Share

Part 8

Sesuai yang telah direncanakan, Bulan dan Farel hari ini akan berangkat ke Bali. Yap! Farel telah berhasil mendapatkan ijin dari mama Bulan untuk membawa cewek itu berlibur.

Semua tiket, penginapan, dan hal lain di sana sudah diurus oleh Farel. Bulan hanya perlu duduk santai menikmatinya.

"Lo udah beberes, kan?" tanya Farel yang pagi ini sudah berada di rumah Bulan.

Bulan menangguk sebagai jawaban.

Mereka akan berangkat ke sana pukul tiga sore, jadi saat mereka sampai di sana bisa istirahat dulu sebelum memulai trip mereka besok pagi.

"Jalan dulu mau?" tawar Farel mendongak menatap Bulan yang duduk di sofa dengan dirinya berada di karpet bulu.

"Gak, lo pulang aja!" usir Bulan.

Farel berdecak. "Ayo jalan dulu!"

"Gue gak mau!"

"Kenapa sih? biasanya lo juga mau."

"Rigel mau ke sini!"

"Ngapain? Jadi lo gak mau gue ajak karna dia mau ke sini? Dan lo malah nyuruh gue pergi, biar lo bisa berduaan sama dia, gitu?"

"Iyalah pakai nanya!"

"Gue di sini kalau gitu!" putus Farel, naik ke sofa dan merebahkan tubuhnya.

Bulan berdecak. "Pulang aja sana! Lo mau jadi nyamuk di sini?"

"Gue gigit tu manusia biar mampus sekalian!" kesal Farel.

Bulan mendengus. "Rel, pulang!"

"Gak gak gak, gue di sini sampai berangkat. Nanti sekalian barang gue dibawa sini sekalian berangkat"

"Lo berangkat dengan tampilan kek gini?" tunjuk Bulan pada Farel yang hanya memakai celana jeans setengah lutut dan kaos putih.

"Gue bisa mandi di sini. Lagian gini aja gue tetep ganteng!" pede Farel.

Bulan memutar bola matanya. "Terserah lo!"

Ting.tong.ting.tong

Baik Farel dan Bulan saling berdiri hendak membuka pintu.

"Biar gue aja!" Farel menahan Bulan yang bangkit.

"Apaan sih, gue tuan rumah. Lo diam di sini!"

Farel mendudukkan Bulan ke sofa. "Stay here!"

Bulan mendengus, membiarkan cowok itu membukanya.

"Nyari siapa?" dingin Farel kala pintu telah terbuka, menampilkan Rigel di sana.

Rigel sedikit kaget melihat Farel ada di sini, namun dengan cepat ia sembunyikan keterkagetannya. "Bulan mana?"

"Ada! Lo ada perlu apa? Biar gue sampaiin!"

"Gue mau ketemu Bulan!"

"Ketemu pasti ada alesan, bilang aja ntar gue sampaiin!"

Rigel memainkan lidah di pipi. "Tanyain sama Bulan, gue yang disuruh ke sini!"

"Masuk lo!" Farel memberi jalan masuk untuk Rigel.

"Rigel! Lo udah dateng?" Bulan berdiri. "Sini silakan duduk!" kata Bulan dengan senyum manisnya.

"Gak usah senyum-senyum!" Farel membekap mulut Bulan, mendorongnya untuk duduk dan Farel nempel di sebelahnya dengan tangan memeluk posesif pinggang Bulan.

Rigel melihatnya, mengalihkan pandangan menjelajahi rumah cewek itu.

"Rigel, mau minum apa?"

"Terse-"

"Samain aja sama gue!" potong Farel.

"Gue gak nanya sama lo!"

"Tapi dia bakal ngomong terserah, ya udah samain aja sama gue!"

Bulan mendengus menatap Farel kemudian bangkit menuju dapur. Tersisalah Farel dan Rigel yang saling terdiam.

"Jangan naksir Bulan, dia punya gue!" kata Farel penuh penekanan.

"Lo siapanya Bulan? Bukannya lo gak ada hubungan apa-apa sama dia, jadi lo gak berhak nglarang gue! Bulan juga gak keberatan tuh gue deketin." balas Rigel, santai.

"Gue sama Bulan emang belom ada hubungan, tapi gue gak suka lo ganggu milik gue!"

"Gak usah adain hak milik, belum tentu dia mau nrima lo!"

Farel menggertakkan giginya kuat, jika saja Bulan tak datang. Mungkin Farel sudah membabi buta cowok tengil itu.

Bulan dapat merasakan atmosfer panas kala ia datang dengan nampannya.

"Nih minum dulu biar adem!" sindir Bulan pada keduanya.

Farel dengan cepat mengambil gelas, meneguknya hingga tandas. Begitupun dengan Rigel.

"Haus ya? Mau gue bikinin lagi?"

"Gak usah bertele-tele, lo ngapain nyuruh dia ke sini?"

Mendengus, Bulan memberikan paper bag pada Rigel yang naasnya langsung direbut Farel.

"Lo ngapain sih?" kesal Bulan saat Farel membuka paper itu.

"Atas nama Bulan makasih, silakan pergi!" ucap Farel melempar paper itu dihadapan Rigel.

Bulan melotot tajam pada Farel. "Apaan sih nyuruh-nyuruh orang pergi!"

"Lo kan mau siap-siap, biarin dia pergi!"

"Gue pamit!" kata Rigel berdiri.

Bulan ikut berdiri. "Makasih ya! Maafin Farel orangnya emang gak baik."

Farel melotot tak terima dengan ucapan Bulan, hendak berdiri namun langsung ditahan Bulan.

"Ya udah gue duluan, thanks ya!" Rigel mengacak rambut Bulan.

Bulan tersenyum manis membalas perlakuan Rigel, sedangkan Farel tengah mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Hati-hati!" teriak Bulan kala Rigel hendak keluar dari pintu rumahnya, cowok itu tersenyum lalu pergi.

Farel berdiri, mengacak rambut Bulan hingga benar-benar berantakan.

"Rel, lo apa-apaan sih?" kesal Bulan.

"Lo yang apa-apaan! Pakai nyuruh dia ke sini!"

"Ini rumah gue! Ya suka-suka gue mau nyuruh siapapun ke sini. Lo gak ada hak bu-"

Sret...

Farel menyentak Bulan ke dinding dan mengukungnya, dapat Bulan rasakan deru nafas cowok itu yang tak beraturan. Sorot tatapannya juga menatap Bulan tajam. Bulan menelan ludahnya, takut.

"Apa susah buat paham sama perasaan gue?"

Bulan terdiam.

"Apa lo gak bisa ngeliat perjuangan gue?"

"Gue perjuangin lo lebih dari dua tahun, tapi lo gak pernah ngelirik itu!"

"Sedangkan cowok lain, sehari dua hari kenal, lo langsung jadian sama mereka!"

"Apa gue harus jadi mereka dulu biar bisa masuk ke hati lo?"

"Kita emang deket, raga doang tapi nggak dengan hati!..."

"Kasih gue alasan untuk berhenti perjuangin lo, kalau emang lo bener-bener gak bisa milih gue?"

Bulan menunduk.

Terdengar helaan nafas Farel. "Gue nolak banyak perasaan bukan karna lagi merjuangin lo..."

"Tapi gue pengen ngebuktiin ke lo... Kalau gue bukan seperti mereka, yang memperjuangkan satu orang tapi juga menyebar hati ke yang lain. Siapa yang berhasil ditaklukin duluan dia yang jadi pemenang dan ninggalin tujuan awalnya, merjuangin seseorang."

Farel mengambil tangan Bulan, menggenggamnya. "Gue bisa aja kayak gitu! Tapi balik lagi ke tujuan awal gue, gue cinta sama lo! Gue pengen lo jadi milik gue! Makanya gue perjuangin lo,"

"Lo liat, selama ini gue gak pernah nuntut lo buat bales perasaan gue! Gue selalu ngasih lo waktu!... Dua tahun bukan waktu singkat buat terus bertahan, ngeliat lo yang jadi cewek orang, ngeliat lo deket sama cowok lain... hati gue udah kayak besi anti karat!"

"M-ma-maafin gue!" tutur Bulan terbata-bata.

Farel terdiam, ia masih sangat mencintai Bulan, ia tak ingin menyerah sekalipun Bulan belum menyukainya juga.

"Apapun yang gue terima dari mencintai lo selama ini, sampai detik ini gue masih ingin merjuangin lo tanpa berhenti!" tekan Farel, memeluk Bulan erat.

***

"Bersihin diri dulu! Abis itu kita cari makan," ucap Farel sembari memberikan kunci kamar cewek itu.

Bulan mengangguk, setelah dramanya tadi, ia menjadi lebih pendiam, merasa canggung pada Farel. 

Meski begitu mereka tetap berangkat ke Bali. Bahkan cowok itu masih menunjukan rasa perhatiannya pada Bulan.

Bulan menatap cowok itu yang memasuki kamar di sebelah kamarnya. Menghela nafas Bulan memilih segera masuk membersihkan diri.

Tiga puluh menit berlalu, Bulan yang baru saja selesai merapikan diri dikagetkan dengan ketukan pintu kamarnya. Bulan segera membukakan pintunya.

"Udah selesai?" tanya Farel.

"Gue ambil tas dulu." ucapnya yang di angguki Farel.

Bulan segera mengambil tas slempangnya lalu menghadap cermin menghela nafas sedalamnya.

"Ayo!" 

Farel mengangguk, meraih tangan Bulan, menggenggamnya.

Sesampainya di tempat makan, Bulan memesan dengan Farel yang ngikut saja. Hanya terdengar dentingan garpu yang beradu sendok, tanpa ada sepatah kata dari mereka, mereka saling diam. 

"Jangan canggung gini, gue gak suka!" ungkap Farel kala mereka telah selesai makan.

Bulan menoleh. "Gue harus gimana?"

"Bersikap seperti biasa! Ucapan gue tadi bukan acuan berantakin hati lo! dan lo gak perlu ngerasa bersalah, karna gue yang milih mencintai lo, jadi gue harus trima resikonya. Nggak sekarang, gue yakin lo juga bakal punya rasa sama gue, nanti!" ucap Farel, mengelus tangan Bulan.

"Harusnya lo gak milih gue dari awal! Dan mungkin seharusnya kita gak usah dipertemukan!" 

"Gue juga maunya gitu... Tapi balik lagi, sama seperti yang lo katakan, ending yang gak kita tau, perjalanan cerita yang bikin tanda tanya, dan perkenalan yang tanpa terduga bahkan tanpa diminta, semua udah diatur sama penulis, kita hanya perlu ngajalanin ini semua. Itu udah ngejawab pertanyaan lo kenapa saat ini kita dipertemukan."

Bulan termenung diam, hanya terdengar helaan nafas Farel.

"Kita ke sini untuk liburan bukan cari obat penenang. Ayo nikmatin, lepasin beban!"

Bulan mendongak menatap Farel. "Maaf!"

"Jangan minta maaf! Kita gak ngelakuin kesalahan. Udah lupain! Kita lagi liburan, jangan ngerusak momen, jarang-jarang kita bisa berduaan gini terus" kata Farel mengacak sayang rambut Bulan.

Bulan tersenyum tipis.

"Lo itu udah cantik! Akan semakin cantik kalau lengkungan itu lo buka lebih lebar!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status