duduk bersama seseorang yang duduk membelakangi Elsa. “Kak Elsa,” Adit melambaikan tangannya dan Elsa segera menghampiri Adit. “Sorry Dit, Kak Elsa telat ya?” sapa Elsa. “Ngak juga kok kak, kita juga baru sampai tadi macet banget,” sahut Adit. “Oh ya Kak, kenalkan ini teman Adit,” kata Adit memperkenalkan pria yang duduk bersamanya. Ketika pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Elsa, pria itu menatap Elsa dengan terkejut. “Elsa,” Pria itu kemudian sadar dari rasa terkejutnya, membalas uluran tangan gadis itu. “Lukman.” Lukman tersenyum dan menggenggam tangan Elsa dengan pelan, “Cantik.” Terdengar gumaman pelan dari Lukman. “
Cafe itu masih sunyi hanya terlihat beberapa orang saja yang duduk santai, seorang wanita cantik terlihat tegang saat Bicara dengan pria yang ada di hadapannya. “Aku ingin kau menyelidiki seseorang untukku,” kata wanita itu sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “Pria atau wanita?” tanya pria yang ada di hadapan wanita itu. “Ini dia,” wanita itu memberikan selembar foto pada pria itu. Pria itu mengambilnya dan melihat foto itu, “Cantik.” “Tak perlu memujinya, aku hanya perlu kau segera menyelidikinya dan beritahu aku secepatnya tentang wanita ini.” “Aku ingin minta data lengkap tentang wanita ini kata pria itu.” “Ini semua data yang aku punya tentang dia,” wanita itu kembali menyerahkan secarik kertas. Pria itu menganggukkan kepalanya, “ Baiklah aku akan segera menyelidiki wanita ini.” “Bagus aku tunggu kabarmu. Paling tidak kau harus dapat usahkan secepatnya,” kata wanita itu kemudian berdiri dan pergi meninggalkan pria itu. Setelah berjalan keluar dari ca
Hari ini Elsa mengajak Keluarganya untuk pergi makan malam di restoran mewah untuk merayakan pertama kali dia menerima gaji. Elsa dan Frans pergi lebih dulu sementara Adit dan orang tuanya masih dalam perjalanan, gadis itu sudah memesan meja untuk mereka berlima. Saat tiba di pintu restoran Frans yang sedang menunggu Elsa memarkirkan mobilnya tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya. “Hai Frans Apa kabarmu? Sudah lama kita tidak bertemu ya?” sapa temannya. “Iya sudah lama sekali kita tidak bertemu Hendrik,” kemudian Frans dan Hendrik saling berpelukan. “Kamu sendirian ya Frans?” tanya Hendrik. “Oh tidak saya bersama dengan putri saya.” Tidak lama Elsa muncul, “Ini kenalkan Elsa, putriku.”Elsa mengulurkan tangannya dan mencium tangan Hendrik, “Salam kenal Om, nama saya Elsa.” Hendrik memperhatikan wajah gadis itu, “Wah anak kamu cantik juga ya Frans, sudah nikah belum?” Elsa tersenyum mendengar pertanyaan dari Hendrik, “Belum Om.” “Wah kalau begitu Kamu mau kan
Pria dengan tubuh besar seperti beruang, berjaket kulit lusuh berkali kali menarik napas berat. Dia melihat pada wanita tua bertubuh mungil yang ada di hadapannya, yang terlihat sedang membaca kertas yang ada ditangannya. Mungkin orang akan merasa segan dengan pria ini, tapi wanita di depannya ini justru disegani olehnya. “Apa saya boleh pergi sekarang dokter?” suara berat pria itu terdengar memecah kesunyian diantara mereka berdua. “Saya rasa Anda sudah puas dengan semua informasi yang saya berikan,” pria itu terdengar tak sabar, karena tak ada sahutan dari wanita yang di panggilnya dokter.“Tentu saja saya puas,” sahut wanita itu sambil melepaskan kacamatanya. “Kenapa Anda tak meminta yang lain saja yang melakukan penyelidikan untuk gadis itu?” “Tidak, aku tidak ingin yang lain melakukan itu karena aku tahu kau adalah yang terbaik juga tercepat dalam mencari informasi tentang ini,” wanita itu melambaikan kertas itu di hadapannya. “Tanpa saya pun Anda bisa melakukan it