Share

Sembilan - Restu

1 MINGGU KEMUDIAN

Awan menatap ponselnya,  apakah dia harus memberikan jawabannya hari ini? Tapi apa kali ini keputusannya benar dan tidak menjadi penyesalan kelak dimasa depan

Drttt

Terlambat nyatanya Arkan, laki-laki yang berstatus mentornya itu  lebih dulu menghubunginya 

"Bismillah,  Ya Allah semoga keputusan ku kali ini adalah benar dan tidak melukai siapapun" ucapnya sebelum menekan tombol hijau menjawab panggilan itu

"Assalamu'alaikum Awan" sapanya dari sebrang telepon. Jantungnya seakan bertalu talu mendengar suara serak Arkan, entah kenapa pikirannya semakin bercabang mendengar suara laki-laki itu yang berbeda dari biasanya

"Wa'alaikumsallam pak"

"hari ini tepat satu minggu,  saya harap kamu sudah memiliki jawaban untuk pertanyaan saya" Awan memejamkan matanya, menghembuskan nafasnya kasar sebelum menjawab pertanyaan Arkan

"hm maaf"

Cukup lama gadis itu terdiam membuat Arkan yang di sebrang telepon sana menunggu dengan takut,  seolah kata maaf itu adalah awal yang buruk untuk jawaban yang akan diberikan gadis itu

"maaf telah membuat Bapak menunggu lama. Hm Bismillah saya tunggu kehadiran bapak dan keluarga secepatnya" lanjutnya, 

"apa? Kamu serius? Alhamdulillah terimakasih  Awan.  Inshallah lusa saya dan keluarga akan datang melamar kamu" ucapnya tidak sabar

"hm baik nanti saya akan bicarakan juga sama keluarga saya disini"

"Alhamdulillah sekali lagi terimakasih atas jawaban kamu. Maaf saya tidak bisa untuk berbicara di telepon karena inshallah hari ini juga saya akan pulang mengatakan semuanya pada keluarga"

"iya gak apa-apa kok pak,  saya juga harus berbicara pada keluarga"

"yaudah,  Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsallam" 

Setelah menutup telepon, Awan memegang dadanya tepat bagian jantungnya yang seolah tengah berlomba-lomba membuat dirinya deg deg degan bukan main. 

Dia masih terdiam di tempat,  dan mengintip dari balik pintu kamarnya terlihat kakek, Nenek,  Bunda serta Ayah tirinya tengah berkumpul diruang televisi. Sejenak hatinya ragu untuk mengatakan kedangan Arkan dan keluarganya, dia takut keluarganya menolak tapi bukankah dia sudah menyetujui lamaran Arkan? 

"huh,  Bismillah" Ucapnya, berusa meyakinkan dirinya kemudian berjalan pelan ke ruang televisi menghampiri keluarga nya yang tengah berkumpul. 

Seketika semua yang ada disana menatap gadis itu bingung ketika dia tiba-tiba duduk namun hanya diam saja tidak berbicara apa-apa membuat semua yang ada disana heran melihatnya

"Awan, ada apa?  Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Bundanya yang heran melihat keterdiaman gadis semata wayangnya

"kamu mau bicara apa? Ayo bicarakan saja" sahut Ayah Tirinya. Awan mendongakan kepalanya, menatap Ayah, Bunda, Nenek serta kakeknya, dia menggigit bibirnya sebelum akhirnya membuka suara

"huh bismillah... hm Kakek, nenek, bunda dan hm Ay..Ayah inshallah lusa akan ada seseorang yang akan melamar Awan. Awan harap kalian menerima dia dan keluarganya dengan baik" cicitnya

Byurrrr

Teh yang baru saja diminum kakek Arsya, seketika menyembur keluar mendengar penuturan cucu pertamanya

"ada apa ini Awan kenapa mendadak sekali,  kamu belum lama pulang dari Kepri dan tiba-tiba saja kamu bilang ada yang mau melamar kamu" ucap kakek Arsya

"Awan mengenalnya sudah dua tahun lebih kakek" jelasnya

"Dua tahun? Siapa? Apa bunda mengenalnya?"

"Tidak, dia mentor Awan di bisnis online bun" 

"Kamu yakin dengan dia? Apa keluarganya akan menerima kamu nak?" Hatinya meragu mendengar pertanyaan neneknya

"Awan..." baru saja dia akan menjawab pertanyaan neneknya, kakeknya lebih dulu menyela perkataannya

"huh,  yasudah katakan pada laki-laki itu kakek dan keluarga menunggu kedatangannya. kakek juga akan segera menghubungi keluarga alm ayah kamu karena bagaimanapun kelak kakek dari pihak ayah kamu yang akan menjadi wali"

"kakek serius?" tanyanya memastikan

"iya"

"Tapi Yah..." Hanum, bunda Awan tampak tidak menerima keputusan ayahnya 

"Hanum, Awan sudah dewasa. Apa salahnya ada seseorang yang melamarnya? Selama ini dia tidak pernah membawa laki-laki kerumah, Ayah percaya Awan tau apa konsekuensi atas keputusan yang akan dia ambil" jelas kakek Arsyra membuat bundanya menyerah

"Baiklah, minta laki-laki itu dan keluarganya kemari kami menunggunya" ucap Ayah Tiri Awan, membuat kedua sudut bibirnya tertarik dan tersenyum lebar. Hatinya bergemuruh bahagia mendengar respon keluarganya

"Alhamdulillah terimakasih Ya Rabb" ucapnya dalam hati

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status