Share

12.

"Kerja sama seperti apa?"

"Masuklah, tak elok seorang perempuan cantik dan elegan sepertimu, marah-marah di depan rumah orang." Ucapan Rani seperti memuji, tapi sebenarnya adalah sebuah ejekan. Sebenarnya selain cantik, tidak ada kelebihan apapun pada wanita pongah itu.

Angela menatap Ron tajam. Rani yang tahu segera saja berkata dengan santai.

"Ron adalah pihak yang netral, dia sahabatku sekaligus sahabat Azlan. Anehnya dia tidak mengetahui hubungan kalian berdua. Ya anggap saja kalian memang menyembunyikan hubungan kalian selama ini," kata Rani dengan nada santai.

Sontak ucapan Rani membuat Angela semakin melebarkan matanya. Namun sebelum dia membela diri, Rani sudah kembali bersuara.

"Tenanglah, aku bisa menjahit mulutnya jika dia membocorkan rahasia kita pada Azlan."

Angela bernafas lega. Setidaknya dia bisa memegang ucapan Maharani. Pria itu tidak akan membocorkan hubungan kerja sama mereka.

"Katakan apa maumu?" tanya Angela ketus. Kini terlihat sekali bagaimana watak wanita itu sebenarnya.

"Mudah saja, aku hanya ingin lepas dari kalian berdua. Hidup sendiri atau berpasangan bagiku sama saja. Aku ingin bebas."

"Apa kamu tidak akan kembali lagi?" Angela harus memastikan bahwa Maharani tidak akan pernah menginjakkan kaki di keluarga Bagaskara.

"Ya, aku janji tidak akan kembali lagi. Jadi ku mohon secepatnya umumkan perceraian dan kamu menikahlah dengannya secara resmi." Getar sakit dan cemburu di dadanya kini sudah tidak ada. Apakah secepat ini dia bisa mati rasa? Sungguh Rani tidak benar-benar tahu terbuat dari apa hatinya itu.

"Kenapa buru-buru?" Angela sedikit curiga dengan permintaan Rani yang ingin segera lepas.

"Aku tidak suka membuang waktu," jawab Rani.

Angela tampak berpikir serius. Menghitung berapa persen keberhasilan kerja sama mereka.

"Jika aku bisa membantumu lepas dari Azlan, apa yang akan kamu lakukan?"

"Tenanglah, aku akan melakukan peranku dengan sangat baik selama menjadi Nyonya Maharani Bagaskara."

"Kedengarannya bagus, aku akan mengurus perceraian kalian." Kata Angela tanpa ragu. Ya, semua dalam kendalinya sekarang. Bahkan seorang Azlan pun bertekuk lutut kepadanya.

Keduanya berjabat tangan. Rani merasa dunianya begitu hampa. Luka yang ditimbulkan oleh pengkhianatan Azlan dan Angela mematikan rasa di hatinya. Sudah tidak ada lagi yang ingin dia lakukan selain membalas dendam atas semua rasa sakit di hatinya. Namun, dia cukup pintar. Dia bukan wanita bar bar. Jadi dia putuskan untuk masuk ke dalam Keluarga Bagaskara. Hanya sebentar saja, untuk memberikan mereka pelajaran. Dia masih punya banyak waktu sampai urusan perceraian terlaksana.

Rani sungguh tidak sabar melihat hasil dari rencananya. Namun, sekali lagi dia harus bermain sangat cantik. Menjadi pelakon yang bisa melakoni perannya dengan baik.

Setelah sepakat dengan Rani, Angela tanpa berpamitan segera menuju pintu keluar.

"Jangan mengingkari kesepakatan kita, atau kamu akan menjadi sasaranku selanjutnya."

Angela berlalu setelah mengucapkan kalimat itu degan tegas.

"Aku bukan pedusta sepertimu, jadi kamu bisa memegang ucapanku itu." Sahut Rani.

Angela melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kembali.

"Apa kau yakin akan melakukan itu?"

"Sure, aku tidak pernah seyakin ini sebelumnya.

Ron menelan saliva-nya, dia tidak pernah melihat seorang wanita akan setegar itu setelah disakiti dan dikhianati sedemikian rupa.

"Baiklah, mari kita lanjutkan makan kita."

Rani mengangguk dan mengekor di belakang Ron yang berjalan menuju meja makan. Mereka makan dalam diam. Rani yang diam karena memikirkan langkah selanjutnya. Sementara Ron yang sibuk memikirkan bagaimana membuat hati wanita di depannya itu nyaman. Selesai makan mereka pun bersiap. Ron akan mengantarkan Rani pulang ke apartemen.

"Apa kamu benar-benar yakin akan tinggal dengan keluarga Bagaskara?" tanya Ron ragu.

"Tenanglah Ron! jika aku mati di rumah itu, aku akan mengutuk mereka semua."

"Jangan bercanda Rani," dengus Ron tak suka.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Apa yang sebenarnya kamu takutkan?"

"Kamu tidak benar-benar mengenali keluarga mereka."

"Aku ke sana untuk mengenali mereka dan membuat mereka menyesal telah mempermainkan seorang Maharani."

Ron menghela nafas berat. Percuma mengingatkan Rani. Gadis itu sangat keras kepala. Lebih baik mengalah dari pada terjadi perdebatan panjang.

"Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untukmu," kata Ron dengan tatapan yang begitu dalam ditujukan untuk wanita-nya.

Rani membuang pandangan ke sembarang arah. Hatinya seperti tersayat ketika melihat tatap lembut pria itu. Bukan karena tak suka, tetapi lebih ke trauma. Rani tak mau percaya dengan tatapan lembut seorang pria. Dia sudah pernah berani menatap kelembutan itu selama lima tahun, dan berakhir dengan dirinya yang terbakar hingga hancur. Kali ini dia tidak akan mengulangi hal yang sama meskipun dengan orang yang berbeda.

"Sudah ku tebak, kalian pasti berada di sini!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status