共有

4. Duda Dingin

作者: RESYARIN
last update 最終更新日: 2025-04-28 14:12:56

"Jef kamu udah pulang?" Tanya Bunda Ayu merasa heran tumben anaknya sudah pulang, sedangkan ini baru jam 2 siang, padahal biasanya dia selalu mengambil jam lembur.

"Jefri pulang buat ambil berkas yang ketinggalan,” ucap Jefri lalu segera naik ke lantai atas, tanpa repot-repot menyapa Hanna sebagai tamu dan bertanya kenapa anaknya ada dengan wanita yang tak dia kenali.

'Begitu dingin' Hanna bisa langsung menyimpulkan hal itu sekali melihat seseorang yang ternyata Kakak dari Jafran dan Ayah dari gadis yang ada dalam pelukannya.

"Maaf yah Hanna, Jefri memang orangnya begitu,” ucap Bunda Ayu.

"Tak apa Bunda,” ucap Hanna tersenyum tulus karna tahu Bunda Ayu pasti tak enak padanya.

"Aku ke atas dulu, kamu ngobrol dulu aja sama Bunda,” pamit Jafran yang langsung berdiri dan pergi menyusul Jefri ke lantai dua.

Tok.... Tok.....

"Masuk."

Jafran yang saat itu mengetuk pintu, segera masuk ke ruang kerja Jefri.

"Bang, ada yang mau Gue bicarain,” ucap Jafran sambil mendekat ke arah Jefri yang sedang duduk di kursinya sambil meneliti tumpukan berkas di mejanya.

"Ngomong aja."

Jafran hanya bisa menghela nafasnya karna Jefri bahkan tak melihat ke arahnya, benar-benar susah memang bicara dengan Kakak satu-satunya ini.

"Gue mau nikah, perempuan yang dibawah tadi calon istri Gue, namanya Hanna,” beritahu Jafran.

Jefri sempat tertegun sebentar sebelum kembali membuka-buka berkas kerjanya, seperti tak peduli.

"Ohh, selamat kalau begitu, Abang ikut bahagia,” ucap Jefri sambil melihat ke arah Jafran yang sedari tadi berdiri di depan mejanya.

"Abang gak papah kalau Gue nikah duluan?" tanya Jafran.

"Kamu bercanda Jaf, Abang udah nikah. Kalau kamu mau nikah yah tinggal nikah, gak ada urusannya sama abang,” ucap Jefri.

"Itu 4 tahun lalu, sekarang kita sama. Sama-sama butuh pendamping, sama-sama gak punya pasangan," ucap Jafran mengingatkan Jefri akan statusnya.

"Gue baik-baik aja sendirian,” jawab Jefri santai.

"Kasian Zeyva Bang, kapan abang cari ibu pengganti buat Zeyva?" tanya Jafran sambil melihat mata sang Kakak yang dipenuhi rasa dingin semenjak Kakak iparnya meninggal.

"Kenapa tiba-tiba bahas itu? Gak akan ada siapapun yang bisa gantiin Zilia sebagai Ibu Zeyva,” ucap Jefri dingin lalu kembali meneliti berkas tanpa mempedulikan kehadiran Jafran.

"Kak Zilia udah meninggal 4 tahun lalu Bang, saatnya Abang bangkit. Bukan cuma ingat diri abang sendiri, tapi tolong ingat Zeyva. Lo butuh pendamping sekaligus ibu buat Zeyva, Zeyva butuh sosok ibu,” ucap Jafran mengingatkan Kakaknya itu.

"Jangan bawa-bawa Zeyva ke masalah ini,” ucap Jefri dengan nada suara yang mulai kesal.

"Tapi buktinya Zeyva yang merasakan semua dampak dari keegoisan Abang yang tak rela melepaskan masa lalu,” ucap Jafran tak kalah dingin membalas kata-kata Jefri.

"Hari ini Zeyva nangis lagi untuk sesuatu masalah yang sama. Dia ingin seperti temannya yang lain, punya ibu, diperhatikan oleh seorang ibu dan dijemput ibunya ke sekolah, sesederhana itu,” ucap Jafran.

"Bunda bisa lakuin semua itu,” balas Jefri enteng.

"Yang Zey butuhkan sosok ibu Bang, bukan sosok Nenek. Kalau aja Abang bisa memberikan kasih sayang Ayah sekaligus Ibu pada Zey, dia tak akan membutuhkan sosok ibu karna merasa kasih sayang Ayahnya sudah cukup. Tapi Abang bahkan gak tahu kapan Zeyva pertama kali masuk ke sekolah, Abang bahkan gak tahu gimana Zeyva nangis tiap dia ngelihat anak seumuran dia sama ibunya. Abang terlalu terfokus menyembuhkan luka hati diri sendiri tanpa memikirkan Zeyva yang butuh perhatian."

Jefri hanya bisa mendengarkan ucapan adiknya tanpa mampu membalas, dia bahkan kini hanya fokus untuk mencari berkas kerjanya.

"Abang tak pernah menjelaskan siapa sosok ibu bagi Zeyva, Abang hanya terus berjanji akan membawa Bunda untuk Zeyva. Abang tahu kenapa Zeyva sampai bisa lengket dengan Hanna? Padahal mereka baru bertemu, karena Zeyva pikir Hanna adalah ibunya yang pernah aku janjikan akan membawakan Bunda Untuknya,” beritahu Jafran.

"Ya sudah, biarkan calon istri kamu jadi ibu Zeyva,” ucap Jefri begitu enteng, tanpa berpikir apapun.

"Bang,” teriak Jafran karna kesal.

"Bukankah nanti kamu menikah dengannya, jadi Zeyva akan mendapatkan kasih sayang dari sosok ibu. Sama saja bukan, kamu pamannya pasti rela jika nanti istri kamu setidaknya membagi kasih sayangnya untuk Zeyva,” ucap Jefri dengan entengnya.

Mengapa Kakaknya jadi seegois ini?

"Bang, Lo bener-bener egois. Pikirin masa depan Zeyva, semua itu gak semudah ucapan yang Lo bilang. Zeyva benar-benar butuh sosok ibu, bukan orang yang hanya berpura-pura menjadi ibunya,” tegas Jafran.

"Ini urusan Gue mau lakuin apapun, mau nikah lagi atau enggak. Lo gak berhak ikut campur urusan gue walau Lo adik gue Jafran, ingat itu," tegas Jefri.

Kakaknya benar-benar berubah banyak dan Jafran tak pernah merasakan Kakaknya yang dulu lagi, yang baik dan perhatian.

"Lo gak ngerasain ada di posisi Gue dan Lo gak ada di sini saat Gue kehilangan,” ucap Jefri.

Memang Jafran saat itu sedang bersekolah di luar negeri dan tak tahu perihal penyakit atau hal apapun tentang Kakak Iparnya. Dia hanya mendapat kabar Kakak iparnya telah meninggal saat melahirkan yang membuatnya sangat syok.

Jafran pikir Kakaknya pasti kuat dan bisa bangkit kembali demi keponakannya, Jafran tak tahu bahwa kehilangan cinta bisa membuat Kakaknya sedemikian berubah. Tak ada lagi senyuman, kasih sayang juga perhatian untuk keluarganya juga hilang. Hanya pekerjaan yang dia jadikan pelampiasan dan prioritas, menyibukkan dirinya sendiri.

"Suatu saat nanti Gue harap Abang akan kembali seperti Abang yang dulu, Gue rindu Abang yang dulu,” ucap Jafran sebelum pergi keluar ruangan meninggalkan Jefri yang termenung.

Dulu dia dan Jafran begitu dekat, sangat dekat. Tapi sekarang mereka bahkan terasa sangat jauh dan dipisahkan tembok tak kasap mata.

'Gue rindu abang yang dulu' batin Jafran

*

*

*

*

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • ISTRI Warisan Adik   52. Sampai Akhir Hayat (TAMAT)

    40 tahun Kemudian Waktu tak terasa, sudah berlalu begitu cepat. Kini bahkan fisik Hanna dan Jefri sudah sangat jauh berubah, kulit mereka sudah mulai keriput dan bahkan rambut mereka sudah memutih. Mereka bahkan sudah tak bisa berlarian di taman menemani cucu-cucu mereka yang kini sudah mulai besar, dulu saat mereka masih kecil Jefri dan Hanna masih bisa menemani, kini mereka hanya bisa melihat dari jauh. “Rasanya begitu senang, setiap kali Zeyva dan Jafran pulang ke rumah ya Mas, membawa keluarga kecil mereka, karena akhirnya rumah kita jadi semakin ramai. Walau rumah Jafran ada di depan rumah kita menempati rumah Nenek dan Kakeknya yang telah tiada,” ucap Hanna. “Iya, rasanya memang berbeda dan terasa lengkap. Walaupun hidup berdua dengan kamu juga tetap begitu menyenangkan dan membahagiakan untukku. Aku tak salah memiliki partner terbaik dalam menjalani kehidupan ini,” ucap Jefri menggenggam tangan keriput Hanna. “Iya Mas, kamu juga partner terbaikku,” ucap Hanna dengan senyum

  • ISTRI Warisan Adik   51. Pergi Bersama

    “Sayang, kamu di mana?” teriak Jefri begitu dia masuk ke dalam kamar. “Di sini Mas, ada apa?” tanya Hanna yang menyahut dari lantai dua, karena dia baru saja menidurkan Jafran. Jefri segera saja berlari ke lantai dua dan saat menemukan istrinya yang juga menuju ke arahnya, Jefri langsung memeluk Hanna dengan erat. “Ya ampun, rasanya rindu sekali walau hanya tak bertemu 10 jam,” ucap Jefri, membuat Hanna menggulirkan matanya. “Belum seharian Mas,” ucap Hanna, lelah juga menghadapi kelakuan manja suaminya ini. “Mas, sudah ah lepas,” pinta Hanna, karena suaminya masih betah memeluknya hingga akhirnya kini melepaskan pelukannya. “Sayang, minggu depan kan hari jadi pernikahan kita yang ke tiga tahun.” “Iya, terus gimana? Mau adain acara, Mas?” tanya Hanna. “Enggak, aku sudah buat jadwal acara yang lebih bagus untuk merayakan hari pernikahan kita, nanti kita pergi ke sebuah negara,” ucap Cakra. “Ke mana, Mas?” tanya Hanna. “Ke sini.” Cakra memberikan sebuah kertas yang langsung H

  • ISTRI Warisan Adik   50. Keluarga Bahagia

    “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun Jafran, semoga panjang umur.” “Akkk, Abububu.” Jeritan khas bayi satu tahun itu terdengar, begitu melihat kue dengan lilin angka satu yang menyala di atas kue dan jelas membuatnya tertarik. “Selamat ulang tahun, Adek,” teriak Zeyva yang kini mencium pipi Jafran dengan gemas. “Aka kaka,” jerit Jafran tak suka karena dicium terlalu kuat di pipinya. “Selamat ulang tahun yang pertama jagoan, Bunda,” ucap Hanna mencium kening Jafran dan pipinya, membuat Jafran tersenyum selalu senang jika berada dengan sang Bunda. “Selamat ulang tahun jagoan posesif, yang gak mau banget berbagi Bunda sama Ayah,” ucap Jefri, mengelus kepala Jafran dan mencium pipinya. “Akh, yaya nono,” jerit Jafran, karena dia paling tak suka di cium Jefri yang memang kadang suka menggodanya dengan dagunya yang jelas bertekstur karena jenggot yang tumbuh. “Mas ih, senang banget goda Jafran,” kesal Hanna yang kini menglus pipi putranya yang duduk s

  • ISTRI Warisan Adik   49. Keajaiban

    "Hanna, bagimana keadaan Hanna?" tanya Jefri lirih, menatap Bunda Ayu dan Dokter Tia."Jefri, Hanna. Dia, hiks."Bunda Ayu tak melanjutkan perkataannya, dia langsung berhambur ke pelukan putranya dan menangis di sana.Jefri sendiri hanya terdiam kaku dengan pikiran buruknya dan tak lama suster keluar dari ruang operasi."Dok, pasien—."Belum selesai suster berkata Jefri segera melepaskan pelukan ibunya dan menyerobot masuk ke dalam. Dia seketika kaget melihat istrinya yang terbujur kaku dengan wajah yang begitu pucat."Hanna, sayang,” panggil Jefri lirih.Tapi tak ada jawaban apapun, hanya keheningan yang ada. Jefri langsung memeluk tubuh Hanna yang terbujur kaku, menangis di dada sang istri."Sayang, jangan. Jangan lakukan ini, jangan tinggalin aku. Aku mohon, hiks.” Tangis itu tak dapat Jefri bendung."Jangan tinggalkan aku, bagaimana dengan Zeyva dan jagoan kita? Aku tak akan bisa merawat mereka tanp

  • ISTRI Warisan Adik   48. Kita Bertemu Lagi

    Ruangan itu begitu hitam dan hampa, sunyi tanpa satu suara apapun.“Aku di mana?” tanya Hanna, kebingungan karena membuka mata yang terlihat hanyalah gelap, tak ada cahaya sedikitpun."Bunda."“Siapa itu?”Teriakan itu bahkan tak dapat Hanna lihat sumber orang yang memanggilnya, dia terus memandang kesana kemari tapi tak ada siapapun."Bunda."Sekali lagi teriakan itu terdengar, bukan suara Zeyva, tapi itu jelas suara anak perempuan dan entah kenapa Hanna merasa itu panggilan untuknya."Bunda."Tiba-tiba tangannya yang ditarik menyadarkan Hanna, ruangan gelap itu berubah jadi tempat yang begitu terang dan kini ada seorang anak perempuan yang sedang tersenyum dan menggengam tangannya.Cantik, senyumnya mirip seseorang, dia juga sedikit mirip putrinya Zeyva. Tapi mengapa justru Hanna malah seperti melihat dirinya saat kecil, anak ini sedikit mirip dirinya juga."Bunda." Sekali lagi anak itu meman

  • ISTRI Warisan Adik   47. Antara Hidup & Mati

    Hanna kini sudah masuk ke ruang ICU dan ditangani oleh dokter Tia yang sejak awal menangani Hanna, dengan Jefri yang menunggu dengan tak tenang.Hingga akhirnya Dokter Tia keluar dari ruang ICU setelah beberapa saat memeriksa Hanna dan Jefri segera mendekatinya, jelas untuk menanyakan keadaan Hanna."Bagaimana Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Jefri tak sabar."Kita harus segera melakukan tindakan operasi pak Jefri, rahim Bu Hanna sudah tak kuat menampung bayinya. Pendarahannya juga tidak mau berhenti kami takut itu akan semakin membahayakan Bu Hanna dan bayinya," jelas dokter yang seketika membuat Jefri merasa tak berdaya."Lakukan dok, lakukan apapun. Tapi saya mohon selamatkan istri dan anak saya, selamatkan keduanya. Jangan minta saya untuk memilih lagi, karena istri dan anak saya keduanya berharga untuk saya," mohon jefri dengan air mata yang sudah tergenang di matanya."Kami akan berusaha pak Jefri, Anda tenang saja," ucap D

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status