Share

Anakku Meninggal?

Penulis: Ricny
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-21 11:17:42

"Ayo duduk dulu aja di depan, biar enak ngomongnya," sahut Kak Tuti. Ia berusaha membawaku ke depan.

Kami akhirnya duduk, tak kecuali Lusi ia juga ikut duduk di sampingku walau kedua tangannya tak mau lepas dari lenganku.

"Jadi gini San, sebetulnya istri kamu itu mulai gila sejak anakmu meninggal." Kak Tuti mulai bicara lagi.

Teg. Bagai ditebas parang tajam, hati dan persendianku langsung lemas dan ngilu, sejurus kemudian detak jantungku langsung naik frekuensinya.

"Apa? Anakku meninggal? Yassir maksud Kakak?" Setengah tak percaya aku bertanya.

Kak Tuti menganggukkan kepala, wajah dan sorotnya kini terlihat sangat sedih, sementara itu ibuku yang bicara.

"Iya Sandi, Yassir udah meninggal, maaf kami gak kasih kamu kabar soal ini karena kami takut kamu syok dan malah gak fokus kerja di sana, karena Ibu pikir kamu masih akan 3 tahun lagi kerja di Taiwan."

Aku menggeleng tak percaya, bisa-bisanya ibuku berpikir demikian.

"Ibu ini ngomong apa? Mungkin Ibu juga tahu gak ada yang lebih penting bagi seorang ayah selain hidup anaknya. Dan harusnya kalian juga tetep beritahu Sandi soal kabar duka ini," ujarku menatap mereka serius.

Ibu dan kak Tuti tak bicara lagi, mereka saling diam menundukan kepala.

"Emangnya kenapa Yassir meninggal? Apa dia sakit?" Aku bertanya lagi meski persendianku masih terasa lemas mendengar kabar meninggalnya anakku.

Ibuku meremas jari-jemarinya, di samping beliau kak Tuti seperti memberi ibuku kode, entah apa yang sedang mereka maksudkan aku juga tidak paham.

"Kenapa diem, Bu?"

"Dia tenggelam saat mandi di sungai," jawab Kak Tuti tanpa ragu.

"Apa? Tenggelam?" Mataku membulat. Rasa syok memenuhi rongga dadaku hingga aku merasakan sesak yang teramat.

Kupegangi dadaku untuk sedikit meredakan rasa nyeri ini.

Jauh-jauh aku pulang ingin bertemu anakku dan ingin menghabiskan banyak waktu dengannya, sekarang mereka bilang anakku tenggelam dan sudah meninggal? Ya Allah bagaimana bisa semua itu terjadi.

Dan istriku? Sekarang istriku juga gila, ada apa ini? Kenapa semuanya terjadi secepat ini?

Kugosok kepalaku dengan kasar, kini pandanganku juga berkabut karena genangan air mata yang tak bisa kutumpahkan di depan mereka.

Sementara di sampingku Lusi terus saja menggeleng-gelengkan kepalanya, entah apa yang ia maksudkan tapi besar dugaanku sepertinya ia sedang menyangkal kesaksian ibu dan kak Tuti, entahlah.

"Iya bener, Yassir tenggelam saat sedang main, saat kami mencarinya tahu-tahu dia sudah ditemukan mengambang di sungai," ucap Kak Tuti lagi.

"Eng--gak, enggak," sahut Lusi pelan dengan suara bergetar dan kaku.

Mendengar Lusi bicara ibu dan kak Tuti menatap istriku tajam, tapi tak lama raut wajah mereka berubah manis saat mereka menyadari aku tengah memperhatikan gerak-gerik mereka.

Ibuku lalu bangkit dan mengambil tempat duduk di kursi dekat Lusi.

"Udahlah Lusi, yang sudah terjadi biarkanlah terjadi, ikhlaskan saja, gak usah dipikirin lagi, kamu jadi stres begini 'kan akhirnya?" kata beliau lembut seraya mengelus rambut Lusi yang ikal dan acak-acakan.

"Iya kasihan Lusi, kami udah coba kasih dia pengertian tapi ya gimana? Namanya juga seorang ibu mungkin jiwanya sangat terguncang." Kak Tuti menimbrung lagi dengan nada suara sama lembutnya.

"Eng--gak, enggak," bisik Lusi pelan, dapat kurasakan ia amat ketakutan saat berada di dekat ibuku.

"Lusi ini emang begini, kadang-kadang dia ketakutan, kadang-kadang dia ceria senyum-senyum sendiri, ya--begitulah gak salah 'kan kalau kami bilang dia gila?" kata Ibuku lagi.

Aku diam saja, aku ingin tahu sebetulnya ada apa di balik kabar berita yang membuatku syok ini.

Anakku meninggal mendadak, sementara Lusi tiba-tiba terguncang jiwanya, saat aku baru saja datang kulihat ibu dan kakakku tengah menyiksa istriku tapi sekarang mereka terlihat sangat baik dan lembut, entahlah ada apa di balik semua ini.

"Sebetulnya Ibu juga mau marah, siapa sih yang gak merasakan sakit saat cucu nya kecelakaan sampai meninggal begitu? Entah ini keteledoran Lusi sebagai ibunya atau bahkan kami sebagai keluarganya, tapi yang jelas kami sangat sedih dan menyesal atas kepergian Yassir," ujar Ibuku lagi.

Aku masih tetap diam menyimak. Tapi tak lama kuputuskan untuk membawa Lusi beristirahat saja karena kulihat istriku sudah benar-benar ketakutan di dekat ibu.

"Udah sekarang Sandi mau istirahat dulu, kasihan Lusi, tolong beresin kamarnya dan balikin lagi kasurnya kayak dulu," titahku sambil memijit kening.

Ibu dan kak Tuti tak segera beranjak.

"Kenapa diem?" tanyaku lagi.

"Anu itu loh San, kasur kamunya itu loh udah rusak, waktu itu disobek-sobek sama Lusi waktu dia lagi ngamuk," jawab Ibu.

Aku menyeringai lalu melirik ke arah Lusi. "Enggak enggak," katanya. Hanya itu yang sejak tadi ia ucapkan padaku, entah maksudnya apa.

"Ya udah Sandi tidur di kamar Lula aja."

Aku akhirnya bangkit membawa istriku ke kamar Lula--adik bungsuku.

Di kamar itu, kutenangkan Lusi, kuberi dia minum, kusisir rambutnya dan kugantikan bajunya.

"Nanti kita mandi ya, sekarang kita ngobrol dulu," ucapku seraya membetulkan anak rambut yang menghalamgi mata Lusi.

Lusi mengangguk, sementara air matanya terus saja bercucuran membasahi pipinya yang dekil.

"Kenapa bisa begini sih Lus? Kenapa Lusi gak pernah cerita sama Abang kalau Yassir meninggal? Seminggu lalu kita masih teleponan kan?" ucapku pelan, amat pelan agar Lusi tidak merasa ketakutan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
lumayan bgs ceritaX...kejam amat yah ibu sm adikX Sandi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Menyesal

    "Lusi! Biarkan laki-laki tak berguna itu dibawa, kamu tidak perlu halang-halangi petugas melakukan tugasnya!" Mama mertua berteriak.Lusi menggeleng-gelengkan kepala."Gak Ma, jangan lakuin ini Ma, Lusi mohon, Lusi mohon, Ma."Peristiwa tarik menarik antara polisi dan Lusi pun terus terjadi. "Lus, biarkan Abang dibawa dulu, nanti kita akan jelaskan, takut kamu kenapa-napa," ucapku.Lusi tetap tak mau mengalah, ia terus saja menarikku."Lusi gak mau Abang, Lusi gak bisa hidup tanpa, Abang," katanya mulai terisak."Sudah cukup Lusi! Drama macam apa ini?!" Dengan paksa Mama mertua menarik tangan Lusi.Dan brak gedebughhh. Tangan Lusi terlepas hingga kepalanya terpental ke tembok, sementara tangannya menghantam kaca hingga retak, parahnya saat itu juga Lusi langsung jatuh tak sadarkan diri."Lusiii!" Aku dan Mama mertua teriak spontan."Tante Lusi, ya ampun bangun, Tan." Dara dengan sigap meraih kepala Lusi."Ya ampun Lusi? Lusii maafin Mama Nak, Lusi bangun Sayang, Lus ... Lusi? Lusii!

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Cerita

    PoV SandiFaaz tertawa, "haha ya tentu saja aku kenal."Lanjut Faaz menceritakan tentang pertemuannya denganku saat itu, seminggu setelah aku kecelakaan, Lula mengantarku datang ke sekolah anaknya Faaz."Heiii keluar kau lelaki hidung belang!" teriak Lula saat itu.Buru-buru Faaz keluar dari mobilnya."Maaf ada apa ini?" tanya Faaz, ia terlihat kebingungan karena kami menghadang mobilnya setelah ia mengantarkan anaknya."Halah enggak usah banyak omong kau hidung belang, kemana Kakak iparku sekarang? Kau kemanakan dia, hah?!" sembur Lula berkacak pinggang.Kening Faaz mengerut, sementara aku yang tak sabar cepat mencecarnya juga."Hei apa kau tuli? Kau kemanakan istriku? Di mana dia sekarang?!""Tuggu dulu, kalian jangan emosi begini, istri? Kakak ipar? Siapa yang kalian maksud?""Wanita yang seminggu lalu mengantar anakmu ke sini, dia adalah istriku, kau dengar? Dia ISTRIKU," tegasku tepat di depan wajahnya."Siapa? Lusi maksud Anda?" "Ya tentu saja, siapa lagi, asal kau tahu dia adal

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Pulang

    Aku menggeleng tak percaya. "Apa Mama setega itu sekarang?""Ya, Mama harus tega dan ini demi kebaikan kamu Lusi.""Lusi cuma mau tahu kabar Bang Sandi, Ma.""Enggak!"Aku bergeming menatap beliau sebelum akhirnya melengos pergi dengan rasa kecewa.Aku berusaha untuk sabar menghadapi Mama, berharap beberapa hari ke depan beliau akan terbuka hatinya dan membiarkan aku kembali pada Bang Sandi, tapi ternyata aku salah.Mama malah semakin mengurungku bagai tawanan. Aku tahu beliau sangat menyayangiku tapi caranya sangat salah. Aku tidak dibiarkan pergi kemana pun hanya karena takut komplotan Mas Yono datang menculikku lagi. Akhirnya, setiap hari selama aku tinggal bersama Mama, tak ada yang bisa kulakukan selain pasrah, berharap ada seseorang yang bisa menolongku dan menyadarkan Mama bahwa tindakannya itu salah.Siang itu aku sedang bersender di jendela besar kamarku, sambil kuelus perut yang makin membesar ini aku menangis menumpahkan kesedihanku.Air mata luruh tak tertahan, bagaimana

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Pulang ke Rumah Mama

    "Lus ... Lusi ... bangun Sayang." Suara itu menarikku dalam kesadaran.Spontan aku bangkit saat ternyata Mama ada di sampingku."Ma?" Kutengok lagi di belakangnya Faaz sedang berdiri sambil menundukan kepalanya."Kamu baik-baik aja, Lus?" tanya Mama lagi. Aku mengangguk pelan lalu cepat memeluknya erat."Mama, tolongin Lusi Ma, Lusi takut, Lusi takut, Ma.""Iya Sayang, kamu tenang Nak, kamu sudah aman di sini."Faaz maju selangkah."Tolong maafkan mantan istri saya, dia memang wanita gila," ujarnya pelan.Aku mengangguk pelan, dan terus berlindung dalam dekapan Mama."Siapa yang bawa Lusi ke sini, Ma?""Faaz, dia menemukan kamu di toilet kamar Maisa."Aku melirik lelaki itu sekali lagi, hidupku jadi mengerikan begini gara-gara aku masuk dalam kehidupannya. Ya Tuhan, andai aku bisa secepatnya lepas dari Faaz."Mulai besok kau gak usah tinggal lagi di rumahku." Ucapan Faaz membuatku mengangkat wajah. Dan mendadak senyumku terbit tanpa aba-aba."Ya, pulanglah bersama ibumu, maaf saya sud

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Ketidaksukaan Cio

    "Maisaa! Maisaa!" Mereka berdua berlomba memeluk Maisa, kemudian berusaha membuat anak itu sadar."Awas! Jangan sentuh anakku!" sentak Faaz sambil mendorong mantan istrinya."Mas, apa maksud kamu? Maisa sedang membutuhkanku sekarang.""Enggak!" teriak Faaz lagi, kali ini lebih kencang.Cio memaksa memeluk anaknya alih-alih pergi menuruti keinginan Faaz. Tak heran jika hal itu membuat Faaz naik darah hingga akhirnya lelaki itu membanting lampu meja yang ada di sisi ranjang Maisa."Biarkan dia, aku gak sudi anakku dipeluk oleh perempuan sepertimu! Pergii!! Atau kau akan ku-""Tapi aku Ibunya Mas, aku berhak memeluknya sampai kapanpun," potong Cio.Aku dan bibi saling menatap tak percaya. Bisa-bisanya mereka saling mempertahankan ego masing-masing di saat keadaan genting begini.Karena tak tahan, akhirnya mulut ini refleks berteriak, "sudah cukup! Kalian gak lihat gimana keadaan Maisa sekarang?!"Kedua orang yang sedang berselisih dan adu mulut pun diam."Bisa-bisanya kalian sibuk berten

  • ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA   Kedatangan Mantan Istri Faaz

    Aku hanya tersenyum sekenanya.Sampai di rumah aku dan bibi langsung melakukan tugas masing-masing. Mendekor dan menyiapkan acara kecil-kecilan untuk Maisa. Sementara Faaz menjemput anaknya itu ke sekolah."Non Lusi, kok diem aja? Ada apa? Apa Non masih kepikiran suami, Non?" bisik Bibi.Aku menggeleng lesu, "gak Bi, bukan itu, saya hanya sedang mikirin tadi, saya 'kan makan dulu setelah belanja eeh terus ketemu mama saya, Bi.""Wah bagus dong Non, terus gimana?""Masalahnya kok mama saya kayak beda ya sekarang, masa saya tanya soal kondisi suami saya beliau bilang gak tahu apa-apa dan parahnya mama bilang saya harus lupain suami saya mulai sekarang karena beliau anggap suami saya sudah lalai, beliau anggap suami saya yang bertanggung jawab atas kondisi saya sekarang, terus masa iya mama saya malah dukung keberadaan saya di rumah ini, aneh 'kan? Saya jadi kepikiran sebetulnya ada apa di rumah, apa suami saya baik-baik aja?" jawabku panjang lebar.Bibi mendengarkan dengan baik semua ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status