Share

Bab 3: Untuk Apa Tetap Hidup?

Author: NACL
last update Huling Na-update: 2025-02-10 20:32:52

“Kenapa Tuhan mengambilmu begitu cepat, Nak?” 

Di bawah gerimis yang syahdu, Yasmin bersimpuh di atas gundukan tanah mungil, tempat peristirahatan terakhir buah hatinya. 

Dihalau oleh beberapa perawat tadi, membuat Yasmin telat menyaksikan prosesi anaknya dimakamkan. Dia juga kehilangan kesempatan untuk bisa melihat wajah sang anak untuk terakhir kali.

Tidak peduli dirinya kebasahan, dia menangis pilu sembari meremas tanah merah yang juga basah oleh hujan. 

Tidak peduli hari mulai gelap, dan tubuhnya gemetar kedinginan, Yasmin tetap bertahan di sana. Bahkan, ketika dia melihat darah yang merembes pada daster lusuh yang dia kenakan… Yasmin tidak peduli. 

Biarlah dia sakit, kehilangan banyak darah, hingga akhirnya bisa menyusul sang putri.

Akan tetapi tidak lama, petugas pemakaman datang dan mengusirnya. Mau tidak mau Yasmin meninggalkan makam mungil itu dan berjalan tak tentu arah.

Dalam keputusasaan, langkahnya membawa Yasmin ke suatu tempat. Wanita itu masih penasaran akan suaminya. Namun, ketika dia sampai di teras rumah sang mertua, suara tawa bersahutan terdengar dari dalam.

Dia terus melangkah, hingga menemukan pemandangan yang kembali menyakiti hatinya. 

“Mas Bram …,” lirihnya tak percaya. Di hadapannya saat ini, Bram, sang suami tengah bermesraan dengan seorang wanita. 

Meski sudah mengetahui wajah si wanita karena sering Yasmin lihat di layar kaca, Yasmin kukuh meminta penjelasan. “Aku baru melahirkan sendirian. Anak kita juga baru saja dikebumikan, tapi kamu… Kamu tidak punya perasaan, Mas!”

Bram tidak menjawab. Namun saat itu, Sarah yang memang sedang menemani sang anak di sana bangkit dan menarik tangan Yasmin. 

Di dapur, Sarah mengempaskan tangan sang menantu. “Shh! Kamu lagi! Ngapain sih, pulang?!” Delikan matanya begitu menusuk hati Yasmin.

“Aku berhak tau, Bu! Siapa wanita yang Mas Bram bawa pulang?”

Tepat saat itu, Bram muncul. “Dia calon istriku,” selanya dengan suaranya dingin dan tanpa beban.

“A-apa??” Seketika seakan ada sesuatu yang pecah dalam hati Yasmin. 

Di wajah Bram, tidak tampak sedikit pun raut sedih karena kehilangan bayi mereka. Kini, dengan lantangnya, pria itu mengakui wanita lain sebagai calon istrinya??

Sarah yang sudah sangat geram lantas bertolak pinggang. Matanya memelotot tajam ke arah Yasmin. “Bram, ini waktunya kamu ceraikan dia! Anak haram yang bikin kamu terpaksa nikahin wanita miskin ini sudah nggak ada! Kamu bebas sekarang!”

Yasmin menggeleng pelan. Meski hatinya sakit berkeping-keping, tapi hanya Bram yang dia punya sekarang. 

Tidak peduli sudah disakiti, Yasmin tetap memandang sang suami penuh permohonan. “Mas… jangan, Mas. Aku mohon….”

“Ayo, Bram. Tunggu apa lagi? Talak dia! Kamu lebih pantas bersanding sama Tamara dibanding perempuan kampung ini!” desis Sarah terus menghasut Bram yang menatap tajam pada Yasmin.

Dengan tangan gemetaran, Yasmin meraih tangan Bram. Dia berharap Bram luluh dan merengkuhnya dalam pelukan.

Sayangnya, Yasmin lupa… jika Bram pria brengsek yang dulu nyaris tidak bertanggung jawab usai mereguk kehormatannya. Yasmin lupa, jika Bram terpaksa menikahinya demi nama baik pria itu sendiri.

Yasmin juga melupakan status pernikahan mereka yang masih siri. Semua ini karena Bram dan obsesi kariernya.

“Anak itu memang seharusnya sejak awal tidak lahir! Menggugurkannya di awal, tentu tidak akan buang-buang waktu untuk pernikahan ini.” Bram menepis tangan Yasmin yang menggamit tangannya. Tatapannya tajam, penuh aura hinaan. “Nadia Yasmin… mulai sekarang aku, Bram Herlambang, menjatuhkan talak padamu.” **

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
semoga Yasmin bahagia yaaa Kak.
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Tanpa cinta harus bertahan untuk bayi yang dikandung sungguh perjuangan seorang wanita agar siap berjalan kedepan
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Extra Chapter Yasmin Barra

    “Aduh … Mas, s–sakit, kamu di mana?” rintih Yasmin sambil memeluk perut buncitnya. Dia duduk di sofa dengan napas memburu. Saat ini Yasmin sendirian di rumah. Kezia dan Leo masih tinggal di London, akan kembali sekitar satu minggu lagi. Anak-anak sedang bersekolah, ditemani pengasuh. Mbok Inah yang seharusnya ada, entah ke mana. Mungkin sedang ke belanja. Sudah setengah jam Yasmin memanggil, tetapi tidak ada seorang pun muncul. Tangannya gemetar saat memegang ponsel dan kembali menekan kontak Barra. Tadi dia sudah mengirim pesan pada suaminya. Namun, hanya dibaca saja. Ya, dia tahu Barra memang sedang menjalani persidangan, tetapi … siapa lagi yang bisa dia hubungi? Ini seperti deja vu. Yasmin cepat-cepat menggeleng. Tidak, kali ini berbeda. Dia tidak sendiri. Dia punya Barra, anak-anak, dan orang-orang yang mencintainya. Dia hanya perlu menunggu sedikit lebih lama untuk sampai di rumah sakit. Telepon tersambung. “Sayang … aku baru selesai sidang. Kamu sudah makan?” Suara Barra te

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 172 : Dicintai Ugal-ugalan

    Mata Yasmin masih terpaku pada Boy dan Cleo yang duduk di pangkuan Kezia. Ada kekhawatiran samar dalam hatinya, saat dia harus jauh dari anak-anak. Rasanya baru kemarin dia takut kehilangan segalanya. Kini, diberi kesempatan seperti ini pun masih membuatnya takut terlalu bahagia dan kalau semua ini hanya mimpi."Mami serius jaga anak-anak sendirian?" Yasmin menatap dua anaknya yang sedang menyesap susu. Mereka duduk bersama Leo.Kezia mengangguk. "Mami dan anak-anak tunggu di rumah keluarga Papi. Kalian jalan-jalan saja." Satu tangan Kezia menyentuh perut Yasmin yang menyembul dan janin di dalamnya merespons."Makasih, Mi." Yasmin memeluk wanita itu. Dia meneteskan air matanya.Sungguh tidak menyangka bahwa hidupnya kini diberi banyak kebahagiaan yang melimpah ruah. Yasmin sangat menyukai kejutan dari suami dan mertuanya. Memang rencananya mereka pergi berdua ke London untuk babymoon. Namun, Yasmin bersikukuh anak-anak juga harus ikut. Baginya, kebahagiaan hanya utuh jika anak-anak jug

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 171 : Selalu Bersama

    Sambil memegang kertas hasil pemeriksaan dari rumah sakit, Yasmin melangkah mantap ke dalam rumah. Namun, langkah mantap itu tak seiring dengan debar jantungnya yang makin sulit terkendali. Ada keinginan untuk langsung menunjukkan hasilnya. Hanya saja entah kenapa, Yasmin merasa belum waktunya.Dari ruang tamu, dia melihat suaminya masih sibuk bekerja dan menelepon. Yasmin mengurungkan niatnya untuk mendekati Barra. Dia memilih berbalik, bergegas mandi, dan menemui kedua anaknya yang terlelap dalam damai. Yasmin mengecup mereka satu per satu, dadanya terasa sesak oleh rasa syukur dan kecemasan yang datang bersamaan.Baru saja keluar dari kamar Boy, Yasmin nyaris terpekik karena Barra tiba-tiba muncul dan mengejutkannya."Makan nasi goreng, yuk. Mau?""Mas lapar? Belum makan?" selidik Yasmin, agak geli dengan ekspresi Barra yang begitu bersemangat. Seolah-olah belum makan."Sudah. Tapi tiba-tiba mau makan nasi goreng sama kamu. Ayo." Barra langsung menarik tangan Yasmin menuju garasi.

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 170 : Tidak Wajar

    Barra, Boy, dan Cleo melongo melihat Yasmin sudah menghabiskan dua kotak es krim dalam waktu sepuluh menit.“Bunda?” panggil dua bocah seakan menyadarkan Yasmin yang terlalu lahap. Wanita itu langsung menjatuhkan sendok es dari tangannya. Dia hendak menyeka noda di bibir tipisnya, tetapi Barra lebih dulu melakukannya. Pria itu tersenyum.“Masing-masing punya satu, tidak ada yang merebut punyamu,” goda pria itu sambil meraih satu sendok es dari kotak ketiga yang dipesan Yasmin tadi.“Mas!”Yasmin menarik kotaknya cepat. Tidak terima jika Barra menyentuhnya sedikit pun. Entah kenapa, es krim ini terasa seperti penghiburan. Manisnya menenangkan, dinginnya membuat pikiran jeda sejenak dari tumpukan stres koas yang makin hari menyita tenaga. Apalagi akhir-akhir ini, tubuhnya terasa aneh—mudah lelah, emosinya tak stabil, dan kalau sudah lapar, rasanya mau menangis.Kedai es ini belakangan viral di media sosial dan ramai diperbincangkan di kalangan staf rumah sakit. Rasanya yang segar dari

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 169 : Merelakannya

    “Papi!” seru anak-anak yang baru saja keluar dari sekolah. Mereka saling berebut menghambur memeluk Barra di samping Audi putihnya.Boy dan Cleo diikuti oleh Yasmin. Wanita itu mendapat jatah libur hari ini. Dia menggunakannya untuk menjemput anak-anak di sekolah bersama Barra. Keduanya sangat antusias karena ayah dan ibunya membersamai.Tatapan hangat terpancar dari Yasmin yang mengamati bagaimana Barra kesulitan menggendong kedua anaknya. Ketika berhasil, mereka langsung mencium pipi Barra penuh sayang.“Cleo sayang Papi.”“Aku juga sayang Papi, tapi lebih sayang Bunda,” sahut Boy yang tidak mau mengalah. “Sini Bunda.” Anak itu melambaikan tangan.Yasmin mendekat dan memeluk keempatnya, lalu menggesekkan hidungnya di pipi lembut Boy.“Kita makan es krim, yuk. Bunda dari kemarin mau makan es strawberry tapi belum kesampaian,” akunya.“Ayo, Bunda. Cleo juga mau.” Jemari mungil Cleo menggenggam tangan Yasmin.Sementara Barra sesekali menatap ke kejauhan. Pria itu mengedipkan matanya per

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 168 : Kesempatan

    “Mas Bram?” Suara Yasmin tertahan. Tubuhnya membeku melihat sang mantan yang tiba-tiba mendekat. Refleks, dia melangkah mundur, tapi Bram lebih cepat. Tangannya menahan lengan Yasmin sebelum dia sempat berlari.“Tolong, jangan pergi!” pinta Bram, suaranya meninggi. “Yasmin, beri aku kesempatan.”Yasmin tertawa sinis. “Kesempatan?” Dia menoleh ke arah satpam dan memberi isyarat agar pria itu dijauhkan darinya.Akan tetapi, Bram memberontak. Gerakannya liar, seperti orang kesetanan. Dia mengejar Yasmin yang kini berlari lebih cepat, langkahnya terhuyung karena panik menuju kamar Boy.“Pergi, Mas! Jangan ganggu aku lagi!” Yasmin mengibaskan tangannya, mencoba melepaskan diri dari bayangan masa lalu.“Aku cuma ingin ketemu Cleo. Anakku,” lirih Bram, langkahnya terhenti. Suaranya begitu pelan di tengah lorong panjang. Tatapannya sendu, memandang punggung mantan istri yang telah menjauh.Dalam benaknya, berputar kembali kenangan tujuh tahun lalu—saat pertama kali melihat Yasmin. Gadis desa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status