Share

Delapan - Ungkapan Arkan

Awan pov

Setelah selesai dengan ritual mandi aku segera mengecek ponsel karna sejak tadi berisik oleh suara notifikasi

Mataku melotot sempurna saat melihat grup bisnis yang tengah ramai membicarakan aku dan Ka Edy

Pak Arkana Calling πŸ“²

Aku yang tengah sibuk membaca komentar di grup dikagetkan ketika mendapat panggilan dari Pak Arkana

"Untuk apa pak arkana telepon malam-malam begini, duh angkat gak ya. Kalo gak diangkat takutnya gak sopan tapi kalo di angkat... duh tau ah" 

Akhirnya aku memutuskan untuk menjawabnya

πŸ“ž"Assalamu'alaikum" salamnya

πŸ“ž"Wa'alaikumsalam"

πŸ“ž"Sudah sampai?"

πŸ“ž"Hm sudah" duh kok deg degan gini ya

πŸ“ž"Pulang sama Edy?"

πŸ“ž"Iya"

πŸ“ž"Sekalian dinner ya hehehe" maksudnya apa coba bilang kayak gitu, apa dia akan ikut meledek seperti yang lainnya

πŸ“ž"Kami hanya makan karena laper bukan karna emang niat dinner" jelasku

πŸ“ž"Oh iya?" Tanya nya yang membuat aku jengkel

πŸ“ž"Maksd bapak apa telepon saya malam-malam begini? Apa hanya untuk memastikan saya makan malam bersama Ka Edy? Bapak mau ikut-ikutan meledek saya seperti yang di grup?" Tanya ku dengan nada tinggi

πŸ“ž"Saya hanya ingin memastikan berita yang di grup benar atau tidaknya jika kalian memiliki hubungan"

πŸ“ž"Peduli apa bapak tentang berita itu. Kalaupun saya memiliki hubungan dengan Ka Edy saya rasa itu bukan urusan bapak. Saya rasa pembicaraan kita selesai, Assalamu'alaikum" tegasku kemudian segera memutuskan panggilan secara sepihak

"Astagfirullah, sabar awan sabar. Tapi ihh untuk apa coba pak arkan bertanya seperti itu" kesalku

πŸ“±Drtt Drtt

Aku mengalihkan pandanganku pada ponsel yang kembali bergetar, aku hanya menghembuskan nafas kasar ketika melihat siapa yang menelepon. Ya Allah ingin rasanya aku menolak panggilan itu

πŸ“ž"Assalamu'alaikum" sapanya dari sebrang sana

πŸ“ž"Wa'alaikumsalam" jawabku mencoba meredekan rasa marahku. Ya yang menelpon ku adalah pak arkan. Entah apa yang ingin dia katakan

πŸ“ž"Maaf jika pertanyaan saya membuat kamu merasa tidak nyaman. Tolong jangan marah, saya tidak bermaksud membuat kamu tersinggung awan" ucapnya memohon

πŸ“ž"Hm iya enggak apa-apa kok pak. bapak enggak salah mungkin saya yang salah terlalu sensitif maaf" sesalku

πŸ“ž"Hehe tidak apa-apa kok. Hm besok kamu ada waktu kosong? bisa kita bertemu?" Sesaat aku terdiam mendengar ajakannya. Mungkin dia hanya ingin membahas perihal bisnis terlebih ini pertama kali aku ikut join kembali setelah dua tahun menghilang tanpa kabar 

πŸ“ž"Hm besok waktu saya kosong kok pak. Sama pak anwar juga kan?" Tanyaku memastikan

πŸ“ž"Tidak. Hanya kita berdua, bisa? Ada hal yang ingin saya bicarakan sama kamu dan itu pribadi bukan tentang bisnis jadi saya harap tidak ada orang lain yang ikut serta"

πŸ“ž"Hal pribadi?" Tanya ku memastikan

πŸ“ž"Iya. kalau bisa saya tunggu kamu di cafe tempat pertama kali kita bertemu, kamu masih ingat?" Aku benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Hal pribadi apa yang ingin dia bicarakan sampai tidak boleh orang lain ikut serta

πŸ“ž"Inshallah pak"

Awan POV OF

...

Sesampainya di cafe yang dimaksud oleh Arkan, Awan segera mencari keberadaan laki-laki itu. Ketika melihat laki-laki memakai kemeja biru langit melambaikan tangan Awan segera berjalan kearahnya

"Assalamu'alaikum pak. maaf saya terlambat" ucap Awan ketika sampai dihadapan Arkan

"Wa'alaikumsalam. Tidak apa-apa saya juga baru datang, ayo silahkan duduk" 

Awan segera duduk tepat dihadapan Arkan "jadi bapak mau bicara apa sama saya?" Tanya Awan tutup poin 

"Ah tidak lebih baik kita makan dulu, baru nanti kita bahas. Kamu mau pesan apa?" Tanya Arkan

"Terserah Bapak aja"

Makanan pesanan mereka akhirnya datang membuat kedua nya pokus pada makanan masing-masing. Hingga akhirnya makanan keduanya telah tandas Arkan menatap Awan yang tengah menanti ucapannya

"bismillahirrahmanirrahim, Awan Mentari sejak pertama kali saya melihat kamu di cafe ini saya merasakan ada yang berbeda dalam diri saya. Awalnya saya ragu dengan apa yang saya rasakan namun setelah pertemuan kedua kita di Masjid Ar Rahman saya langsung memantapkan hati saya. Namun ternyata Allah menguji saya, kurang lebih dua tahun kamu hilang tanpa kabar membuat saya diambang kebimbangan dan Alhamdulillah saat pertemuan kemarin saya sadar saya tidak ingin kehilangan kamu lagi. Jadi Awan Mentari maukah kamu menikah dengan saya, Menyempurnakan agama saya, menjadi istri sekaligus ibu untuk anak-anak saya kelak dan yang Paling penting mengejar Ridho serta Syurga-NYA bersama saya serta membina keluarga yang sakinah mawadah warahmah" 

Awan tertegun mendengar ucapan laki-laki yang tadi malam tiba-tiba memintanya bertemu hari ini. Dia tidak menyangka bahwa pertemuannya dengan laki-laki 5tahun lebih tua darinya ini adalah untuk sebuah ungkapan perasaan

"Saya memang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu Awan,  Kemewahan dan yang lainnya. Namun tolong tegur saya jika suatu saat saya khilaf. Semalaman saya berpikir setelah pulang dari acara seminar tentang pertemuan ketiga kita, saya tidak sanggup melihat kamu bersama dengan orang lain maka dari itu saya bertekad ingin menyampaikan perasaan saya. Tolong ijinkan saya agar bisa menjadi imam kamu"

Lagi dan lagi awan hanya terdiam enggan memberikan respon apa-apa membuat Arkan takut dengan jawaban yang akan di berikan gadis itu

"Awan?" tegurnya

Sebelum menjawab gadis itu menarik nafas kemudian menghembuskan dengan kasar tampak prustasi mendengar ucapan Arkan

"Bapak serius?" tanyanya

"sangat,  saya sangat serius" ucap Arkan yakin

"Saya adalah orang yang tidak suka berbagi hati, jadi apa bisa Bapak menjanjikan akan setia hanya pada saya?" Tanya Awan mengungkapkan ketakutannya jika menikah

"Inshallah saya hanya akan menjadikan kamu satu-satunya wanita yang bergelar istri dihidup saya" 

"Lantas bagaimana dengan Ka Sharly? Bukankah kemarin Bapak membawanya ke seminar seolah menunjukan pada dunia bawa dia adalah pasangan Bapak?" Tanya Awan lagi ketika mengingat pertemuannya dengan Sharly, wanita yang dibawa Arkan pada saat seminar kemarin. Dia tidak mungkin semudah itu percaya pada Arkan saat dengan jelas dia telah menggandeng wanita lain di depannya

"Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Sharly. Dia sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Saya bertemu dengan dia saat kamu pergi, kita memang dekat tapi saya harap kamu percaya bahwa saya tidak memiliki perasaan lebih dari kasih sayang kakak terhadap adiknya" Arkan tahu dia salah bagaimana mungkin Awan percaya begitu saja dia serius sedangkan kemarin dia terus bersama Sharly di acara seminar

"Baik saya akan berusaha percaya tapi maaf saya tidak bisa memberikan jawabannya sekarang,  beri saya waktu"

"berapa lama?"

"dua minggu" ucapnya membuat Arkan menatap tak setuju

"Enggak itu kelamaan, satu minggu" tawar Arkan

"10 hari"

"satu minggu,  jika tidak saya akan langsung menemui orang tua kamu" ucap Arkan yang lebih terdengar seperti ancaman

"baik satu minggu,  saya harap bapak tidak keberatan apapun keputusan saya nanti dan dapat menerimanya"

"iya,  saya akan menerima apapun jawaban kamu"

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status