Share

6. Dekapan Pertama

#part6

#dekapanpertama

     "Alina, kamu baik-baik saja?!" Aryo segera menghampiri Alina dan melepas ikatan kain yang membekap mulutnya.

"Mas Aryo..." melihat airmata yang berderai di pipi Alina secara refleks Aryo memeluk Alina dengan erat ke dalam dekapannya, tangis Alina semakin tumpah, untung saja Aryo datang tepat pada waktunya jika tidak entah bagaimana jadinya nanti jika malapetaka datang dan merenggut kebahagiaannya.

    Untuk sekian waktu mereka tidak menyadari itu, ada desiran aneh dan rasa nyaman bersamaan. Hingga akhirnya Alina tersadar, degup jantungnya tidak beraturan, ia mencoba lepas dari pelukan Aryo, ternyata tangannya juga masih terikat dibelakang.

"Mm...maaf..." kata Aryo gugup seraya melepas dekapannya.  "Maaf Alina, aku tidak bermaksud..." Alina tidak membalas ucapan Aryo, ia sedang berusaha melepas sendiri ikatan tangannya tapi tidak bisa.

     "Bisa minta tolong lepasin ikatanku?" Kata Alina lirih. "Hm apa?, apa kau terluka?kau benar tidak apa-apa?" Aryo malah panik.

"Aku baik-baik saja!"jawab Alina lagi.

"Tolong bantu lepasin ikatan tanganku!" Alina berkata sedikit keras, Aryo baru menyadari bahwa ia belum melepas pengikat tangan Alina.

"Oh, baiklah," Aryo melingkarkan tangannya seolah hendak memeluk Alina lagi dan memajukan wajahnya begitu dekat seperti hendak mencium Alina. "Hey apa yang kamu lakukan?!" Bentak Alina kaget. "Melakukan sesuai perintahmu." ucap Aryo ditelinga Alina, hingga telinganya terasa panas, Alina diam dan membiarkan Aryo melepas tali dengan melingkarkan tangannya, Alina membuang muka kesamping karena jarak mereka yg begitu dekat, bahkan ia terlihat menahan napas.

     "Selesai!" Ucap Aryo.

"Fiuh..." Alina merasa lega, ingin sekali ia menonjok muka pria di depannya itu. Tapi seketika raut wajahnya berubah jadi sangat khawatir ketika melihat tangan Aryo yang lebam berwarna merah kebiruan ditambah beberapa parutan yang mengeluarkan sedikit darah...

"Mas Aryo tanganmu..!"jerit Alina seraya memegang tangan Aryo.

"Aawww!! Jangan dipegang!" Aryo mengibaskan tangannya.

"Ow, maaf.. sakit banget ya? Apa perlu ke dokter?"tanya Alina dengan raut muka khawatir.

"Ah, tidak perlu.. tenang saja ini hanya luka ringan... aku bukan pria yang lemah!" Ucap Aryo sembari mengibaskan tangannya.

Cih, sombongnya, batin Alina melihat tingkah pria yang menolongnya.

"Ayo berdiri, naik ke mobil!"perintah Aryo.

"Mau kemana?" Alina beranjak bangun.

"Mengantarmu ke stasiun, atau bila perlu sampai ke rumah, ke kota kita, bagaimana?"

"Ja- jangan! Kau gila ya! Aku gak mau urusan kita jadi runyam, nanti bisa ribut warga kampung kita kalau ada yang liat, nanti disangka kita ngelakuin yang nggak-nggak! Aku gak mau!"ucap Alina keras kepada Aryo.

"Aku mau pake taksi online saja!"lanjutnya lagi.

"Ah, mengapa nggak sedari tadi! Seharusnya kalau kamu niat menghindariku kamu pesen mobil dari tempat menginapmu sejak sore bukankah jadi lebih aman?!" Mendengar nada Alina yang keras Aryo pun tak kalah kesal.

    Aryo berhenti bicara, entah sejak kapan nada bicaranya meninggi pada perempuan. Padahal selama ini ia tidak pernah kasar dan selalu sopan bila bicara dengan wanita, tapi memang bagi Aryo wanita yang satu ini, begitu menggemaskan. Ataukah Aryo merasa kecewa ditolak oleh seorang wanita walau hanya mengajaknya makan? Seumur hidupnya banyak wanita cantik yang menggilainya, tapi dia tidak bergeming. Aryo pantang melakukan hal itu. Mungkin Aryo sedikit frustasi ajakan pertamanya pada seorang wanita diacuhkan, bahkan hari ini Alina sudah mengelabuinya.

"Bateraiku habis, aku lupa ngecharge tadi karena gugup menghindarimu, aku pinjam hapemu ya buat pesen gojek" ucap Alina begitu polosnya.

"Ck! Merepotkan!" Aryo menarik tangan Alina dan menggandengnya berjalan meninggalkan mobilnya.

"Hey,, Ma- mau kemana?!"tanya Alina.

***

"CK! Merepotkan!" Aryo menarik tangan Alina menggandengnya berjalan meninggalkan mobilnya. 

"Hey,, ma-mau kemana?!"tanya Alina.

"Ba-baiklah aku mau naik mobilmu, tapi cukup ke stasiun saja jangan sampai rumah yaa," Alina seperti memohon.

"Hmm sudahlah aku lapar, depan ujung jalan sana sepertinya ada tenda nasi goreng! Aku belum makan seharian!"cerita Aryo pada Alina. Alina hanya melihat Aryo dari belakang.

    "Aku memang lapar, tapi dia pasti lebih kelaparan! Bagaimana bisa ia gak makan seharian, apa yang dilakukannya sebelum dan setelah menemuiku tadi siang? Apa dia memang sengaja menungguku seharian di lobby hotel? Ah dasar pria aneh! Jangan-jangan dia memang membuntutiku dari rumah, apa dia sering memata-mataiku? Buktinya tadi, dia tiba-tiba saja datang menolongku.  Bagaimana dia tau??" Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalam diri Alina.

"Alina serahkan hapemu!"ucap Aryo sembari menengadahkan tangan.

"Hah, apa?" Aryo mengagetkan alina dari lamunan.

"Handphone kamu mana, aku tadi ijin men charge handphone sama abang nasgor," kata Aryo lagi.

"Oh.., ini." Alina hanya menurut saja memberikan gawainya.

"Nitip ya, Bang, oya nasi goreng nya 2 ya Bang!" Aryo memesan 2 piring nasi goreng.

"Siap Bang!"ucap bang nasgor sambil mengacungkan jempolnya, lalu lanjut menyiapkan makanan untuk mereka berdua.

***

POV Alina

Aku duduk disusul Aryo yang duduk tepat di depanku membuat mata kami saling beradu, Oh no, aku masih tidak sanggup menatap mata elang itu, jantungku berdetak lebih cepat saat bersama Aryo apalagi berhadapan seperti itu.  Perlahan aku menggeser kursiku ke samping kanan saat abang penjual mengantar makanan, setidaknya agar tidak tepat berhadapan dengan pria itu. Pria yang telah menolongku, entah bagaimana jadinya aku tanpanya hari ini, meski tadinya aku ingin menghindar, nyatanya takdir mengatakan aku masih tetap bersamanya malam ini.

"Apa aku tampan?!"celetuk Aryo.

Aryo berkata tiba-tiba tanpa melihatku sambil menyendok nasi goreng ke mulutnya dengan wajah cengengesan.

"Ap-apah?!"pertanyaan macam apa itu, batin Alina.

"Apa aku tampan? Hingga kau tadi terus memandangiku? Hahaha..." Aryo tertawa puas.

CK, dasar! Di balik i*******m nya yang terlihat cool ternyata pria itu sangat menyebalkan!

"Uh, Dasar kepedean! Jangan sombong, diatas langit masih ada langit, masih ada orang yang lebih tampan, bukankah tampan dan cantik itu relatif?"kataku kemudian.

"Iya-iya, cepat makanlah, bukankah sebentar lagi harus ke stasiun?"jawab Aryo masih dengan menyunggingkan senyum.

***

Merekapun makan sambil berbincang, sesekali Aryo terus menggoda Alina layaknya seorang kakak yang menjahili adiknya, ya, seperti kakak beradik yang sedang bertengkar saja.

"Alina, terimakasih.." kata Aryo seraya menyerahkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas kado dengan sebuah pita kecil yang manis.

"Apa ini?"tanya Alina.

****

Bersambung.

Kira-kira apa isinya ya....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status