Share

4. Perdebatan

Author: Kirana Quinn
last update Last Updated: 2023-02-03 04:52:03

Sepanjang jalan pak Handoko dan Nyonya Nagita berdebat terkait upaya perjodohan Fajar dan Zahira.

"Papa sih, harusnya papa mendukung mama untuk menyatukan mereka, ini malah papa mendukung nyonya Naning, sepertinya mereka dari keluarga baik-baik pa," ucap Nagita sebal.

Menurut nyonya Nagita, walau baru saja mengenal keluarga itu tapi dari penolakan secara halus nyonya Naning membuatnya bisa menilai jika mereka bukan keluarga mata duitan. Berbeda dengan kekasih Fajar sekarang, Nagita sangat tidak menyetujuinya.

"Dengar ma, nyonya Naning benar, sekarang bukan zamannya menjodohkan anak-anak, biarkan mereka memilih sendiri pasangan hidupnya, yang akan menjalani rumah tangga itu anak-anak kita ma," nasehat tuan Handoko.

Mendengar nasehat itu bukan meredakan amarah isterinya tetapi malah menyulut emosi sang isteri.

"Oh jadi papa lebih mendukung wanita yang bernama Akila itu? Sampai matipun mama tak akan menyetujuinya, atau jangan-jangan papa memang tertarik juga dengan gadis itu?!" tuduh Nagita penuh emosi.

Tuan Handoko menarik nafas dalam, berdebat dengan ibu-ibu itu pasti tak akan ada akhirnya, untuk meredam amarah Nagita akhirnya Handoko mengalah.

"Yah terserah mama saja, tapi jangan memaksakan kehendak pada keluarga Mulyono ma, walau mereka bukan orang kaya tetapi mereka memiliki prinsip hidup yang kuat," Handoko mengalah.

"Iya, mama tidak akan memaksa anaknya Mulyono menikah dengan Fajar, yang mama ingin Fajar menikah sekarang dengan siapa saja terserah asalkan bukan Akila, gadis itu licik pa, dia hanya menyukai materi."

"Itu penilaian mama saja, siapa tau gadis itu wanita baik-baik," bela Handoko.

"Hmm papa mulai membela gadis itu lagi, maunya papa apa sih? Bukankah papa pernah bilang jika papa melihat gadis itu berduaan dengan pria seusia papa, ada apa lagi ini pa?"

Handoko teringat jika dia pernah melihat Akila berjalan bersama seorang pria seusianya, tapi bisa saja itu ayah atau pamannya. Atau bisa saja dia salah liat. Sebenarnya Fajar hanya menunjukkan foto gadis itu tapi belum pernah sekalipun dia membawanya ke rumah karena takut pada ibunya

"Terus maunya mama apa? Kita sudah semakin tua, usia Fajar juga sudah dua enam, pria seusianya sudah wajib nikah. Kita harus tanya Fajar dia maunya bagaimana?"

Nagita terlihat bersemangat, dia menghubungi beberapa teman sosialitanya.

"Hallo, jeng katamu ponakanmu yang dokter itu sudah kembali dari Australia, bagaimana kalau kita jodohkan dia dengan Fajar?"

Handoko melirik isterinya lalu geleng-geleng kepala. Entah apa jawaban temannya yang bernama Ajeng Handoko tak mendengarnya, dia hanya bisa mendengar Nagita sangat bersemangat sebelum menutup teleponnya.

"Pa!"

"Hmm!"

"Ponakannya Ajeng lulusan kedokteran di Jerman, dia nanti akan datang ke rumah membawa ponakannya sekalian di kenalkan sama anak kita, bagaimana?"

"Terserah mama saja, tapi ingat jangan paksa orang kalau dia tidak mau!"

"Aduh papa, siapa yang tidak mau sama anak kita pa, sudah tampan, berduit lagi. Wanita bodoh yang menolaknya pa!"

Nagita kini bersemangat, dia sedang menunggu Ajeng mengirimkan foto gadis itu.

"Wow! Cantik sekali pa, lihat ini!" Nagita menunjukkan foto ponakan Ajeng yang baru saja di terimanya melalui W******p.

Piiiip...!" Handoko nyaris menabrak mobil di depannya gara-gara ulah isterinya. Handoko hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

"Besok malam mereka ke rumah pa, hubungi Fajar agar pulang ke rumah, jangan biarkan dia tinggal di apartemennya itu. Takutnya Akila menggodanya dan kita yang kena imbasnya."

"Kalau Fajar menolak bagaimana?" pancing Handoko.

"Kita harus punya akal yang panjang pa, papa berakting pura-pura sakit atau bagaimana gitu!"

"Gita...Gita, kau itu jangan aneh-aneh, bagaimana kalau bersandiwara sakit terus malah jadi sakit beneran, yang rugi siapa?" ujar Handoko.

"Ih...amit-amit, atau begini saja, papa harus beri ultimatum padanya, jika dia menolak menikahi ponakan Ajeng maka ahli waris perusahaan jatuh ke tangan pandu!"

Handoko menghempaskan nafasnya dengan kuat, lagi-lagi istrinya ini tak mau kalah.

"Itu maksa namanya ma!"

"Ah... pokoknya serahkan semuanya sama mama, Fajar itu takut menyakiti mama, tapi dia juga sangat segan padamu pa, sebentar mama akan menghubunginya untuk pulang ke rumah. Mama tak mau dia terus berduaan dengan gadis itu!"

Perdebatan berakhir dengan diamnya Handoko, memang sulit menghadapi ibu-ibu. Untunglah dia punya segudang kesabaran, tapi walau isterinya ini punya kekurangan Handoko tetap menyayanginya.

Sementara itu saat Akila sedang makan siang bersama Fajar di sebuah cafe, teleponnya berdering. Dari layar muncul nama Zahira.

"Hai Ira gimana?"

"Aku sudah pisahkan loh bajunya, bagus-bagus semua, sekitar sepuluh buah," ucap Zahira dari seberang telepon.

"Aku sedang makan bersama pacarku, setengah jam lagi aku ke sana!"

Akila menutup sambungan teleponnya.

"Siapa?" tanya Fajar.

"Teman baruku namanya Zahira, dia penjual pakaian bekas!" jawab Akila dengan santai.

"Kau masih terus mengoleksi pakaian bekas itu untuk apa? Bukankah aku sudah memberikanmu uang untuk belanja pakaian di butik?"

Fajar tak mengerti dengan Akila, entah dikemanakan uang yang sering di berikan Fajar, kekasihnya itu malah senang memakai baju bekas. Sebenarnya Fajar tak tau jika Akila sengaja berusaha menarik simpatiknya agar Fajar semakin yakin jika dia bukanlah gadis matre.

"Aku tak ingin menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting, uang yang kau berikan aku selalu simpan biar kelak saat kita membutuhkannya bisa menggunakan uang itu," kata Akila sambil menggenggam tangan Fajar.

Hanya Fajar yang tau jika baju yang dikenakan Akila bukan pakaian bermerek, teman-teman kuliahnya tau jika dia menggunakan pakaian yang mahal, apalagi semua orang tau jika kekasihnya seorang pengusaha kaya.

Kedua pasangan ini saling mencintai satu sama lain, Fajar tak pernah mau memaksakan kehendaknya pada Akila begitu juga sebaliknya. Fajar berniat ingin menikahi Akila setelah proyek pembangunan Rumah Dinas Pemerintah Daerah selesai. Dia ingin mempertemukan pacarnya itu dengan kedua orang tuanya tetapi belum kesampaian. Tetapi Fajar sudah pernah menceritakan sosok Akila pada kedua orang tuanya, walau dia tahu ibunya sedikit keberatan tetapi dia bertekad untuk menikahi gadis itu. Gadis yang dikenalkan sahabatnya ini sangat menarik hatinya. Mereka sangat cocok satu sama lain. Tak pernah ada perdebatan, jika salah satu dari mereka marah maka yang lainnya mengalah.

"Aku ke terminal dulu ya? Kasihan Zahira sudah menungguku. Tadi katanya dia akan ke Rumah Sakit menjenguk ayahnya!"

"Aku antar ya?" tawar Fajar.

"Tidak usah aku bisa pakai grab saja," tolak Akila halus.

"Setelah ini belajarlah mengemudi aku akan membelikanmu sebuah mobil agar kau tak perlu susah-susah naik gojek atau grab lagi!"

Hati Akila berbunga-bunga, tidak sia-sia punya pacar orang kaya, dia akan memamerkan pada teman-temannya jika dia akan dibelikan mobil baru oleh pacarnya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   34. Kematian mendadak

    Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   33. Dentuman di Atap Rumah

    Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   32. Gosip Tetangga

    Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   31. Permintaan Armando

    Resepsi berakhir dengan sangat menyebalkan bagi Akila namun dia tak menunjukkannya pada Armando, dia sangat iri karena semua tamu lebih memilih memuji Zahira ketimbang dirinya. Apalagi Fajar bahkan tak meliriknya sama sekali."Tunggu Fajar, aku akan membuatmu menderita bersama Zahira mu itu!" tekad Akila di dalam hati.Tuan Handoko dan nyonya Nagita tetap memperlakukan mereka dengan baik, Akila bahkan tak pernah di izinkan untuk ke dapur walau hanya sekedar menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semua sudah disiapkan maid."Ma, aku sebaiknya masuk pesantren saja tahun ini!" pinta Pandu tiba-tiba.Nyonya Nagita tentu saja terkejut dengan permintaan putra bungsunya itu, padahal semula mereka yang menawarkannya masuk ke sekolah pesantren namun anak itu menolak."Benarkah? Bukankah sebulan lagi pengumuman kelulusan, pesantren mana yang kau inginkan nak?""Aku ke pesantren di Jawa Timur saja!" "Jauh sekali? Tapi tak apa nak, mama nanti akan beritahu papa!""Aku ingin berangkat Minggu depan, a

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   30. Resepsi yang di nanti

    Handoko tetap berusaha memenuhi janjinya sebagai seorang kakak, dia menyiapkan acara resepsi yang cukup mewah untuk Armando dan Akila yang di gelar di rumahnya atas permintaan Armando.Nampak kesibukan di sana sini, Wedding Organizer yang membantu penyelenggaraan pesta malam ini. Handoko segera mengirimkan pesan pada Armando. Dan tak lama kemudian kedua pasangan itu tiba.Nagita telah menyiapkan kamar khusus untuk kedua mempelai itu, Akila tersenyum bahagia. Kini di berhasil masuk ke rumah mewah itu tanpa harus menikah dengan Fajar."Sayang, aku sungguh bahagia. Ini adalah kado terindah bagiku. Aku ingin tinggal di rumah ini selamanya!'" Kata Akila sambil menatap kagum kamar besar yang kini mereka tempati."Kau akan memiliki rumah ini sayang!" jawab Armando.Acara resepsi akan di gelar malam nanti sehingga mereka berdua masih memiliki waktu yang cukup untuk berbincang."Kau sangat optimis, memangnya seberapa besar andilmu terhadap rumah ini?" tanya Akila sambil tangan nakalnya mulai b

  • Ikhlaskan Hatimu, Aku Pergi!   29. Kejutan untuk keluarga Handoko

    Waktu yang di nanti Armando akhirnya datang juga, ini baru permulaan selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat menarik. Dengan dendam yang membara dia akan melemparkan saudara tirinya itu ke jalanan.Penghulu sudah siap, begitu juga kedua mempelai."Apa sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu."Tunggu beberapa menit lagi pak, saudara saya pasti sebentar lagi tiba!" pinta Armando.Benar saja, terdengar suara mobil yang berhenti di depan kantor urusan agama, Fajar dan Zahira tiba lebih dulu setelah itu kedua orang tuanya."Apa benar paman Armando menikah hari ini?" tanya Fajar saat ayah dan ibunya turun dari mobil."Iya, ayo kita lihat!" jawab Handoko."Pandu nggak ikut ma?" tanya Zahira."Sudah di ajak tapi dia lebih memilih menggambar di kamarnya!"Keempatnya berjalan beriringan, Fajar tak sengaja melihat ibu Kinara dari kejauhan."Sedang apa ibu Kinara di sini?" gumamnya dalam hati."Mereka sudah tiba!" bisik Sehan.Armando tak memalingkan wajahnya sedikitpun, dia menunggu kakak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status