Share

BAB 17

Author: Fredy_
last update Huling Na-update: 2025-07-08 09:08:16

Adrian melirik jam tangannya. Sudah terlalu lama Leo keluar dari ruangan itu, dan suara percakapan samar dari arah depan rumah membuatnya penasaran.

"Leo ngapain sih? Lama banget?" gumamnya kesal, lalu berdiri dari sofa dan mendorong pintu yang terbuka setengah.

Ia mengikuti arah suara, dan benar saja—Leo berdiri di teras bersama Pak Dirman.

"Leo, lama banget, sih?" panggil Adrian sambil meenyilangkan tangan di dada. "Mana? Katanya ada yang mau diperiksa? Siapa sih? Emang dia sakit apa?"

"Nggak jadi. Dia udah pergi," jawab Leo pendek, napasnya terlepas berat.

Adrian mengernyit, tak puas dengan jawaban Leo yang menggantung. "Lho, pergi? Emang siapa sih? Temen kamu? Karyawan? Saudara? Siapa?" cecarnya penasaran.

"Udah lah, nggak usah tanya-tanya lagi. Aku capek. Mau istirahat lagi bareng Matteo," sahut Leo, tanpa menoleh, lalu berbalik masuk ke rumah.

Adrian membuntuti di belakang. "Eh, hei! Kenapa sih kamu? Aneh banget, kayak orang linglung. Sudahi berdukanya, Bung Leo ... biar Zoya te
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Apri Yani
semoga aja "jodoh ku bertemu di warung bu erna" ya nay ...
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Semoga nanti Leo bisa ketemu Nayla di warung Bu Erna
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Hei ..Leo asal kamu tau Nayla pergi karena dengar omongan Adrian tuh jadi Nayla ga enak hati
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 20

    Meeting pertama dimulai pukul sembilan tepat. Leo duduk di kursi pimpinan berlapis kulit hitam, tubuhnya tegap, menatap lurus ke layar presentasi divisi keuangan yang memaparkan laporan triwulan. Rapat berjalan lancar. Angka-angka melonjak, grafik penjualan properti meroket, tim keuangan tampak puas. Semua orang di ruangan itu bertepuk tangan. Tapi fokus Leo terus saja meleset ke mana-mana. Ia mendengar semua—angka, proyeksi, rencana ekspansi—tapi sebagian besar hanya masuk lewat telinga kiri dan terurai di telinga kanan. Pukul sebelas, meeting bersama divisi pemasaran dimulai. Kali ini, Leo sudah lebih bisa mengatur fokusnya. Ia duduk tegak. Saat sebuah slide menampilkan slogan baru untuk proyek hunian terbaru mereka, Leo menginterupsi tajam. "Slogan ini... terlalu datar," komentar Leo, menunjuk layar. "Kita bukan jualan tepung bumbu instan. Kita menjual investasi jangka panjang, gaya hidup. Buat lagi yang lebih bernyawa!" "Baik, Pak," sahut kepala divisi, membungkuk di depan lay

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 19

    Sementara itu, di sisi kota lain, Leo berdiri termangu di depan cermin kamar mandi. Uap dari air hangat yang baru saja ia gunakan untuk mandi masih menggantung di udara. Wajahnya tampak lebih segar setelah mandi, namun tetap tidak bisa menyembunyikan kantung matanya yang membengkak. Setelah kepergian Nayla yang tanpa jejak kemarin, Adrian segera mengutus seorang perawat untuk mengirimkan donor ASI dari rumah sakit. Syukurnya, ASI itu cocok dengan Matteo, meskipun awalnya butuh perjuangan agar mulut mungil itu bisa menyesuaikan diri dengan dot bayi. Tetapi malam itu ... Matteo tidak rewel sama sekali. Ia hanya terbangun sebentar, ditimang-timang, lalu kembali tertidur lelap. Dan pagi ini, Matteo masih tertidur di box bayi. Sesekali mulut kecilnya mengecap, dan Leo segera menghampiri, menyelimuti tubuh kecil itu. “Pagi, Matteo...,” bisik Leo, jari telunjuknya menyentuh pelipis bayi itu. "Nanti perawat datang ya, buat mandiin dan kasih susu. Jangan rewel, okay?" Ia mengecup dahi Matte

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 18

    "Nay, terima aja. Kerja di warung makan kan enak, kalau nggak punya duit kamu bisa ikutan makan di sana. Iya kan, Bu?" Surti menoleh Bu Lilis, mencari dukungan. "Bisa saja sih. Ibu Erna baik, pegawai lain juga pada betah kerja di sana," sahut Bu Lilis. "Nah, kan ..." ujar Surti. Untuk membalas kebaikan Bu Lilis yang sudah mencarikan pekerjaan, dan memberikan tumpangan tinggal, Nayla mengangguk, “Boleh, Bu... Saya mau.” "Yee! Akhirnya Nanay dapet kerja!" Surti memeluk teman sekampungnya itu dengan lega. "Gaji pertama traktir aku ya, Nay." Bu Lilis ikut tersenyum senang. "Tapi warungnya agak jauh dari sini, Nay. Deket pusat perkantoran di tengah kota. Kalau naik angkutan umum, harus tiga kali turun naik. Mending kamu berangkat bareng Eman aja, adik Ibu. Dia kerja jadi OB di salah kantor di sana." "Wah, rejeki kamu bagus nih, Nay. Udah dapet kerja, dapet tebengan juga. Makasih banyak, Bu Lilis," ujar Surti antusias. "Sama-sama. Kamu juga boleh terus tinggal di sini, Nay. Ibu cuma t

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 17

    Adrian melirik jam tangannya. Sudah terlalu lama Leo keluar dari ruangan itu, dan suara percakapan samar dari arah depan rumah membuatnya penasaran."Leo ngapain sih? Lama banget?" gumamnya kesal, lalu berdiri dari sofa dan mendorong pintu yang terbuka setengah.Ia mengikuti arah suara, dan benar saja—Leo berdiri di teras bersama Pak Dirman."Leo, lama banget, sih?" panggil Adrian sambil meenyilangkan tangan di dada. "Mana? Katanya ada yang mau diperiksa? Siapa sih? Emang dia sakit apa?""Nggak jadi. Dia udah pergi," jawab Leo pendek, napasnya terlepas berat.Adrian mengernyit, tak puas dengan jawaban Leo yang menggantung. "Lho, pergi? Emang siapa sih? Temen kamu? Karyawan? Saudara? Siapa?" cecarnya penasaran."Udah lah, nggak usah tanya-tanya lagi. Aku capek. Mau istirahat lagi bareng Matteo," sahut Leo, tanpa menoleh, lalu berbalik masuk ke rumah.Adrian membuntuti di belakang. "Eh, hei! Kenapa sih kamu? Aneh banget, kayak orang linglung. Sudahi berdukanya, Bung Leo ... biar Zoya te

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 16

    "Eh, Nanay?! Jaga mulut kamu, wahai wanita!" bentak Surti, melotot ala sinetron. "Ini sih, ginjal kamu aman, otak kamu nggak aman. Kamu abis kejedot, ya? Sini aku liat kepalanya, benjol nggak?" Surti pura-pura meraba kepala Nayla. "Maaf, Ti. Niat aku nggak mau nyusahin kamu, tapi malah bikin kamu cemas," sahut Nayla, meremas meremas rok yang ia kenakan waktu kabur bersama Surti.Surti menghela napas panjang, tapi wajahnya tetap kesal. "Dengerin aku, Nay! Dari pertama kita naik bus bareng, aku nggak pernah ngerasa kamu nyusahin aku. Dan karena aku yang bawa kamu ke kota ini, berarti kamu juga tanggung jawab aku. Minimal sampai kamu nemu kerjaan yang layak. Ngerti kamu?!" ujar Surti panjang lebar. Nayla terdiam, lalu perlahan menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis. Namun, sebelum ia sempat menyahut, Bu Lilis segera menyelamatkan suasana dengan sebuah tawaran menggiurkan, terlebih bagi Surti. "Udah nggak usah dibahas lagi. Yang penting Nayla udah pulang ... lengkap, sehat, utuh ...,"

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 15

    Leo mendorong pintu kamar dan masuk dengan langkah tergesa. Matanya menyapu cepat seluruh ruangan yang hening itu. "Nayla?" panggilnya, tersirat cemas dalam nada bicaranya. Tak ada jawaban. Ia menoleh ke arah kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka. Semerbak wangi sabun mandi dan uap tipis yang masih menggantung memberinya sedikit kelegaan. Mungkin Nayla sedang di dalam sana. "Nay?" panggil Leo lagi. Ia berdiri hati-hati di sisi pintu, tak ingin terlihat seperti orang yang mengintip. Hening. Leo mengeryit tak sabar. Tanpa menunggu lebih lama, ia mendorong pintu itu lebih lebar. "Nay ...?" Kosong. Tak ada siapa-siapa. Hanya sisa jejak air yang mengisyaratkan bahwa seseorang baru saja ada di dalam sana—dan kini sudah pergi. Leo buru-buru ia kembali ke tengah kamar. Matanya menyisir setiap sudut dengan cemas, seolah berharap Nayla muncul entah dari balik lemari, dari bawah ranjang, atau berdiri di sudut ruangan yang luput dari pandangannya. Namun, ruangan yang baru saja dirama

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status