Share

3. Siapa Dia?

Author: RESYARIN
last update Last Updated: 2025-04-28 14:12:08

Hari ini Jafran mengajak Hanna ke rumahnya karna ada yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan mereka dan Bundanya butuh pendapat mereka juga.

“Ayo masuk,” ajak Jafran dan mereka segera masuk ke dalam rumah.

Saat itu Hanna merasa takjub dengan rumah besar Jafran, tapi saat mereka masuk ke dalam rumah, suara tangisan anak kecillah yang terdengar nyaring saat ini.

"Huhu, Zey mau Bunda. Zey mau kaya temen-temen Zey punya Bunda, huhuhu."

"Iya, nanti kita cari Bunda buat Zey yah." Itu suara Bunda Ayu.

Mungkin anak kecil yang menangis itu keponakannya Jafran yang dia ceritakan, yang bernama Zeyvanya dan memang telah kehilangan ibunya.

"Bundanya timana??? Ayah biyang nanti bawa puyang Bunda, tapi ndak ada. Om Jaflan juga biyang mau bawain Zey Bunda, tapi Bundanya ndak ada. Huhuhu, mau Bunda."

"Nanti pasti Bunda Zey datang, yang sabar yah cucu nenek."

Bunda Ayu hanya bisa menghibur cucunya. Kenyataannya anak pertamanya bahkan sama sekali belum memperkenalkan lagi calon istrinya setelah ibunya Zey meninggal saat melahirkan 4 tahun lalu.

"Assalamualaikum,” ucap Jafran dan Hanna bersamaan.

"Om Jafran, huhuhu,” isak Zeyva sambil merentangkan tangannya pada Jafran.

Jafran segera mendekati Bundanya lalu mengambil alih Zeyva ke gendongannya. Tapi perhatian Zeyva teralihkan karna melihat Hanna yang tersenyum tulus kepadanya.

"Om, Om Jafran bawa Bunda Zey?" tanya Zeyva lucu dengan mata berbinar melihat Hanna.

Sedangkan Jafran kaget dengan pertanyaan keponakannya itu dan melihat ke arah Hanna yang bingung juga harus berbuat apa. Keterdiaman Jafran juga semua orang membuat Zeyva berpikiran kalau berarti benar yang ada di hadapannya sekarang adalah Bundanya.

"Bunda," panggil Zeyva, sambil mengulurkan tangannya pada Hanna.

Hanna jelas bingung dipanggil Bunda oleh keponakan Jafrn, tapu karna tak tega melihat Zeyva yang terus minta digendong juga matanya yang penuh air mata, akhirnya Hanna mengambil alih Zeyva ke gendongannya.

"Huhu, Zey tanen Bunda. Bundanya temana aja?" Zeyva langsung memeluk leher Hanna kuat. Meluapkan kerinduan seorang anak akan kehadiran ibunya.

"Sttt, Bundanya kan udah ada disini." Hanna hanya bisa mengucapkan hal itu, tak mungkin menyakiti hati Zeyva yang merindukan ibunya, dengan mengatakan semua kebenarannya.

Karna diapun merasakan bagaimana hidup tanpa kasih sayang sang Ibu. Masih beruntung karna ibunya meninggal saat usia Hanna sudah cukup besar, saat dia duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama. Tapi gadis kecil yang berada di gendongannya sudah tak memiliki ibu sejak kecil, sejak dia lahir.

Tak ada yang dilakukan Jafran juga Bunda Ayu melihat Zeyva yang mengira Hanna ibunya. Karna mereka tahu Zeyva memang sangat ingin mempunyai ibu. Biarlah keponakannya mengaggap Hanna sebagai ibunya, toh Hanna akan menikah dengannya dan Zeyva juga sudah seperti anaknya, jadi Jafran tak keberatan.

"Hanna, sini duduk. Kasian kamu berat gendong Zey,” pinta Bunda Ayu sambil menepuk sofa di sebelahnya.

Hanna pun segera mendudukkan dirinya di sebelah Bunda Ayu, dengan Zeyva di pelukannya.

"Zey nangis dari tadi Bun?" tanya Jafran karna masih terdengar suara sesegukkan dari keponakannya yang menyembunyikan mukanya di pelukan Hanna.

"Iya, biasa. Abis dijemput dari playgrup, katanya banyak yang ngejek dia karna gak pernah dijemput Bundanya dan biasa selalu berakhir begini nangis seharian,” jelas Bunda Ayu.

"Pasti sangat sulit untuk anak seusia Zeyva,” ucap Hanna sambil membelai rambut Zeyva.

"Iya Hanna, jadi tolong dimaklumi yah. Gak papah kan kalau Zey anggap kamu Bundanya?" tanya Bunda Ayu tak enak hati.

"Gak papah kok Bun."

"Hanna gak akan keberatan, aku juga enggak. Lagipula Bang Jef gak perhatian banget sama anak, biar nanti Zeyva tinggal aja sama Jafran juga Hanna kalau kita udah nikah. Supaya Zey punya kasih sayang dan perhatian dari sosok ibu,” ucap Jafran.

"Kalau itu ngomong sendiri saja sama Abang kamu, Bunda udah cape nasehatin dia."

Anak pertamanya berubah sejak istrinya meninggal, bukan tidak memperhatikan putrinya Zeyva, tapi anaknya terlalu acuh dan membiarkan dirinya sebagai nenek yang mengurus segalanya tentang Zeyva. Padahal ketika seorang Ayah mampu berlaku sebagai Ibu juga untuk mengasuh anaknya, pasti Zeyva tak akan merasa kekurangan kasih sayang. Tapi putranya Narendra Jefri Kusuma, tak bisa melakukan hal itu, sibuk dengan dukanya sendiri.

"Kayanya Zeyva ketiduran, sini biar aku pindahin ke kamarnya."

Jafran pun berusaha melepaskan pelukan Zeyva pada Hanna, tapi ternyata pelukan ponakannya pada Hanna sangat erat, menandakan dia tak ingin kehilangan sosok dalam dekapannya.

"Gak papah Mas, biar Zey sama aku dulu. Kayanya dia tidurnya belum pulas,” ucap Hanna.

“Ya sudah.”

"Maaf yah Hanna, pasti berat,” ucap Bunda Ayu.

"Enggak kok Bun, Zey ringan kok,” ucap Hanna.

"Makasih ya, Hanna."

Hanna hanya tersenyum menanggapi semua itu, lalu pembicaraan mereka berlanjut pada acara persiapan pernikahan Jafran dan Hanna.

Hingga tanpa disangka ada seseorang yang datang ke arah mereka dengan tatapan bertanya pada sosok yang menggendong putrinya yang tertidur.

"Bun.”

Semua orang menoleh mendengar panggilan itu, termasuk Hanna yang langsung tersentak kaget karna melihat pandangan dingin seseorang itu kepadanya.

Auranya begitu dingin dan tak tersentuh, pandangannya terasa menusuk. Seperti ada sebuah bongkahan es batu di hatinya, yang membuat entah kenapa justru hati Hanna terasa iba dan rasanya dia bisa merasakan jika lelaki itu menyimpan luka.

Apakah orang itu baik-baik saja???

Siapa dia???

*

*

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI Warisan Adik   52. Sampai Akhir Hayat (TAMAT)

    40 tahun Kemudian Waktu tak terasa, sudah berlalu begitu cepat. Kini bahkan fisik Hanna dan Jefri sudah sangat jauh berubah, kulit mereka sudah mulai keriput dan bahkan rambut mereka sudah memutih. Mereka bahkan sudah tak bisa berlarian di taman menemani cucu-cucu mereka yang kini sudah mulai besar, dulu saat mereka masih kecil Jefri dan Hanna masih bisa menemani, kini mereka hanya bisa melihat dari jauh. “Rasanya begitu senang, setiap kali Zeyva dan Jafran pulang ke rumah ya Mas, membawa keluarga kecil mereka, karena akhirnya rumah kita jadi semakin ramai. Walau rumah Jafran ada di depan rumah kita menempati rumah Nenek dan Kakeknya yang telah tiada,” ucap Hanna. “Iya, rasanya memang berbeda dan terasa lengkap. Walaupun hidup berdua dengan kamu juga tetap begitu menyenangkan dan membahagiakan untukku. Aku tak salah memiliki partner terbaik dalam menjalani kehidupan ini,” ucap Jefri menggenggam tangan keriput Hanna. “Iya Mas, kamu juga partner terbaikku,” ucap Hanna dengan senyum

  • ISTRI Warisan Adik   51. Pergi Bersama

    “Sayang, kamu di mana?” teriak Jefri begitu dia masuk ke dalam kamar. “Di sini Mas, ada apa?” tanya Hanna yang menyahut dari lantai dua, karena dia baru saja menidurkan Jafran. Jefri segera saja berlari ke lantai dua dan saat menemukan istrinya yang juga menuju ke arahnya, Jefri langsung memeluk Hanna dengan erat. “Ya ampun, rasanya rindu sekali walau hanya tak bertemu 10 jam,” ucap Jefri, membuat Hanna menggulirkan matanya. “Belum seharian Mas,” ucap Hanna, lelah juga menghadapi kelakuan manja suaminya ini. “Mas, sudah ah lepas,” pinta Hanna, karena suaminya masih betah memeluknya hingga akhirnya kini melepaskan pelukannya. “Sayang, minggu depan kan hari jadi pernikahan kita yang ke tiga tahun.” “Iya, terus gimana? Mau adain acara, Mas?” tanya Hanna. “Enggak, aku sudah buat jadwal acara yang lebih bagus untuk merayakan hari pernikahan kita, nanti kita pergi ke sebuah negara,” ucap Cakra. “Ke mana, Mas?” tanya Hanna. “Ke sini.” Cakra memberikan sebuah kertas yang langsung H

  • ISTRI Warisan Adik   50. Keluarga Bahagia

    “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun. Selamat ulang tahun Jafran, semoga panjang umur.” “Akkk, Abububu.” Jeritan khas bayi satu tahun itu terdengar, begitu melihat kue dengan lilin angka satu yang menyala di atas kue dan jelas membuatnya tertarik. “Selamat ulang tahun, Adek,” teriak Zeyva yang kini mencium pipi Jafran dengan gemas. “Aka kaka,” jerit Jafran tak suka karena dicium terlalu kuat di pipinya. “Selamat ulang tahun yang pertama jagoan, Bunda,” ucap Hanna mencium kening Jafran dan pipinya, membuat Jafran tersenyum selalu senang jika berada dengan sang Bunda. “Selamat ulang tahun jagoan posesif, yang gak mau banget berbagi Bunda sama Ayah,” ucap Jefri, mengelus kepala Jafran dan mencium pipinya. “Akh, yaya nono,” jerit Jafran, karena dia paling tak suka di cium Jefri yang memang kadang suka menggodanya dengan dagunya yang jelas bertekstur karena jenggot yang tumbuh. “Mas ih, senang banget goda Jafran,” kesal Hanna yang kini menglus pipi putranya yang duduk s

  • ISTRI Warisan Adik   49. Keajaiban

    "Hanna, bagimana keadaan Hanna?" tanya Jefri lirih, menatap Bunda Ayu dan Dokter Tia."Jefri, Hanna. Dia, hiks."Bunda Ayu tak melanjutkan perkataannya, dia langsung berhambur ke pelukan putranya dan menangis di sana.Jefri sendiri hanya terdiam kaku dengan pikiran buruknya dan tak lama suster keluar dari ruang operasi."Dok, pasien—."Belum selesai suster berkata Jefri segera melepaskan pelukan ibunya dan menyerobot masuk ke dalam. Dia seketika kaget melihat istrinya yang terbujur kaku dengan wajah yang begitu pucat."Hanna, sayang,” panggil Jefri lirih.Tapi tak ada jawaban apapun, hanya keheningan yang ada. Jefri langsung memeluk tubuh Hanna yang terbujur kaku, menangis di dada sang istri."Sayang, jangan. Jangan lakukan ini, jangan tinggalin aku. Aku mohon, hiks.” Tangis itu tak dapat Jefri bendung."Jangan tinggalkan aku, bagaimana dengan Zeyva dan jagoan kita? Aku tak akan bisa merawat mereka tanp

  • ISTRI Warisan Adik   48. Kita Bertemu Lagi

    Ruangan itu begitu hitam dan hampa, sunyi tanpa satu suara apapun.“Aku di mana?” tanya Hanna, kebingungan karena membuka mata yang terlihat hanyalah gelap, tak ada cahaya sedikitpun."Bunda."“Siapa itu?”Teriakan itu bahkan tak dapat Hanna lihat sumber orang yang memanggilnya, dia terus memandang kesana kemari tapi tak ada siapapun."Bunda."Sekali lagi teriakan itu terdengar, bukan suara Zeyva, tapi itu jelas suara anak perempuan dan entah kenapa Hanna merasa itu panggilan untuknya."Bunda."Tiba-tiba tangannya yang ditarik menyadarkan Hanna, ruangan gelap itu berubah jadi tempat yang begitu terang dan kini ada seorang anak perempuan yang sedang tersenyum dan menggengam tangannya.Cantik, senyumnya mirip seseorang, dia juga sedikit mirip putrinya Zeyva. Tapi mengapa justru Hanna malah seperti melihat dirinya saat kecil, anak ini sedikit mirip dirinya juga."Bunda." Sekali lagi anak itu meman

  • ISTRI Warisan Adik   47. Antara Hidup & Mati

    Hanna kini sudah masuk ke ruang ICU dan ditangani oleh dokter Tia yang sejak awal menangani Hanna, dengan Jefri yang menunggu dengan tak tenang.Hingga akhirnya Dokter Tia keluar dari ruang ICU setelah beberapa saat memeriksa Hanna dan Jefri segera mendekatinya, jelas untuk menanyakan keadaan Hanna."Bagaimana Dok, bagaimana keadaan istri saya?" tanya Jefri tak sabar."Kita harus segera melakukan tindakan operasi pak Jefri, rahim Bu Hanna sudah tak kuat menampung bayinya. Pendarahannya juga tidak mau berhenti kami takut itu akan semakin membahayakan Bu Hanna dan bayinya," jelas dokter yang seketika membuat Jefri merasa tak berdaya."Lakukan dok, lakukan apapun. Tapi saya mohon selamatkan istri dan anak saya, selamatkan keduanya. Jangan minta saya untuk memilih lagi, karena istri dan anak saya keduanya berharga untuk saya," mohon jefri dengan air mata yang sudah tergenang di matanya."Kami akan berusaha pak Jefri, Anda tenang saja," ucap D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status