"Alya, aku ingin menikah lagi," ucapku tegas padanya. Baru kali ini kami duduk bersama selama satu minggu pernikahan kami.
"Alasannya apa?" tanyanya. Tak lupa dia memilin jilbab yang dikenakannya. Aku bahkan muak hanya sekedar menatapnya."Aku butuh angin segar, melihatmu membuatku tak ada nafsu," jawabku. Kulihat dia istigfar berkali-kali."Kita baru menikah satu minggu, itu artinya mas belum tahu secara detail kepribadianku seperti apa.""Itu karena kamu tidak pernah dandan. Baju tak menarik dipandang belum lagi jilbab yang kamu kenakan begitu lusuh, membuatku tak niat hanya sekedar menatapmu." Lagi, dia menghembuskan nafas kasar. Dia mengucapkan istighfar lebih banyak."Aku memang tidak suka dandan, dan juga aku hanya di rumah saja selama satu minggu ini. Selain itu, wudhu aku bisa batal jika hanya di rumah lalu berdandan. Jika mas hanya memintaku berdandan kalau begitu mulai besok cari asisten rumah tangga agar aku fokus merawat diri.""Gajiku tak cukup untuk membayar asisten," ucapku tak mau kalah."Tapi kenapa cukup untuk punya istri baru. Secara mas tidak mampu membayar asisten." Kali ini aku kalah."Beri aku waktu tiga puluh tiga hari lagi, setelah itu jika aku tetap tak menarik juga silahkan pilih wanita lain," ucapnya dengan tegas. Dia begitu berani bahkan tak takut sedikit pun melihatku. "Kenapa harus tiga puluh tiga hari?" tanyaku."Biar cukup 40 hari aku bersamamu, baik buruknya seseorang akan terlihat ketika empat puluh hari, itu yang aku pelajari." Dia begitu tenang."Oke, deal. Jangan salahkan aku jika selama tiga puluh tiga hari ke depan aku tak niat melirikmu.""Tak masalah. Jangan juga salahkan aku jika aku berubah dan tak melirikmu."Kutatap lagi istriku yang baru kunikahi seminggu ini, benar-benar sangat tidak menarik. Entah darimana ibuku mendapatkan wanita ini. Wajah kusam, pakaian tidak diperhatikan. Dan satu lagi senyum bisa dihitung pakai jari. Biasanya laki-laki yang agak dingin, tapi kali ini tumben menemukan perempuan seperti dia.Namaku Dave Abimanyu, dipanggil Dave. Aku bekerja di salah satu Bank terbesar di kota ini sebagai manager. Tentunya jangan ditanya bagaimana penampilanku sehari-hari. Dan penampilan rekan kerjaku juga jangan ditanya, untuk menarik perhatian pelanggan kami sangat memperhatikan yang namanya penampilan. Sementara istriku yang baru kutahu namanya Alya Putri itu sungguh diluar ekspetasiku sebagai pria yang menjaga penampilan. Dia bisa dibilang wanita yang kusam. Jujur aku tidak pede hanya sekedar berada didekatnya.****Hari pertama aku dibuat terkejut dengan sikapnya, dia memang memintaku untuk mengangkat galon karena air galon habis. "Mas, bisa minta tolong angkatkan aku galon," ucapnya meminta bantuanku. Jelas aku langsung menolaknya."Selama ini jangankan angkat galon, tabung gas saja jarang aku angkat," jawabku. Dia diam dan tidak menyahut sedikit pun. Tidak mungkin lah dia mampu mengangkat galon yang berat itu. Namun, diluar ekspetasiku dia sendiri mengangkat dan memasang galon.****Hari kedua dia memintaku memasang tabung gas, lagi aku menolaknya. Dia tidak meminta, tapi raut wajahnya seperti memohon."Aku memang bisa angkat tabung gas, tapi tidak bisa memasangnya," jawabku sekenanya. Tak mungkin lah dia sekuat itu. Lagi dan lagi di luar ekspetasiku, dia sendiri yang mengangkat dan memasang tabung gas."Kamu memang laki-laki tak berguna, Dave. Tidak ada kasihan sama sekali dengan istri yang baru kau nikahi," ucap ibu yang ternyata diam-diam melihat tingkahku. Ibu memang menginap hanya beberapa hari di rumah yang aku beli dengan gajiku."Itu pilihan ibu, bukan pilihanku.""Lihat saja, kamu akan cinta mati dengan Alya karena dipoles dikit Alya itu memang cantik." Ibu lebih mendukungnya. Namun, aku sudah tidak tertarik padanya.****Hari ketiga dia bahkam naik ke atap rumah karena hujan deras membuat rumah kami bocor. Astaga itu wanita sudah kusam, dia juga bahkan bar-bar."Hei apa kamu tidak takut?" tanyaku. Walau bagaimana pun ada rasa kasihan apalagi jika dia jatuh bisa berabe urusanku dengan ibu."Aku jurusan tekhnik sipil, hal ini sudah biasa bagi kami," jawabnya. Benar-benar wanita yang aneh.Hari keempat makin aneh lagi ketika aki motorku tidak bisa dinyalakan. Tanpa basa basi dia membuka motorku lalu memeriksanya dengan teliti. Diambil peralatan bengkel yang diam-diam dia bawa dari rumahnya. Yang kutahu Alya anak yatim piatu, ketika kami nikah diwakilkan oleh wali hakim. Entah darimana ibuku mendapatkan wanita yang aneh ini."Apa kamu juga montir, Alya?" tanyaku heran."Aku dulu sekolah di STM, mas. Aku suka hal-hal yang tidak bisa dilakukan wanita lainnya." Astaga, apa benar aku menikahi seorang wanita. Gak ada peminimnya. Dengan cekatan jilbabnya dinaikkan, dia benar-benar gadis yang unik kuliah di tekhnik sipil dan mengambil tekhnik mesin ketika SMK. Ckck ... wanita yang unik pantas dia tidak suka dandan.Hari kelima sampai hari ketujuh rumah ini disulap dengan gaya rumah minimalis modern, ada taman depan yang membuat nuansa rumah ini. Dia pun tidak meminta uang sepeser pun merawat rumah ini, mungkin ibuku yang memberikannya mengingat dia anak sebatang kara tanpa orang tua. "Kenapa kamu sampai bisa melakukan semua ini Alya? Apa kamu wonder woman?""Aku hidup sebatang kara, jadi aku harus bisa melakukan semuanya tanpa harus meminta bantuan orang lain. Pada akhirnya manusia akan hidup sendiri untuk bertahan," jawabnya.Diih, sombong sekali.Dan menurut ibuku masakannya sangat enak, mengalahkan masakan resto bintang lima. Namun, aku enggan untuk makan masakannya. Bahkan melihatnya saja aku tak tertarik.****Hari ini adalah awal setelah perbincanganku dengannya untuk menikah lagi, dia masih tidak berubah. Aku pun enggan untuk menyapanya. Namun, aroma masakannya sangat menggiurkan. Sepertinya dia itu wanita yang serba bisa. Bagaimana tidak? dia punya kekuatan bicara dalam beberapa jam selalu berubah."Mas, makan dulu.""Mas, jangan lupa baju kantornya sudah disiapkan.""Mas ....""Mas ...."Sampai bosan aku mendengarnya. Dan aku tidak pernah menjawab apa yang ditanyakan. Benar-benar aku tidak memiliki rasa apa pun untuknya. Yang terbayang hanya wajah Sinta, teller yang baru beberapa bulan ini bekerja. Senyum manis yang membuatku candu untuk melihatnya,dan aku dibuat betah di kantor olehnya. Beda jauh dengan yang di rumah, kalau bisa aku tak pulang-pulang dari kantor.Menjelang isya baru aku masuk ke kamar, sebenarnya malas karena akan melihatnya. Namun ....Nafasku tercekat, kakiku terasa keram melihat dia keluar kamar dengan atasan bawahan yang seksi, sampai membuatku menelan ludah saking tidak percayanya, dia bahkan menggerai rambutnya sehingga terlihat semakin seksi. Apa dia bidadari surga? Atau ini hanya halusinasiku karena sedang menahan lapar?Ckck ....kelakuan si Dave.Alya duduk manis membuat napasku tercekat, mataku tak bisa lepas darinya. Aku tak menyangka wanita yang kunikahi satu minggu ini begitu memesona. Namun, segera kutepis mengingat wajahnya yang masih kusam tak menarik itu. Mungkin dikira bisa memikatku, oh no!Dia cuek lalu berbaring. Mata lapar dan perut lapar benar-benar menyiksaku. Gengsi rasanya sekedar makan masakan dia yang menurut ibu sangat enak. Aku tidur di tempat biasa. Kasur yang sudah kusiapkan di kamar ini. Aneh saja melihat wanita wonder woman berubah manis seperti itu. Geli rasanya. Kupejamkan mataku secepat mungkin agar tak tergoda dengan mahluk yang tak jelas di sebelah sana. Dia dengan santai sebelum tidur makan buah dan segelas susu. Aku semakin gigit jari.Akhirnya aku bisa tertidur pulas.****Bangun tidur perutku sakit, tapi aku gengsi hanya sekedar menyapanya. "Ini susu dan rotinya, Bang." Aku mendelik. Kemarin dia manggil mas, sekarang kenapa dia manggil abang. Memang aku abang gorengan!"Mulai hari ini aku p
Aku jadi tak ada selera bekerja siang ini. Gara-gara berita viral nafkah tiga puluh ribu. Apa mungkin itu kerjaan si Alya, memangnya dia sehebat apa sampai cepat viral seperti itu. Rasanya ingin segera pulang menanyakan ini semua ke Alya. "Bro, semoga bukan ente, ya, berita viral hari ini. Ngeri ...." Fery seperti curiga padaku."Gak mungkin, lah, traktir kamu tiap hari saja aku tak pernah pelit. Masak kasih istri cuma tiga puluh rebu.""Aku juga percaya, lah, sama Pak Dave Abimanyu walau tiap hari keluhin istri kusam, tapi kalau nafkah pasti ngasih banyak, lah.""Tu, kan. Ente sadar sendiri." Walau hatiku diliputi gelisah. Duh, semoga itu bukan postingan Alya. Reputasi ini bisa semakin hancur.Jam menunjukkan pukul 17.00 rasanya ingin segera langsung melabrak si Alya. Tak sabar melihat ekspresinya bagaimana di rumah.Namun, langkahku sedikit tercegat karena telpon bertubi-tubi dari ibu. Pasti ibu menanyakan keviralan berita hari ini. Satu-satunya orang yang pasti tahu bagaimana kela
Tak kupedulikan dia yang menyediakan aku satu bungkus mie dan satu buah telur. Benar-benar sudah diperhitungkan olehnya. Aku sampai gigit jari. Apa dia dulu mahasiswi tercerdas sampai begitu detailnya menyiapkan nota tiga puluh ribu padaku.Lama kelamaan aku bisa mati mendadak dibuatnya. Ting! Satu notifikasi pesan dari Fery.[Bro, jangan lupa kita ke lamaran Danu malam ini.] Aku bahkan sampai lupa jika ada undangan malam ini. Lumayan menghindari mie instan dan satu buah telur."Bang, aku mau keluar malam ini," ucapnya. Tak lupa dia meniup-niup jilbabnya. Benar-benar tidak ada feminimnya si Alya ini. Bahkan celana training tak pernah lepas dari tubuhnya. "Keluar saja, pakai izin segala.""Sudah kewajiban istri izin jika keluar, terima kasih sudah mengizinkan," sambungnya lagi sambil memasang wajah imut. Pen mual lihatnya. Dia terlihat berkemas menyiapkan diri. Sekarang aku yang bingung tidak ada makanan apa pun di rumah ini. Padahal sebelumnya cemilan selalu Alya siapkan setiap sor
Namaku Alya putri lulusan tekhnik sipil. Hidup lebih banyak di panti asuhan. Sejak umur 13 tahun ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan tunggal. Saat itu mama bertengkar hebat dengan papa. Pekerjaan mama sebagai model tentu membuatnya selalu tampil menarik di depan semua orang hingga mama kedapatan selingkuh oleh papa. Entah bagaimana ceritanya kecelakaan itu terjadi. Sejak saat itu aku tidak tertarik dengan yang namanya make up. Rasa trauma menderaku. Umur tiga belas tahun aku sudah paham tentang banyak rasa seperti kerisauan papa yang melihat istrinya selalu berpenampilam menor dan glamour setiap harinya. Mama dan papa bukan orang kalangan bawah. Harta yang mereka titipkan sangat cukup untuk hidupku sebagai anak tunggal. Namun, aku memilih untuk tinggal di panti asuhan dengan jarak tidak jauh dari rumahku. Papa yang sibuk, dan mama yang tak kalah sibuknya membuatku lebih sering bermain disana. Entah mengapa aku lebih dekat dengan ibu panti daripada mama sendiri."Alya ini wasia
Kembali kupandang dari jauh Alya yang begitu menawan malam ini. Apa dia punya kembaran? Kenapa dia hanya tersenyum tanpa menyapaku?"Kurasa ente perlu melihat secara detail istri yang baru dinikahi seminggu ini, bro.""Lihat dia begitu mempesona dihadapan pria lain." Si Fery begitu cerewet walau ada benarnya.Alya sama sekali tidak melirikku apalagi menyapaku, dia lebih fokus menyapa teman-temannya. Dia sudah seperti tamu kenegeraan saja. Gayanya sungguh beda dari biasanya. Apa memang aku yang salah selama ini tidak memperhatikannya lebih detail?"Gigit jari, bro," ledek Fery. Ini kenapa si Fery sama sekali tidak mendukungku, dia lebih tertarik dengan si Alya itu. Duuh, kemana gaya totalitasku selama ini. Aku bahkan dibuat mati kutu oleh Alya."Mas kenapa lirik gadis itu terus?" Maharani tiba-tiba tepat berada di depanku. Kenapa juga dia yang lebih tertarik dengan Alya."Aku rasa jika wanita yang kau nikahi seperti itu, pasti pasangan yang sangat serasi." Kembali Maharani menyerangku
Acara selesai aku langsung mencari Alya untuk kugandeng pulang. Namun, nihil dia hilang entah kemana. Sepintas kulihat yang mirip dengan dia naik ke mobil keluaran terbaru. Ah, mungkin hanya prasangka saja melihat Alya naik ke dalam mobil yang pernah kutaksir. Tak mungkin dia sekaya itu. Atau dia pulang dengan si Ilham. Mungkin dikira aku cemburu kali padanya.Semua kususuri, tapi Alya tetap tidak ada di tempat. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendiri. Daripada muter tidak jelas di acara orang. Hebat sekali si Alya sama sekali tidak peduli denganku.Sampai rumah, dapur masih berantakan itu artinya Alya belum pulang. Apa benar aku tadi salah lihat jika Alya yang naik mobil. Namun, tak berselang lama ada mobil terparkir, ternyata benar Alya diantar oleh orang yang bernama Ilham itu. Benar-benar menjengkelkan! Oh, mungkin dia ingin membuatku cemburu? Jangan harap.Dia masuk sambil menenteng sandal hak tingginya. Ckck ... lelah mungkin kakinya jalan."Maaf, bang. Aku pulang sama mas
Aku langsung terdiam menikmati sarapan di depannya. Setelah selesai, dia menitipkan kotak bekal untuk kubawa ke kantor."Ini bekalnya, bang. Kalau tidak dimakan kasih OB kantor saja," ucapnya enteng."Jangan lupa bawa kotak bekalnya pulang." Astagfirullah, ini aku yang pelit atau dia sih. Kotak bekal diharuskan bawa pulang."Jangan sampai kotak bekalnya hilang, ini kotak bekal limited edition." Diih, kotak bekal apa, sih, yang mahal. Akal-akalannya si Alya ini mah."Iya, cerewet!" ketusku."Biar aku tidak dianggap korupsi oleh manager bank, makanya kusiapkan bekal. Untuk nota belanja tiga puluh hari kedepan aku akan buat rinciannya," jawabnya lagi.Lebih baik aku segera ke kantor. Makin mumet aku di rumah olehnya. Seperti biasa tampilannya kembali
"Aku akan membawa Deswita ke rumah," ucapnya begitu enteng. Di dunia ini ada yang memiliki ego yang tinggi termasuk Dave Abimanyu. Kadang egonya yang tinggi membuat dia selalu memiliki alasan agar orang di dekatnya sedikit terluka.Aku yang tidak pernah merasakan cinta dan dekat dengan laki-laki menganggap hal itu justru lucu. Lebih tepatnya sifat ke kanak-kanakan. Kita lihat saja sampai kapan dia bertahan dengan egois yang dimiliki.Cukup diam saja memiliki laki-laki yang unik dan pelit ini. Sekelas manager bank begitu sangat perhitungan. Itu mungkin yang membuatnya cepat naik jabatan.Kadang keadaan membuat orang berubah. Aku tipe orang yang cuek, jika orang lain tidak suka tak perlu aku paksa untuk menyukaiku. Setiap orang berhak atas kenyamanan hidupnya dan aku tipe orang yang jika orang tidak suka aku tinggalkan. Kita perlu hidup aman dari orang-orang