Share

Pembully Anakku

Author: Widya Yasmin
last update Last Updated: 2023-05-09 08:48:26

"Apa Ibu bilang? Ibu minta aku punya anak lagi?"

"Enggak, ibu bercanda, kok, 4 cucu sudah cukup. Tapi nanti kalau Aurora sudah besar gak apa-apa, kan, kalau ibu minta cucu lagi?"

Aku hanya tersenyum getir, karena sebenarnya aku sudah menggunakan KB IUD setelah melahirkan anak keempat. Sebenarnya niat tersebut sudah kurencanakan setelah melahirkan anak kedua, tapi ibu mertua bersikeras agar aku memberikan 4 orang cucu untuknya. Bahkan ia pernah mengancam akan bunuh diri jika keinginannya tidak dituruti.

Ibu mertua memang sangat berbeda, disaat banyak mertua membenci menantunya yang memiliki banyak anak karena dinilai akan menyusahkan anak lelakinya, ibu mertua malah memaksaku untuk memiliki banyak anak. Disaat banyak mertua menginginkan menantu yang bekerja, ibu mertua malah bersikeras agar aku selalu di rumah. Dan yang lebih anehnya lagi adalah aku, dengan semua keegoisannya itu aku malah sangat menyayangi ibu mertuaku.

"Kalau begitu aku masak dulu ya, Bu."

"Iya, silahkan, biar ibu jaga anak-anak kamu," ujarnya sembari menemui kedua anakku yang tengah anteng bermain boneka.

"Nenek akan menceritakan dongeng mau, gak?" tanyanya sembari duduk di sebelah anakku yang berusia 3 dan 5 tahun itu.

Keduanya tampak antusias, lalu berebut ingin duduk di pahanya. Ibu mertua memang sangat lembut, hingga keempat anakku sangat dekat dengannya. Tiba-tiba aku teringat doaku saat aku masih remaja. Aku pernah berdoa diberikan ibu mertua yang bisa menyayangiku seperti putri kandungnya sendiri, juga menyayangi anak-anakku. Saat itu aku sering mendengar banyak yang mengatakan bahwa kebanyakan mertua hanya menyayangi cucu dari anak perempuannya, sementara cucu dari anak lelaki selalu dipilih kasih.

"Ya Allah berikanlah aku mertua yang menyayangiku juga anak-anakku, karena memiliki mertua yang menyayangiku merupakan rejeki yang tak terkira."

Begitulah doa yang kupanjatkan kala itu, andai saja saat itu aku meminta mendapatkan suami dan mertua konglomerat, mungkin saat ini aku telah bergelimang harta.

"Tempenya gosong, tuh," ujar mertua hingga membuyarkan lamunanku.

"Astaghfirullah, Ibu ngagetin aja, tempenya gak gosong, kok."

"Hahhaha, habisnya kamu melamun terus," ujarnya sembari bergegas mendekati tempat mencuci piring.

"Anak-anak kok gak ada suaranya, Bu?"

"Mereka sudah tidur," ujarnya sembari mencuci piring.

"Biar aku aja, Bu."

"Gak apa-apa," ujarnya sembari tersenyum ke arahku.

Menjelang siang, kedua anakku yang duduk di kelas 5 dan 3 SD telah pulang. Seketika aku langsung terhenyak saat melihatnya basah kuyup dan bau pesing. Tak hanya itu, pakaiannya dipenuhi noda hitam yang tampaknya oli.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi?" tanyaku dengan mata membelalak.

"Gak usah kaget begitu, Bu, sebagai anak yang paling miskin kami biasa dibully seperti ini."

"Siapa yang melakukannya?"

"Hendrik, si anak paling kaya di sekolahku. Ayahnya adalah donatur terbesar, jadi Ibu gak akan mungkin mampu melawannya."

Aku langsung mengajak mereka ke kamar mandi, lalu segera mencuci pakaiannya. Air mataku tak berhenti mengalir saat mengingat penderitaan yang harus dialami kedua anakku. Sementara aku tak sanggup untuk berbuat apa-apa. Selain itu aku juga tak memiliki pegangan untuk membeli seragam baru. Karena uang nafkah dari suamiku selalu pas-pasan untuk makan, tabungan untuk bayar kontrakan, juga kebutuhan lainnya.

"Mulai besok, aku gak usah sekolah aja, Bu. Aku tahu, kok, Ibu gak punya uang buat beli seragam, kan?" ucap Aldi lagi, sementara Arka sejak tadi hanya menangis tanpa mampu berkata sepatah katapun.

Mendengar ucapannya, air mataku kembali mengucur dengan deras, karena memang aku tak memiliki uang sepeser pun. Selembar uang berwarna merah yang semalam diberikan suamiku sudah habis dibelikan lauk, gas juga jajan anak-anak.

"Ini anting ibu, jual aja buat beli seragam," ujar mertua tiba-tiba.

"Bukankah anting itu sangat berharga karena itu satu-satunya peninggalan dari orangtuanya Ibu?"

"Gak apa-apa, yang penting cucu-cucu ibu bisa kembali sekolah," ujarnya.

"Apa kita cari kontrakan yang lebih murah lagi aja, Bu, biar aku bisa nabung."

"Mau semurah apa lagi? Kontrakan di Jakarta itu paling murah satu juta. Apa kamu mau kita tinggal di rumah petak yang gak ada kamarnya?"

Aku hanya terdiam mendengar ucapannya, lalu segera memberikan pakaian untuk anak-anakku yang sudah kedinginan.

"Siapa tadi yang ngencingin kamu?" tanya ibu mertua pada Aldi.

"Hendrik, Nek."

"Nama orangtuanya?"

"Nama orangtuanya Wirawan Kusuma." Aku menyahut.

"Kok kamu tahu?"

"Sebelum ini, Aldi pernah dikencingi, makanya aku mendatangi sekolahnya untuk meminta bertemu dengan orang tua anak tersebut. Namun, bukannya minta maaf, aku malah diancam untuk diam, karena kalau tidak, Aldi dan Arka akan dikeluarkan dari sekolah."

"Miris," ujar ibu mertua dengan wajah masam.

"Ya, namanya juga orang miskin, kita harus menerima kenyataan bahwa kita harus selalu mengalah."

"Sudahlah, jangan berisik! Sana cepetan ke toko emas, jual anting ibu buat beli seragam."

"I..iya, Bu."

"Sepatuku juga sudah bolong, Bu. Sepatu itu kan pemberian tetangga," ujar Aldi dan Arka serentak.

"Sepertinya anting ibu cukup untuk membeli seragam dan sepatu." Ibu mertua menyahut.

"Maaf, ya, Bu, gara-gara anak-anak Melati, ibu harus kehilangan anting ini."

"Udahlah, gak usah lebay, dia juga cucu saya, kok," ujarnya dengan wajah masam.

Meskipun ekspresinya terlihat sangat judes, tapi aku tahu, dia sangat menyayangiku juga anak-anakku.

Setelah itu aku bergegas menuju toko emas. Aku langsung memberikan anting tersebut, lalu pemilik toko langsung memeriksanya terlebih dahulu karena anting tersebut tanpa surat.

"Laku 2 juta rupiah," ujar pemilik toko emas yang membuatku terhenyak.

Rupanya anting milik ibu mertua lumayan mahal juga, padahal terakhir kali aku membeli anting harganya hanya 300 ribu.

"Jual emas ya, kasihan banget," ujar Bu Ratna dan Bu Susi saat pemilik toko emas menyerahkan 20 lembar berwarna merah padaku.

Entah mengapa dua kuntilanak itu selalu saja muncul saat di mana pun.

"Kalau saya sih mau beli kalung yang 10 gram," ujar Bu Ratna.

"Yang 24 karat." Bu Susi menyahut.

"Oh, gitu, ya, Bu. Tapi saya gak tanya." Aku menjawabnya seanggun mungkin, tak lupa kusunggingkan senyum termanis untuk dua makhluk julid itu.

"Kasihan, gak pernah punya perhiasan emas, kan? Emas kawin aja dijual," ledek mereka.

Tanpa memedulikan ucapan mereka, aku bergegas menuju toko seragam juga sepatu. Setelah mendapatkan semua yang kubutuhkan, aku segera pulang.

"Kenapa wajahmu masam begitu?" tanya ibu mertua saat aku tiba di rumah.

"Tadi saat di toko emas, aku bertemu dengan Bu Ratna dan Bu Susi, mereka seperti biasa pamer karena mau membeli kalung emas, lalu aku diledek karena gak pernah memakai perhiasan emas."

"Kamu mau emas?" tanya ibu mertua tiba-tiba dengan wajah serius.

"Aku sadar diri, kok, Bu. Memiliki perhiasan emas sangat sulit bagiku."

"Melati, sebenarnya ibu ini punya emas seberat 65 kilo gram," ujarnya tiba-tiba hingga membuatku terhenyak.

"Ibu serius?"

"Tentu saja."

"Emas apa sampai sebanyak itu? Emas batangan?"

"Mas Andre," jawabnya sembari tertawa terpingkal-pingkal.

Sementara aku langsung mendengus kesal lalu bergegas menuju kamar.

Keesokan harinya kedua anakku pulang sekolah dengan wajah sumringah.

"Kalian kenapa?"

"Hendrik dan teman-temannya yang mengerjaiku kemarin dikeluarkan dari sekolah."

"Hah, kok bisa?"

Aku langsung terkejut karena aku, suamiku atau pun ibu mertua sama sekali tidak mendatangi sekolah untuk mengadukan perbuatan mereka. Aku sengaja membiarkannya karena aku masih ingat ucapan kepala sekolah yang mengatakan bahwa mereka tak bisa melakukan apapun untuk mencegah Hendrik berbuat nakal.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Ending

    Untuk menebus kesalahannya pada Bianca, Fahri sering menghabiskan waktu bersama Kristal dan Bianca. Mengajak mereka makan, nonton di bioskop, belanja atau pergi ke Time Zone.Sementara itu hati Kristal semakin berbunga-bunga setiap kali dekat dengan lelaki yang wajahnya mirip aktor drama Korea itu. Awalnya niat Kristal mendekati Fahri adalah untuk membuatnya patah hati, untuk membalas dendam pada Melati. Namun, rupanya ia benar-benar mencintai Fahri.Sementara itu Bianca bisa merasakan bagaimana perasaan Kristal pada Fahri, lalu saat Kristal tengah ke toilet, Bianca memberanikan diri untuk bertanya pada ayah kandungnya itu."Bagaimana perasaan Papa pada mamaku?" Fahri terhenyak bercampur haru karena Bianca tiba-tiba menyebutnya papa."Kamu menyebutku papa? Terima kasih ya, Sayang.""Aku memutuskan untuk memaafkan Papa karena Mama selalu mengatakan jika Papa sebenarnya adalah orang baik.""Terima kasih, Sayang. Papa janji akan melakukan apapun buat kamu.""Termasuk menikahi Mama?" Ia

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Kristal Mendekati Fahri

    Bab 44Fahri menceritakan pada Bu Farah tentang kenyataan bahwa Bianca adalah anak kandungnya."Kemarin Melati hanya cerita kalau mereka sudah meninggalkan rumah itu, karena ternyata Bianca bukanlah anak Andre. Lalu mengapa tiba-tiba kamu mengatakan bahwa dia anakmu?"Fahri langsung menceritakan semuanya, bahkan tentang hasil test DNA mereka."Kita rebut saja Bianca dari Kristal, wanita itu jahat dan licik. Bianca tak pantas tinggal bersamanya.""Jangan, Ma, Kristal tampak sangat tulus menyayangi Bianca, apalagi dia yang sangat berjasa dalam hidup Bianca, jadi kita jangan memisahkan mereka.""Tapi Kristal itu sudah hampir menghancurkan rumah tangga Andre dan Melati, seharusnya dia dipenjara karena sudah menipu dan memeras Andre, untung saja Andre dan Melati terlalu baik hingga dengan mudah memaafkan mereka.""Kristal melakukannya karena dia sangat mencintai Kak Andre, dia bukanlah tipe wanita matre.""Bagaimana bisa kamu tiba-tiba berpikir begitu?""Aku sudah menawarkan rumah, mobil a

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Doa Bianca

    43"Mbak, bisa ajari aku shalat?" tanya Bianca pada pembantunya."Emangnya Non Bianca belum bisa shalat?" Wanita berusia 35 tahun itu mengernyitkan dahi."Waktu kecil sih pernah diajari oleh Oma, tapi sekarang sedikit lupa karena jarang shalat."Setelah itu pembantunya yang bernama Halimah mengajari Bianca bacaan shalat, hingga ia kembali mengingat semua bacaan yang pernah diajarkan oleh omanya. "Kebetulan sekarang sudah waktunya shalat ashar, ayo kita shalat!" ajak Halimah.Bianca mengangguk, lalu mengambil air wudhu. Lalu mengenakan mukena yang setiap lebaran ia beli tapi tak pernah ia kenakan. Setelah itu ia shalat bersama Halimah. Setelah selesai shalat, Bianca mengangkat kedua tangannya seraya berucap lirih."Ya Allah, pertemukan aku dengan kedua orang tua kandungku, lalu jika boleh aku meminta, aku ingin memiliki papa seperti Om Fahri."Mata Halimah berkaca-kaca saat mendengar doa yang diucapkan anak majikannya itu, lalu ia mengaminkan doa tersebut dan berharap Allah mengabulka

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Hanya Mirip

    "Kalian semua siapa? Kenapa manggil saya Ibu dan Nenek? Lalu merangkul saya gitu?" Wanita berjilbab lebar itu tampak kebingungan.Andre dan Melati tiba-tiba terdiam, kembali terbayang dalam ingatan saat mereka melihat dengan kepala sendiri bahwa sosok yang mereka panggil Ibu itu telah dikafani dan dimasukan liang lahat."M..maaf, Bu. Kami mengira Ibu adalah Ibu mertua saya." Melati langsung beringsut mundur dan meminta maaf, begitu pula Andre yang langsung menarik keempat anaknya."Iya, Bu. Mohon maafkan kami," ucap Andre saat menyadari bahwa ibunya tak mungkin bangkit dari kubur lalu kembali membeli martabak di tempat langganan mereka dulu."Kalian kenal Ibu itu? Tolong bayarkan martabak yang ia beli, masa pesan dua loyang martabak tapi gak mau bayar," ujar pedagang martabak dengan wajah kesal."Jadi berapa?" tanya Andre."40 ribu."Andre langsung meraih dompetnya lalu memberikan selembar berwarna merah."Nanti kalau Ibu ini datang lagi, kasih gratis aja," ujar Andre lagi."Siap!" sa

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Ibu Masih Hidup?

    "Jadi, Fahri itu saudara kembar kamu?" tanya Kristal tiba-tiba."Iya," jawab Melati sembari tersenyum."Mitosnya, kalau orang kembar itu memiliki ikatan batin yang kuat, jika salah satu merasa tersakiti, maka kembarannya akan merasakan hal yang sama. Bener, gak?" Kristal kembali bertanya."Betul. Aku sering merasakan apa yang Melati rasakan." Fahri menyahut."Aku juga bisa merasa gelisah saat sesuatu yang buruk menimpa Fahri, contohnya saat Fahri mengalami penganiayaan hingga masuk rumah sakit, saat itu aku merasakan rasa sakit yang sama.""So sweet banget ya kalian." Kristal tampak tersenyum aneh.Sementara Bianca tampak terus menatap Fahri sembari tersenyum, dalam hatinya ia sangat mengidolakan lelaki itu."Apa Om Malaikat sudah menikah?" tanyanya tiba-tiba."Bagaimana kalau mulai saat ini Bianca panggil Om Fahri aja, karena om tidak sebaik Malaikat.""Oke, Om Fahri sudah menikah?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya."Om pernah menikah, tapi sekarang istri om sudah meninggalkan om."

  • Ibu Mertua Melarang BerKB   Bianca Anak Siapa?

    "Dok, kenapa putri saya gak bangun-bangun?" Kristal tampak panik saat melihat Bianca yang tiba-tiba tak sadarkan diri.Setelah itu dokter langsung memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya."Putri Anda baik-baik saja, ia hanya pingsan dan butuh banyak istirahat."Kristal menghela napas lega, lalu segera menggenggam tangan gadis berusia 14 tahun itu."Bianca sayang, mama sangat menyayangi Bianca. Meski Bianca tidak terlahir dari rahim mama, tapi kamu adalah anugerah dari Tuhan yang dikirim untuk menggantikan anak mama yang telah tiada sebelum lahir ke dunia."Air mata Kristal berjatuhan membasahi tangan Bianca."Jadi, aku bukan anak kandung Mama?"Kristal tampak terhenyak saat Bianca tiba-tiba sadar."Emmm.. maksud kamu apa, Sayang? Mungkin kamu salah dengar.""Gak apa-apa, kok, Ma, aku sudah curiga sejak mengetahui bahwa Mama dan Om Andre tidak memiliki alergi yang sama denganku.""Sayang, apapun yang terjadi, mama akan selalu menyayangi Bianca.""Bagiku Mama Kristal adalah wanita ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status