共有

Bab 86 : Menggetarkan Hati

作者: NACL
last update 最終更新日: 2025-04-17 12:15:57
Tim dokter segera memeriksa kondisi Barra. Bahtiar dan Dariel berdiri dengan wajah tegang dari balik kaca ICU. Napas mereka terdengar berat, seolah menahan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

Dariel menoleh pada Bahtiar dan memerintah. "Hubungi Tante Kezia! Sekarang!"

Tanpa bertanya lebih lanjut, Bahtiar segera keluar dari ruang ICU. Membuat Airin dan Cindy langsung berdiri di ruang tunggu. Dua wanita itu saling berpandangan, menyadari ada yang tidak beres.

Sementara itu, di sisi lain Kezia tengah menerima telepon dari asisten pribadi putranya. Suaranya tercekat saat mendengar nama ‘Barra; disebut.

"Barra ... anakku," bisiknya, satu tangan menutup mulutnya, dan air mata mengalir tanpa izin. "Oke, Tante ke sana sekarang."

Tidak disangka, Yasmin mendengar percakapan itu. Dia langsung menghampiri Kezia yang hendak keluar rumah.

"Mi! Tunggu!" serunya sambil tertatih mengejar. Meskipun kakinya masih nyeri, dia memaksakan diri. "Yasmin boleh ikut, ya? Tolong, Mi ...," pintanya
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター
コメント (2)
goodnovel comment avatar
NACL
jangan lupa napaaaas kak
goodnovel comment avatar
Praveena Andhira
Tahaaan nafaaass, lepaskan saat bab baru muncul ...
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 145

    “Yasmin?”“Mas?”Kompak keduanya.Melihat Barra yang bahkan enggan beranjak sejengkal pun, Yasmin tersenyum jahil. Tiba-tiba saja, dalam benaknya terlintas sesuatu yang menggelikan.“Sebentar lagi saya kuliah. Pasti sibuk. Kalau begitu ... nikahnya selepas lulus saja, Mas,” ucap Yasmin santai, dan menyeringai kecil.Dia melepaskan genggaman dari tangan anak-anak, lalu memutar tubuh Barra agar membelakanginya. Sedangkan Barra masih menganga tidak percaya, calon istrinya ini justru memberikan jawaban yang menguji kesabaran.Yang benar saja? Dia harus menunggu selama empat tahun? Belum lagi proses panjang menjadi seorang dokter.Barra berdecak kesal. Saat dia hendak menoleh ke arah sang pujaan hati, Yasmin tiba-tiba mencubit pelan punggungnya.“Ayo, Mas. Berangkat. Kerjanya harus rajin,” goda wanita itu sembari terkekeh kecil.Barra hanya bisa menghela napas panjang, lalu berjalan ke arah mobil Rubicon putihnya sambil mengusap dada. Pria itu merasa harus menambah stok kesabaran demi bisa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 144

    Barra meraih tangan Yasmin dan menggenggamnya erat, seolah tidak ingin melepasnya. “Bilang saja, kamu mau minta bukti apa?” ulangnya dengan penuh tekanan. Dia merasa Yasmin mungkin masih ragu, bisa saja menolak.Akan tetapi, senyum di bibir mungil Yasmin justru mengembang manis. Dia membalas genggaman itu.“Kalau saya kasih tahu, memangnya Mas bakal lakuin?” tanya wanita itu, mata beningnya serius menatap Barra yang mengangguk tegas.Yasmin pun mendekat. Tubuhnya berjinjit, lalu berbisik tepat di dekat telinga pria itu, “Tolong jangan pergi sampai kita sama-sama tuan anti.”Kalimat sederhana itu menghangatkan hati Barra yang sebelumnya dipenuhi kabut keraguan. Wajah tampan yang semula tegang kini melunak. Pria itu ingin melompat kegirangan, tetapi dia menahan diri. Bisa jatuh harga dirinya di depan sang pujaan hati.Yasmin menjauh dan menunduk malu, wajahnya memerah ditatap oleh sepasang manik cokelat di depannya.Senyum lebar terukir di wajah Barra. Hatinya yang membeku sekian lama

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 143

    Mata mereka saling menatap dalam jangka waktu cukup lama. Diiringi embusan angin malam yang bergerak halus.Debar jantung Yasmin makin berisik tatkala ibu jari Barra membelai lembut bibir mungilnya. Bukan hanya itu saja, bahkan aroma mint dari embusan pelan napas pria itu memenuhi indera penciumannya. Barra memang selalu wangi dan bersih.Yasmin menelan air liurnya yang terasa mengental, lantas membuka bibirnya sedikit, hendak berkata sesuatu yang entah apa. Sebab pikirannya saat ini mendadak kosong dan sulit merangkai kata.Tiba-tiba saja, dalam sekejap, Yasmin membelalak ketika bibir Barra yang hangat dan lembap menempel dengan bibirnya. Dia hanya bisa terdiam saat merasakan sentuhan itu terlalu lembut sampai-sampai menghipnotisnya untuk menerima serta menikmati pagutan itu.Bukannya menolak, Yasmin justru menyampirkan kedua tangan pada bahu kokoh pria itu. Dia khawatir terjatuh karena Barra benar-benar membuatnya kehilangan energi. Ini memang bukan ciuman pertamanya, tetapi inilah y

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 142

    Barra berjalan ke ruang tamu sambil menahan rasa kesal yang hampir meluap dari ubun-ubun. Gerakan langkah pria itu teramat berat, ekspresi wajah tampannya juga mengeras begitu melihat tamu yang duduk dengan gelisah di sofa."Ada kabar apa? Bukannya aku sudah bilang, hari ini jangan ganggu. Besok baru boleh," ujarnya dengan nada tajam dan tatapan sengit pada Bahtiar.Tamu itu berdiri buru-buru, dan wajahnya gugup. "Maaf, Pak. Ini penting."Barra mendengkus dan berdecak. Meskipun kesal, tetapi akhirnya memberi isyarat tamunya untuk bicara.“Saya bawa laporan terbaru tentang Bram dan kasus Cindy, Pak.” Bahtiar menyerahkan dua map berbeda warna.Barra menerimanya dan mangut-mangut ketika membaca dengan teliti. Dari raut wajahnya, tampak dia sangat puas dengan kinerjanya. Sudut bibir pria itu berkedut samar.“Bagus. Biarkan saja warganet menggoreng beritanya. Tapi pastikan wajah anak-anak tidak muncul di mana pun!”“Tenang, Pak. Saya sudah bekerja sama dengan banyak situs berita online.” B

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 141

    Bram lebih dulu dibawa ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya. Pria itu mendengkus saat kedua tangannya diikat. Bahkan di rumah sakit pun, tatapan-tatapan jijik dari orang-orang menghujam dadanya. Mereka tidak segan mencibir, bergumam keras tanpa rasa iba."Laki-laki memang maunya enak sendiri.""Zaman sekarang, jangan percaya mulut manis.""Bukan fans-nya, sih. Tapi ... amit-amit.""Dia pasti menyesal. Anak itu cantik, loh."Bram berdecih. Tidak sedikit pun ada penyesalan dalam dirinya. Dia menatap mereka semua dengan kemarahan yang ditahan. Andai saja bisa, dia ingin kabur. Namun, tubuhnya dikawal tiga petugas dari kanan, kiri, dan belakang.Setelah mendapat perawatan, Bram digiring ke kantor polisi setempat untuk penyelidikan lebih lanjut terkait kecelakaan tadi. Temperamennya yang buruk kembali muncul. Bahkan dia sempat berujar di hadapan petugas, "Sejak awal, anak itu memang pembawa sial!"Malam ini, Bram mendekam di sel tahanan. Tidak ada kasur empuk, tidak ada selimut hang

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 140

    "Kenapa, Mas?" tanya Yasmin, matanya menatap khawatir pada Barra yang berulang kali menekan layar ponsel dengan gelisah.Pria itu menoleh sejenak, wajahnya menyiratkan kecemasan. "Pak Amir susah dihubungi. Apa mungkin ketiduran?"Yasmin mengangkat bahu dan menggeleng pelan. Tadi mereka memang hanya diturunkan di lobi hotel. Pak Amir langsung menuju basement untuk parkir."Aku susul Pak Amir. Kamu dan anak-anak tunggu di sini," titah Barra. Yasmin mengangguk, meskipun rasa tidak enak mulai menyusupi dadanya.Barra kemudian menurunkan Boy. Tangan Yasmin langsung menggenggam jemari mungil dua bocah itu erat-erat. Mereka berdiri berdampingan, mata mereka kompak menatap ke arah Barra yang menghilang di balik pintu kaca.Seketika, cahaya lampu mobil menyilaukan mata. Yasmin refleks memalingkan wajah, lalu membelalak melihat laju mobil yang melesat cepat ke arah mereka.Tanpa pikir panjang, Yasmin menarik anak-anak mundur. Tubuhnya be

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 139

    Setelah percakapan pagi itu, Barra tidak lagi banyak bicara dengan Yasmin. Dia tidak sanggup kehilangan Cleo. Prasangkanya mulai tumbuh liar, bagaimana jika Bram datang dan mengambil putri kecil itu darinya?Kini, dari balik celah pintu yang sedikit terbuka, Barra mengintip. Dadanya sesak melihat pemandangan di dalam. Yasmin terduduk di atas karpet bulu, tubuh wanita itu gemetar karena isak tangis. Dia memeluk Cleo.Sementara Cleo yang kebingungan menatap wajah ibunya yang basah. Lalu Barra memilih memberikan ruang, membiarkan Yasmin menyatu dengan anaknya yang selama ini diyakini telah tiada.Di sisi lain, Boy tampak menarik-narik blus Yasmin, tidak mau kalah. Bocah lelaki itu merengek, meminta perhatian. Yasmin pun membungkuk, memeluk keduanya bersamaan.“Maaf … seharusnya Bunda sadar kamu itu masih hidup,” gumam Yasmin, tetapi terdengar jelas oleh Barra dari balik pintu“Nda … Nda … apah,” sahut Cleo polos sambil menepuk-nepuk pipi Yasmin yang basah.“Sayang … ini Bunda … ini Bunda,

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 138

    “Aduh, Bram. Punggung Ibu sakit!” keluh Sarah sambil memegangi pinggangnya, tubuhnya membungkuk dan melangkah pelan menuju kursi.Bram baru saja masuk lewat pintu belakang. Tadi dia tidak sempat mengejar Yasmin—terhalang pagar dan rasa kesal saat melihat kedekatan mantan istrinya dengan pria lain. Mata pria itu masih menyimpan bara. Dia bahkan harus memungut kunci rumah yang dilempar Yasmin ke selokan. Tangannya masih basah, dingin, dan kotor, sama seperti pikirannya saat ini—kusut.Mendengar rengekan ibunya, Bram hanya mendengkus.“Ke dokter, Bu. Atau panggil tukang pijat!” tukas pria itu ketus, bahkan tidak melirik, membiarkan wanita itu bersusah payah menapaki lantai menuju sofa.“Hah?! Kamu itu kenapa, Bram? Sama orang tua, kok nggak sopan!” hardik Sarah, “ini juga gara-gara kamu sembarang tidur sama gembel! Salah kamu sendiri!”Langkah Bram yang semula sudah di anak tangga, mendadak terhenti. Bahunya menegang. Dia menoleh perlahan, lalu turun lagi sambil menahan amarah.Sorot mat

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 137

    “Apa?!” Suara Kezia tercekat. Tubuhnya langsung merosot di atas karpet. “Jadi … cucu perempuan Mami … sudah meninggal?” Air mata seketika membasahi pipi wanita paruh baya itu.Pagi-pagi sekali, Barra dan Yasmin menghadap Kezia. Keduanya sudah sepakat akan memberitahu keluarga mereka lebih dulu. Barra yang menjelaskan, sementara Yasmin duduk membeku di sampingnya. Sorot mata ibu susu itu lurus ke depan, seolah tidak ada lagi yang layak dia tatap di dunia ini. Luka yang menganga, terlalu pedih untuk diluapkan lewat kata-kata.“Lalu cucu Mami … dikubur di mana? Mami mau ke sana.” Kezia memeluk Leo yang duduk lemah di sisinya. Pria itu sama terkejutnya. Dia hanya bisa mengepalkan tangan, seakan ingin menghancurkan apa pun yang merenggut kebahagiaan keluarganya.Barra memandangi Yasmin yang menggenggam erat ujung blusnya sendiri, berusaha menahan diri agar tidak kembali hancur di hadapan orang-orang terdekat.Barra menarik napas dalam. Melihat Yasmin seperti ini membuat dadanya makin sesak.

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status