Share

Jalan berdua (08)

"Siap kapten!" sahut Fabio senyum semangat sembari hormat ke arah Zia.

"Ya udah, lo duduknya disana dong!" menunjuk kursi yang ada di depannya, "Jangan deket-deket gue juga!" ucap Zia mendorong lembut pundak Fabio sembari tersenyum tipis di wajahnya.

"Iya-iya." kata Fabio tersenyum dan berjalan ke arah kursi yang telah di tunjuk Zia tadi.

Akhirnya makanan yang Lazia tunggu pun datang. Makanan yang sama dengan makanan yang Fabio makan tadi. Lazia mengesekan kedua tangannya siap-siap untuk menyantap lahap makanan yang ada di depannya, namaun niat Lazia terhenti saat melihat Fabio yang dari tadi sedang memperhatikannya.

"Lo mau?" tanya Zia dengan raut muka datar.

"Enggak" mengelekan kepalanya, "Kan, gue udah makan tadi," jawab Fabio

"Oh." ucap Zia.

Tak memikir lama lagi, Lazia langsung menyantap hidangan itu dengan lahapnya. Apa lagi Lazia benar-benar lapar karena jam telah menunjukan pukul 19:13 yang biasanya Lazia makan malam jam 18:03.

Lazia sesekali melirik ke arah Fabio yang sedang tersenyum duduk di bangkunya.

"Lo kenapa si lihatin gue kaya gitu?" tanya Zia sedikit menaikan intonasi.

"Emangnya kenapa?" tanya balik Fabio.

"Gue enggak suka!"

"Atau jangan-jangan lo mau, ya!" ujar Zia merayu Fabio.

"Bukan itu, gue beneran udah kenyang kok. Gue cuman heran aja, lo itu lapar? Atau doyan?!" sahut Fabio terkekeh.

Muka Lazia memerah mendengar perkataan Fabio tadi, menundukan kepalanya sejenak lalu kembali melihat ke arah Fabio dengan raut muka menantang.

"Enggak!"

"Gue enggak lapar. Apala lagi doyan, sama makanan murahan di pinggir jalan ini"

"Gue cuman enggak tau aja harus ngapain disini, makanya gue terpaksa makan!" kata Zia dengan nada datar dan memajukan makanan yang tadi dia makan ke tengah-tengah meja lalu mengambil selembar tisu.

"Oh gitu!" ucap Fabio tersenyum sembari mengakguk-ngakgukan kepalanya.

"Udah malam, gue pengen pulang." ujar Zia mengambil tas kecilnya dan beranjak keluar dari rumah makan.

Di luar, tepatnya di depan rumah makan. Lazia menunggu Fabio yang telah lima belas menit lamanya Fabio tidak keluar dari rumah makan. Melihat tangannya sembari melihat kendaraan lalulalang di depannya.

Dan akhirnya Fabio keluar dari rumah makan itu dengan kantong keresek berukuran sedang di tangannya.

"Lama banget, si!" ucap Zia dengan nada tinggi.

"Maaf, soalnya gue beli makanan. Buat om Sopandi!" kata Fabio tersenyum sembari mengakat keresek di tangannya.

"Itu?" tanya Zia menunjuk kantong keresek.

"Iya," jawab Fabio.

Menghembuskan nafas lembut, "Ya udah cepat, order taxi lagi!" ujar Zia.

"Taxi? Duit gue udah habis," sahut Fabio terkekeh.

"Apa lo bilang?! Habis?" dengan nada tinggi.

"Enggak, gue enggak pengen pulang jalan kaki!" ucap Zia sembari mempalingkan wajahnya dari Fabio.

"Ya udah, tapi gue jalan kaki aja. Itung-itung olah raga!" kata Fabio tersenyum sembari berjalan melewati Zia.

"Gue males banget jalan kaki. Dompet gue juga ketinggalan lagi" batin Zia

"Kenapa si ayah seneng banget kalau gue deket-deket sama cowo bereksek itu!" batin Zia sembari meledek dari jauh seperti seorang anak kecil.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status