Share

Bagian 07

Chit!

Taxi yang ditumpangi Lazia dan Fabio berhenti di depan rumah makan sederhana yang berada di pinggir jalan raya.

Lazia mengkerutkan dahinya, melihat ke arah warung yang berada di samping pintu keluarnya. Lalu melihat kearah Fabio, yang ternyata Fabio sedang melihatinya dengan senyum tipis di wajahnya.

"Tunggu apa lagi? Ayo turun." ujar Fabio lalu beranjak keluar dari taxi.

. . .

"Makasih mas!" teriak Fabio. Melihat taxi yang ditumpanginya telah berjalan pergi sembari melambaikan tangan.

Lazia masih tidak bisa membayangkan jika harus diner di sebuah rumah sederhana di pinggir jalan. Lazia terbangun dari lamunannya saat Fabio merangkul erat Lazia dan membawanya masuk.

Di dalam rumah makan itu, ada seorang wanita yang merupakan pemilik rumah makan. Melihat tersenyum ke arah Fabio yang sedang merangkul Lazia.

"Lo apa-apaan, si? Lepasin!" bentak Zia dan melepaskan rangkulan Fabio dengan kasar.

"Galak amat," ucap Fabio terkekeh.

"Na, Fabio bawa siapa?" tanya Wanita pemilik warung sembari tersenyum.

"Oh ini, bi!" melihat ke arah Zia sembari tersenyum.

"Saya nemu di depan. Saya kasih uang, ehk taunya dia malah ngikutin saya sampai sini!" ledek Fabio tersenyum sambil berjalan ke arah sebuah meja yang tidak jauh darinya.

Lazia mendengar perkataan Fabio tadi benar-benar membuat darah tingginya naik. Memayunkan bibirnya sembari menghentakan kaki pelan ke lantai, menandakan Lazia benar-benar marah di buatnya.

"Oh," kata Wanita pemilik rumah makan.

"Bi, pesan makanan yang biasa ya, bi!" ujar Fabio sembari melihat Zia yang masih berdiri di depan pintu masuk.

"Berapa?" sahut Wanita pemilik rumah makan dari tempat kasir.

"Satu aja bi!" teriak Fabio tersenyum, yang masih melihat muka kesal Lazia yang berdiri di depan pintu.

Lazia menarik nafas panjang lalu berjalan ke arah kursi yang berada di depan Fabio. Tanpa melirik Fabio sedikit pun dan meletakan tas kecilnya di meja dengan kasar.

"Lo kenapa, si?" tanya Fabio tersenyum.

"Enggak usah ditanya!" jawab Zia dengan nada tinggi, melipat kedua tangannya di dada tanpa melirik sedikit pun ke arah Fabio yang berada di depannya.

. . .

"Ini benar-benar enak!" ucap Fabio sambil terus menyantap makanan yang ada di depannya.

Lazia hanya bisa menelan air liurnya melihat Fabio memakan makanan yang menurutnya sangat enak. Melihat sesekali ke arah Fabio, sampai tak sengaja Fabio melihat ke arah Lazia yang sedang melihatinya. Sepontan muka Lazia berubah menjadi merah tomat lalu mempalingkan wajahnya, pura-pura tidak melihat Fabio yang sedang makan.

"Lo mau?" tanya Fabio lalu meletakan garpu dan sendok di meja.

"Enggak!" jawan Lazia, dengan masih tidak melihat Fabio.

Sreek...

Fabio menggeser makanan ke arah depan Lazia diikuti jus dan tisu.

"Ambil," kata Fabio.

Tak!

"Lo kira gue kucing apa! Lo kasih makanan sisa buat gue!" teriak Zia setelah memukul kuat meja, sembari berdiri dari kursinya. Semua orang yang berada di rumah itu sepontan melihat ke arah meja mereka.

"Maaf, maaf semuanya! Hehe," ucap Fabio tersenyum ke arah orang-orang yang melihat ke arahnya sembari berjalan ke arah Zia

"Lo baperan banget si! Gue cuman becanda tau!" ujar Fabio berbisik dengan muka yang ketakutan sembari memegang kedua pundak Zia untuk meredam amarahnya.

Lazia duduk kembali di kursinya, Fabio juga duduk namun berada di samping Lazia. Dengan raut mukanya yang panik.

"Gue cuma becanda ... Maaf, ya!" ucap Fabio tersenyum sembari menyingkirkan makanan tadi dari hadapan Zia. Zia hanya diam dengan kedua tangannya di dada.

"Bi pesan lagi satu! Tapi yang ini harus spesial bi!" teriak Fabio.

"Kenapa?" tanya Wanita pemilik rumah makan teriak.

"Soalnya yang ini, buat nenek dari cucu-cucuku nanti!" jawab Fabio tersenyum. Zia yang mendengar perkataannya itu membuatnya hampir tertawa.

"Siap!" ucap Wanita pemilik rumah makan.

"Lo enggak Marcel lagi 'kan sama gue ... Iya, kan!" kata Fabio merayu Zia.

"Iya-iya. Tapi ingat! Jangan lo ulangin lagi," ujar Zia. 


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status