Share

ISTRIKU TAK SUKA DANDAN
ISTRIKU TAK SUKA DANDAN
Penulis: Ummi Salmiah

Ingin Nikah Lagi

"Alya, aku ingin menikah lagi," ucapku tegas padanya. Baru kali ini kami duduk bersama selama satu minggu pernikahan kami. 

"Alasannya apa?" tanyanya. Tak lupa dia memilin jilbab yang dikenakannya. Aku bahkan muak hanya sekedar menatapnya.

"Aku butuh angin segar, melihatmu membuatku tak ada nafsu," jawabku. Kulihat dia istigfar berkali-kali.

"Kita baru menikah satu minggu, itu artinya mas belum tahu secara detail kepribadianku seperti apa."

"Itu karena kamu tidak pernah dandan. Baju tak menarik dipandang belum lagi jilbab yang kamu kenakan begitu lusuh, membuatku tak niat hanya sekedar menatapmu." Lagi, dia menghembuskan nafas kasar. Dia mengucapkan istighfar lebih banyak.

"Aku memang tidak suka dandan, dan juga aku hanya di rumah saja selama satu minggu ini. Selain itu, wudhu aku bisa batal jika hanya di rumah lalu berdandan. Jika mas hanya memintaku berdandan kalau begitu mulai besok cari asisten rumah tangga agar aku fokus merawat diri."

"Gajiku tak cukup untuk membayar asisten," ucapku tak mau kalah.

"Tapi kenapa cukup untuk punya istri baru. Secara mas tidak mampu membayar asisten." 

Kali ini aku kalah.

"Beri aku waktu tiga puluh tiga hari lagi, setelah itu jika aku tetap tak menarik juga silahkan pilih wanita lain," ucapnya dengan tegas. Dia begitu berani bahkan tak takut sedikit pun melihatku. 

"Kenapa harus tiga puluh tiga hari?" tanyaku.

"Biar cukup 40 hari aku bersamamu, baik buruknya seseorang akan terlihat ketika empat puluh hari, itu yang aku pelajari." Dia begitu tenang.

"Oke, deal. Jangan salahkan aku jika selama tiga puluh tiga hari ke depan aku tak niat melirikmu."

"Tak masalah. Jangan juga salahkan aku jika aku berubah dan tak melirikmu."

Kutatap lagi istriku yang baru kunikahi seminggu ini, benar-benar sangat tidak menarik. Entah darimana ibuku mendapatkan wanita ini. Wajah kusam, pakaian tidak diperhatikan. Dan satu lagi senyum bisa dihitung pakai jari. Biasanya laki-laki yang agak dingin,  tapi kali ini tumben menemukan perempuan seperti dia.

Namaku Dave Abimanyu, dipanggil Dave. Aku bekerja di salah satu Bank terbesar di kota ini sebagai manager. Tentunya jangan ditanya bagaimana penampilanku sehari-hari. Dan penampilan rekan kerjaku juga jangan ditanya, untuk menarik perhatian pelanggan kami sangat memperhatikan yang namanya penampilan. Sementara istriku yang baru kutahu namanya Alya Putri itu sungguh diluar ekspetasiku sebagai pria yang menjaga penampilan. Dia bisa dibilang wanita yang kusam. Jujur aku tidak pede hanya sekedar berada didekatnya.

****

Hari pertama aku dibuat terkejut dengan sikapnya, dia memang memintaku untuk mengangkat galon karena air galon habis. 

"Mas, bisa minta tolong angkatkan aku galon," ucapnya meminta bantuanku. Jelas aku langsung menolaknya.

"Selama ini jangankan angkat galon, tabung gas saja  jarang aku angkat," jawabku. Dia diam dan tidak menyahut sedikit pun. Tidak mungkin lah dia mampu mengangkat galon yang berat itu. Namun, diluar ekspetasiku dia sendiri mengangkat dan memasang galon.

****

Hari kedua dia memintaku memasang tabung gas, lagi aku menolaknya. Dia tidak meminta, tapi raut wajahnya seperti memohon.

"Aku memang bisa angkat tabung gas, tapi tidak bisa memasangnya," jawabku sekenanya. Tak mungkin lah dia sekuat itu. Lagi dan lagi di luar ekspetasiku, dia sendiri yang mengangkat dan memasang tabung gas.

"Kamu memang laki-laki tak berguna, Dave. Tidak ada kasihan sama sekali dengan istri yang baru kau nikahi," ucap ibu yang ternyata diam-diam melihat tingkahku. Ibu memang menginap hanya beberapa hari di rumah yang aku beli dengan gajiku.

"Itu pilihan ibu, bukan pilihanku."

"Lihat saja, kamu akan cinta mati dengan Alya karena dipoles dikit Alya itu memang cantik." Ibu lebih mendukungnya. Namun, aku sudah tidak tertarik padanya.

****

Hari ketiga dia bahkam naik ke atap rumah karena hujan deras membuat rumah kami bocor. Astaga itu wanita sudah kusam, dia juga bahkan bar-bar.

"Hei apa kamu tidak takut?" tanyaku. Walau bagaimana pun ada rasa kasihan apalagi jika dia jatuh bisa berabe urusanku dengan ibu.

"Aku jurusan tekhnik sipil, hal ini sudah biasa bagi kami," jawabnya. Benar-benar wanita yang aneh.

Hari keempat makin aneh lagi ketika aki motorku tidak bisa dinyalakan. Tanpa basa basi dia membuka motorku lalu memeriksanya dengan teliti. Diambil peralatan bengkel yang diam-diam dia bawa dari rumahnya. Yang kutahu Alya anak yatim piatu, ketika kami nikah diwakilkan oleh wali hakim. Entah darimana ibuku mendapatkan wanita yang aneh ini.

"Apa kamu juga montir, Alya?" tanyaku heran.

"Aku dulu sekolah di STM, mas. Aku suka hal-hal yang tidak bisa dilakukan wanita lainnya." Astaga, apa benar aku menikahi seorang wanita. Gak ada peminimnya. Dengan cekatan jilbabnya dinaikkan, dia benar-benar gadis yang unik kuliah di tekhnik sipil dan mengambil tekhnik mesin ketika SMK. Ckck ... wanita yang unik pantas dia tidak suka dandan.

Hari kelima sampai hari ketujuh rumah ini disulap dengan gaya rumah minimalis modern, ada taman depan yang membuat nuansa rumah ini. Dia pun tidak meminta uang sepeser pun merawat rumah ini, mungkin ibuku yang memberikannya mengingat dia anak sebatang kara tanpa orang tua. 

"Kenapa kamu sampai bisa melakukan semua ini Alya? Apa kamu wonder woman?"

"Aku hidup sebatang kara, jadi aku harus bisa melakukan semuanya tanpa harus meminta bantuan orang lain. Pada akhirnya manusia akan hidup sendiri untuk bertahan," jawabnya.

Diih, sombong sekali.

Dan menurut ibuku masakannya sangat enak, mengalahkan masakan resto bintang lima. Namun, aku enggan untuk makan masakannya. Bahkan melihatnya saja aku tak tertarik.

****

Hari ini adalah awal setelah perbincanganku dengannya untuk menikah lagi, dia masih tidak berubah. Aku pun enggan untuk menyapanya. Namun, aroma masakannya sangat menggiurkan. Sepertinya dia itu wanita yang serba bisa. Bagaimana tidak? dia punya kekuatan bicara dalam beberapa jam selalu berubah.

"Mas, makan dulu."

"Mas, jangan lupa baju kantornya sudah disiapkan."

"Mas ...."

"Mas ...."

Sampai bosan aku mendengarnya. Dan aku tidak pernah menjawab apa yang ditanyakan. Benar-benar aku tidak memiliki rasa apa pun untuknya. Yang terbayang hanya wajah Sinta, teller yang baru beberapa bulan ini bekerja. Senyum manis yang membuatku candu untuk melihatnya,dan aku dibuat betah di kantor olehnya. Beda jauh dengan yang di rumah, kalau bisa aku tak pulang-pulang dari kantor.

Menjelang isya baru aku masuk ke kamar, sebenarnya malas karena akan melihatnya.

 Namun ....

Nafasku tercekat, kakiku terasa keram melihat dia keluar kamar dengan atasan bawahan yang seksi, sampai membuatku menelan ludah saking tidak percayanya, dia bahkan menggerai rambutnya sehingga terlihat semakin  seksi. 

Apa dia bidadari surga? Atau ini hanya halusinasiku karena sedang menahan lapar?

Ckck ....kelakuan si Dave.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ifa
kereen pokoknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status