"Memaksa itu salah satu ciri lelaki patriarki, Han. Jangan sampai kaum hawa menilai kamu begitu," kata Reezi. Dia ikut bangun dan berdiri di hadapan Farhan dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana.Farhan tersenyum miring. "Tadi itu ajakan, Zii." Dia memajukan posisi tubuhnya sembari berbisik, "Tapi bukan sekadar ajakan," imbuhnya sembari menarik badannya kembali menegak.Farhan melihat ke arah Mehru yang masih menunduk. Dia lalu berbalik badan berdiri di hadapan Mehru dan menyodorkan tangan kanannya, menyilakan Mehru jalan lebih dulu.Gadis cantik yang mengenakan setelan kebaya warna Navy, senada seragam keluarga Kemal itu mendongak.Iris matanya langsung terkunci saat tatapannya bertemu dengan Farhan. Deg!"Silakan, El." Mehru mengangguk. Dia sempat menoleh ke arah Habrizi dan mengulas senyum tipis seraya menundukkan kepalanya, sebagai isyarat pamit lebih dulu.Meski tanpa obrolan, keduanya berusaha berjalan sejajar. Kain batik berwarna abu-abu yang melilit beskap Farhan t
Gadis cantik ini meletakkan garpunya di sisi pinggan dan langsung bangun ketika Aiswa menghampiri. Aiswa masih mengulas senyum saat menarik Habrizi ke sisinya. "Kak, yang sopan dong," omelnya sembari menepuk pundak Reezi agar menunduk.Jika bukan karena rasa sayang, mungkin Habrizi enggan menuruti wanita ini. Ibunya saja kadang menyerah bila memintanya berkenalan dengan seorang gadis.Tapi, Aiswa memiliki tempat khusus di hatinya. Reezi tak bisa membantah jika wanita salihah ini sudah menurunkan titah. Dokter muda itu sedikit membungkuk sembari menyapa sang gadis yang sudah berdiri di samping Farhan. "Hai ... aku Reezi," ujarnya dengan nada malas.Sang gadis pun menunduk, menangkupkan tangannya di depan dada. "Virlyana," balasnya dengan suara lembut. 'Ehm, bener. Ini gadis yang manggil Farhan tadi.'Hanya beberapa detik saling sapa, Aiswa pun menyilakan Virlyana untuk melanjutkan makan lalu dia menggiring Reezi pada Mehru. Gadis itu sedang haha hihi dengan Mifyaz.Si bocah es te em
"Lah apanya?" tanya Ahmad sembari menoleh ke arah putranya yang mendekat.Farhan menarik kursi di sebelah sang ayah lalu duduk dengan wajah kesal. Dia menyandarkan punggungnya sambil menggembungkan pipi."Padahal enyak dulu nikah pas co-as. Mana langsung hamidun pula. Kenapa ane nggak boleh, Beh?" ketus Farhan mendelik ke arah Ahmad yang juga sedang menatapnya."Tanya sama enyakmu langsung sana," imbuhnya datar sembari mengendikkan bahu."Kalau ada jodoh yang baik, bagusnya segera," sambung Mahendra, dia ikut duduk menegakkan tubuhnya. "Lagipula Farhan sudah siap," katanya lagi diangguki sepuh lainnya."Ada, Mas. Tapi menurut pandanganku," ucap Ahmad sambil melirik Farhan yang cemberut di sisinya.Dokter muda itu lalu bangun dari duduknya dan keluar ruangan. Entah kemana tujuannya tapi dia ingin mendinginkan suasana hati.Beberapa keluarga Tazkiya dan Kusuma terlihat mulai meninggalkan gedung. Pun dengan Geisha yang barusan mengambil Gauri dari Mahendra. Hanya tersisa personil inti sa
Farhan memaksakan diri bangkit meski meringis menahan rasa tersengat di sebujur kakinya.Langkah dia tertatih saat membuka pintu ruang cuci. Farhan masih menyeret kakinya ketika dia mencari keberadaan mereka.Merasa lambat bergerak, dia mulai panik takut terlambat dan memilih berteriak. "NONOOOOOOO!"Pandangan semua orang yang masih berkumpul di teras juga ruang tengah tertuju padanya. Mereka keheranan, sekaligus mengira Farhan sedang drama.Farhan berdiri di ambang pintu dapur, celingukan mencari kembarannya."NONOOOOO!" serunya lagi, mulai dilanda cemas berlebihan."Hana di bawah, Par, ada apa?" kata Mahendra yang muncul dari bawah tangga belakang, satu-satunya yang menyahuti teriakannya. Dia menunjuk ke arah bale bambu di bawah pohon mangga.Farhan berjalan cepat meski sedikit terpincang-pincang. "Om, bahaya Om. Nono bakal diracuni!" Mahendra yang melihat kepanikan di wajah Farhan, buru-buru balik badan. Dia ikut berseru di undakan ketika Farhan menyenggolnya saat menuruni tangga
Ini adalah malam pertama bagi Hana tinggal di kediaman Kemal. Arsha masih lelap sehingga dia bisa berlama-lama di kamar mandi memanjakan tubuhnya yang penat setelah acara seharian ini.Ketika keluar dari kamar mandi, dia tidak sadar jika salah kostum. Hana memakai setelan daster di atas lutut tanpa lengan, berjalan sembari mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.Hana berdiri menghadap buffet custom, yang merangkap sebagai meja kerja dan meja rias. Dia terus menggosok rambut panjangnya sambil mencari hairdryer, masih membelakangi suaminya.Putra Khadijah baru saja selesai mengganti seprei, tapi urung membawa linen kotor itu keluar kamar setelah melihat Hana. Matanya tertuju menyusuri setiap jengkal tubuh istrinya dari bawah sampai ke atas.Senyumnya pun muncul. Selama beberapa hari tinggal di kediaman Tazkiya, meski ada dalam satu ruangan, Hana tidak pernah seperti ini.Ibun selalu memakai daster panjang juga kerudung instan sebatas dada, bahkan ketika tidur. Kemal tidak melarang
"Bukan siapa?" tanya Aiswa. Dia mendorong pintu ruang baca hingga terbuka lebar. Aiswa sedang mencari Ahmad, berniat pamit pulang ke Cirebon. Tapi, dia malah mendengar suara tinggi Dewiq yang berasal dari ruang baca. Kebetulan, pintu bilik itu tidak tertutup rapat sehingga Aiswa tak sengaja mendengar percakapan mereka. Ahmad mengajaknya masuk tapi Aiswa enggan. Inginnya tidak ikut campur terlalu dalam. Tapi, apabila kakaknya ini mengulang kesalahan yang sama, dia takkan tinggal diam. "Bukan siapa-siapa," kata Ahmad sambil menarik lengan adiknya masuk. Aiswa menghela napas. Dia merasa harus menyampaikan pendapatnya sebelum pergi. Mungkin bisa menjadi pertimbangan mereka. Pandangan Aiswa masih menatap lekat Ahmad. Dia ingat bagaimana sikap sang kakak dulu yang memilih diam hingga dirinya nelangsa menjalani pernikahan. "Kakak masih ingat 'kan, apa yang menimpaku dulu karena sikap kakak?" Deg! Dewiq langsung terlihat gelisah, begitupun dengan Ahmad. Sang yai memilih duduk dan me
(Senyum dulu boleh? ... katanya pasrah siapa jodoh Farhan, makanya Ayang ... kalau rikues tuh yang betul ... jangan serah serah mulu xixixi)Udah di clue, fokus sama Farhan. Artinya, fokuslah pada apa yang dikerjakannya, yang menimpanya, kesibukannya dsb. Di bab kemarin, poin dipegang Ahmad : Iya Sayang, iya. Brati? Gagal dijodohkan dong ... ye kan?Wokeh, mari kita buka.... ***Farhan seketika merasa lemas, bahkan sekadar menggerakkan tubuhnya pun dia tak mampu.Sedahsyat itukah efek patah hati, pikirnya. Selemah inikah dirinya? Padahal baru diuji perkara cinta? Farhan berkali membatin.Dia jadi teringat kaidah di Raudhatul Muhibbin, yang sering Kemal bawakan jika kajian pekanan.Tinggalkan bila itu kurang baik dan akan Allah ganti dengan yang lebih baik. Padahal, tidak ada obat bagi kedua insan yang saling jatuh cinta selain menikah.Dalam asbabul wurud Raudhatul Muhibbin disebutkan bahwa ketika dihadapkan pada dua pilihan. Menikah ... harus mengikuti keinginan orang tua atau denga
Mehru melangkah tegap meninggalkan taman penghubung antar cluster itu. Kepalanya menunduk, menyembunyikan senyum getir.Dia mawas diri. Mehru sempat mencari tahu silsilah keluarga Reezi dari Mifyaz. Pemuda itu memang tak bercerita banyak, dia hanya mengatakan bahwa sang dokter adalah cucu dari tokoh terpandang nan alim di daerahnya.Habrizi juga merupakan putra pertama Raden Hasbi, seorang pebisnis ulung di Singapura. Ibunya adalah putri pemilik salah satu perusahaan penyuplai obat-obatan dan alat medis. Posisi dokter itu terlalu tinggi untuknya. Bahkan jika Reezi menunduk pun, belum tentu keluarga besarnya setuju.Jika saja ayahnya masih hidup, mungkin Mehru bisa sedikit menegakkan kepala. Dulu, saat pabrik kerupuk mereka masih berjaya, keluarganya dipandang mampu lagi disegani. Namun, semua itu cuma masa lalu. Mehru buru-buru menepis kekecewaannya dengan menggeleng kepala sembari terus melangkah ke suster station.Satu pekan berlalu begitu saja. Sikap Farhan masih sama. Dan sudah