Share

28

Penulis: Kaeb
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-09 21:43:23

“Ayo, Bia,” kata Agam kemudian membuka pintu dan keluar dari kendaraan yang dia kemudikan hampir dua jam lamanya–setelah dari gedung pemotretan.

Si gadis buru-buru keluar sambil menggendong Bian. Hawa sejuk segera terasa. Dia memandang sekitar. Mereka entah berada di mana, Bia tidak tahu; yang pasti bukan kediaman Bimantara yang dia tinggali beberapa minggu terakhir. Mereka berada di tempat asing. Si bayi di pelukan Bia kelihatan cukup senang; mengamati sekitar lalu tersenyum dan tertawa tanpa suara.

Adrian keluar dari mobil paling akhir. Di tangannya terdapat tas perlengkapan Bian. Dia memandang si pengasuh. “Ayo.” Katanya membuat Bia terkejut dan berjalan terlebih dahulu.

Bia mengikuti di belakang hingga dia melihat sebuah rumah yang meski terbuat dari kayu–bentuknya memanjang ke samping, bukan ke belakang; seperti rumah pada umumnya–kelihatan mewah. Di kelilingi tanaman-tanaman hias. Sewaktu mencapai bagian depan yang terasnya pun terbuat dari kayu, tiba-tiba pintu yang ada di hada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ikatan Hati   84

    Jadi ... apakah semua berhubungan? Si bungsu Bimantara yang tiba-tiba mencari informasi mengenai seorang perempuan bernama Rabia yang setelah ia telusuri ternyata adalah seseorang yang pernah bekerja di hotel yang dihanguskan oleh Bimantara, tak lama hamil dan melahirkan bayi. Kemudian Kemal yang baru saja melihat dua orang tokoh utama kita bersama ditambah seorang bayi.Apakah bayi yang digendong oleh si gadis adalah cicit Bimantara yang juga merupakan bayinya?Tapi, bagaimana caranya semua berkaitan? Adrian sepertinya tak tahu-menahu soal si bayi dan si gadis. Lalu siapa ayah dari cicit Adam yang juga adalah bayi Rabia? Apakah Adnan? Entah. Juga, ada satu hal lagi yang terpikirkan oleh pemuda berwajah kemayu ini. Yaitu, para Bimantara sudah mengetahui kebenaran si bayi dan Bia. Sebab, mereka tak mungkin membiarkan si gadis berkeliaran di sekitar Bimantara jika tidak memiliki keterikatan.Entah benar, entah salah.Kemal tidak berani memutuskan. Cuma asumsi yang dia pikirkan rasanya b

  • Ikatan Hati   83

    “Oh!”Bia di tempatnya menelan ludah. Memperbaiki posisi si gembul dalam pangkuannya. Mencari kegiatan untuk menyalurkan rasa gugup yang mendera.Dokter Sammy mengukir senyum canggung. “Um ... imunisasinya berjalan lancar. Bayinya juga sehat. Mungkin nanti sedikit demam karena reaksi dari vaksin. Jadi, nggak apa-apa.”Si Biman muda mendengarkan. Kali pertama Bian dibawa imunisasi ia tidak tahu. Bagaimana imunisasi dilakukan pun ia buta. Banyak hal yang sebenarnya belum ia tahu perihal merawat bayi. Tak cuma kebutuhan di rumah; ada kebutuhan lain yang perlu diperhatikan–dan semua itu dilakukan oleh si pengasuh seorang diri.Jadi apa guna dirinya sebagai ayah Bian?Adrian merasa useless. Ayah hanya suatu status yang dia dapatkan ketika si gembul hadir tanpa bisa dia terapkan. Bagi si bayi mungkin dia bukanlah sosok yang penting. Mana Bian pun sangat lengket dengan si pengasuh seakan orang tua sebenarnya si gembul ialah si gadis. Ujung matanya melirik ke samping untuk melihat gadis berpa

  • Ikatan Hati   82

    Adrian Bimantara; tokoh utama kita yang berwajah tampan, tetapi sayang parasnya sangat berbanding terbalik dengan mimik muka yang selalu datar mirip pantat teplon baru saja tiba di depan sebuah gedung berlantai dua yang tidak terlalu besar. Gedungnya di cat putih khas gedung-gedung Rumah Sakit pada umumnya. Ya, dia baru sampai di halaman Rumah Sakit yang diberitahukan oleh sopir pribadi ayahnya mengenai keberadaan si buah hati serta si pengasuh.Entah ada urusan apa sampai mereka ke Rumah Sakit, mana jaraknya cukup jauh dari kota. Si Bimantara muda saja membutuhkan setengah jam, apalagi kalau pakai kendaraan umum. Pasti lebih lama.Dia memarkirkan mobilnya di parkiran khusus roda dua, mematikan mesin lalu keluar dari kendaraan pribadinya. Tak lupa dikunci lagi. Adrian berjalan masuk ke dalam gedung Rumah Sakit. Tapi, baru kakinya menginjak lobi, pemuda ini ingat sesuatu. Bagaimana dia menemui si pengasuh di sini? Adrian tidak tahu si pengasuh berada di mana, sedang apa dan menemui sia

  • Ikatan Hati   81

    Adrian Bimantara adalah tipikal pria tepat waktu. Benci keramaian dan senang menyendiri. Tipe-tipe introvert, sih. Ah, tapi bukan itu yang mau kita bahas. Bimantara muda tersebut adalah seseorang yang selalu on time; on time sampai di kantor dan on time pulang bekerja. Jadi, saat jam menunjukkan jam pulang–biasanya sekitar pukul lima sore–maka dia akan membereskan semua pekerjaan–menyisihkan yang mesti dilakukan besok atau yang memiliki tenggat waktu lebih lama. Bukan tak mau bekerja keras. Tetapi, buat apa membuang waktumu di saat pekerjaan selesai dan diberikan kelonggaran untuk pekerjaan lainnya? Pun tak cuma badan yang butuh istirahat, otak yang digunakan saat bekerja juga perlu tenang. Karena dia memang tidak suka kelayapan, maka tujuan utama pria tampan minim ekspresi ini adalah rumah; kediaman Bimantara. Sewaktu sampai di basemen lalu berpisah dengan beberapa staf yang satu lift dengannya, lelaki tinggi itu berjalan ke arah ia memarkirkan mobilnya. Namun, langkah Adrian ter

  • Ikatan Hati   80

    “Erm, Tuan.”Yang mau Bia sampaikan bukannya hal aneh, tapi si gadis kelihatan bingung.“Bilang aja,” ujar si Tuan Besar memaklumi gerak-gerik gadis di depannya. Ya, gadis sederhana tersebut punya kepribadian sangat sungkan terhadap orang lain. Meski mungkin yang dikatakan atau dilakukannya bukan sesuatu yang bisa membuat rasa tak enak di hati.Bia mengambil sesuatu dari saku celananya dan menyodorkan pada sang Kepala keluarga. “Sudah waktunya imunisasi Bian, Tuan.”“Kukira kenapa. Kau membuatku berpikir ada sesuatu yang buruk.” Agam menerima buku yang disodorkan si gadis. Buku catatan ibu dan anak. Membuka dan melihat halaman terakhir. Dia ingat di sana memang ada tertulis jadwal selanjutnya dan benar tanggal yang tertera adalah tanggal hari ini. “Aku akan minta Danu untuk antar kamu.”Si gadis menggeleng. “Boleh saya pergi sendiri, Tuan? Saya janji bakal kembali sebelum malam.” Teringat kejadian waktu lalu, Bia tidak berani membawa si gembul sampai malam. Dia benar-benar akan kembal

  • Ikatan Hati   79

    Bia terharu. Sungguh. Dia tak mengira. Sang Bimantara senior bahkan mengingatnya dan meminta si photographer untuk mengambil gambarnya. Memegang erat gambar yang ukurannya tidak besar–Agam sengaja meminta di cetak untuk ukuran dompet supaya si gadis bisa menyimpannya tanpa membuat orang lain curiga–lalu di dekatkan dengan dada.Gambar ini akan menjadi penenangnya saat rindu menyerang dan tak bisa bertemu putranya. Apalagi ketika dia keluar dari kediaman Bimantara. Bia mesti mempersiapkan batinnya agar tidak merengek nantinya.“Sama-sama.”Agam sudah menduga jika Bia akan senang, tapi tak memperkirakan si gadis bakal menunjukkan muka sendu kemudian. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu, tapi ia pun akan berusaha agar Bia tidak berpisah dengan putranya. Dia mengambil sesuatu lagi dalam laci. Kali ini menyerupai buku yang sekali lagi diserahkan pada si pengasuh.“Saya udah pernah bilang sama kamu, sekalipun kamu nggak minta apa pun, ini adalah hasil kerja keras kamu.”Bia menatap ben

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status