Share

Bab 79

Author: Fortunata
last update Last Updated: 2025-07-12 19:00:44

Rekaman percakapan itu terdengar cukup jelas. Suara bising di sekitar menandakan tempat itu bukan ruangan tertutup—kemungkinan besar Mike duduk cukup dekat dengan Citra dan Billy, mungkin di sebuah cafe atau restoran.

Dari isi rekaman, terbukti bahwa Citra dan Billy memang baru berkenalan. Percakapan mereka mengalir cepat, diawali saling goda ringan yang kemudian bergeser ke arah obrolan yang semakin vulgar.

"Oke... saya sepertinya bisa percaya," ucap Hadi dengan nada berat. Ia mengenali suara itu—tidak salah lagi, itu suara Citra.

"Selain itu, Pak, ada hal lain yang harus Bapak lihat," kata Mike, kali ini lebih serius.

Mike menyerahkan ponsel pada Hadi, memperlihatkan tangkapan layar hasil penelusurannya. Di layar, tampak pencarian nama kantor detektif swasta yang ternyata nihil hasil.

“Kantor detektif swasta ini tidak ada di internet. Mulanya saya berpikir apakah bisnis ini sangat dirahasiakan sehingga orang-orang tertentu saja yang tahu. Tapi sa

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 80

    Lalita memperhatikan salad wrap yang ada di tangannya dengan tatapan kosong. Perutnya terasa perih, sudah dari tadi menahan lapar. Hanya saja, situasi ini membuat selera makannya menguap.“Oke, Lita… jangan kayak orang susah. Jalan dikit aja beli lagi,” batinnya mencoba menenangkan diri.Akhirnya, ia menyerahkan salad wrap itu pada Diana. “Ya udah, nih…” ucapnya singkat.Baru melangkah ke arah kamar, suara Diana kembali memanggilnya.“Lit, lo hari ini gak masak? Kata Brian masakan lo enak banget.”Lalita menoleh sebentar, lalu menjawab datar, “Iya, lagi gak sempet.”“Yaaahhh… padahal pengen cobain…”Lalita menarik napas panjang. Ia mencoba tetap sabar. “Buka aja apa yang ada di kulkas, kayaknya masih ada lauk dikit. Itu semua gue yang masak, silakan ambil. Tapi pudding regal jangan, ya. Gue udah janji mau bawa ke kantor buat

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 79

    Rekaman percakapan itu terdengar cukup jelas. Suara bising di sekitar menandakan tempat itu bukan ruangan tertutup—kemungkinan besar Mike duduk cukup dekat dengan Citra dan Billy, mungkin di sebuah cafe atau restoran.Dari isi rekaman, terbukti bahwa Citra dan Billy memang baru berkenalan. Percakapan mereka mengalir cepat, diawali saling goda ringan yang kemudian bergeser ke arah obrolan yang semakin vulgar."Oke... saya sepertinya bisa percaya," ucap Hadi dengan nada berat. Ia mengenali suara itu—tidak salah lagi, itu suara Citra."Selain itu, Pak, ada hal lain yang harus Bapak lihat," kata Mike, kali ini lebih serius.Mike menyerahkan ponsel pada Hadi, memperlihatkan tangkapan layar hasil penelusurannya. Di layar, tampak pencarian nama kantor detektif swasta yang ternyata nihil hasil.“Kantor detektif swasta ini tidak ada di internet. Mulanya saya berpikir apakah bisnis ini sangat dirahasiakan sehingga orang-orang tertentu saja yang tahu. Tapi sa

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 78

    Citra, yang selama ini berkali-kali menghindar, akhirnya tak bisa mengelak lagi. Hari itu, ia duduk di meja makan, langsung berhadapan dengan Hadi.Udara siang yang biasanya hangat kini terasa dingin menusuk. Ketegangan terasa menggantung di udara.Ayam teriyaki dan capcay yang tersaji di atas meja tak lagi menimbulkan aroma yang menggugah selera. Rasa makanan turut terasa hambar di lidah, seolah seluruh bumbu ikut larut dalam kekakuan suasana.Tidak ada suara selain dentingan sendok dan garpu yang disentuh seadanya. Hanya tiga orang di sana—Hadi, Wita, dan Citra. Keheningan menyelimuti mereka sepanjang makan siang berlangsung.“Jadi, kamu belum jawab pertanyaan Papa,” suara Hadi memecah keheningan, dalam dan tegas. “Kenapa kamu gak angkat panggilan dari Bu Dina?”Wajah Citra langsung pucat. Tubuhnya menegang, jari-jarinya menggenggam kuat sendok di tangannya. Ia belum menjawab ketika Wita menyikut suaminya pelan, berharap ketegangan bisa diredam.

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 77 : Keren

    Lalita berdiri di depan layar proyektor, mempresentasikan materi yang diminta oleh Brian. Suaranya jelas dan tegas, meski ekspresinya tidak mencerminkan antusiasme.Cahaya dari proyektor membuat bayangan wajahnya tampak semakin kaku, seolah menyimpan sesuatu yang tidak ia ucapkan.Sepanjang presentasi, Lalita mencatat setiap masukan dari Brian dengan teliti. Namun, raut wajahnya tetap tertekuk—dingin, tak bersahabat.“Lit…” panggil Brian pelan, nyaris seperti bisikan, takut menyinggung.“Ada apa? Ada poin yang mau kamu tambahin?” Lalita menoleh sekilas, suaranya datar, tanpa intonasi hangat.“Gak ada…” jawab Brian cepat, kaget dengan respon yang diberikan Lalita.“Oke. Aku turun makan siang dulu kalau gitu.”“Tapi…” Brian ragu-ragu, langkah Lalita sudah menjauh.“Ada apa?” tanyanya, menoleh setengah hati.“Soal Diana&

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 76 : Ada yang Ngamuk (5)

    "Oke, panggil aja kalau butuh gue. Kayaknya gue baru bisa ikutan masuk siang nanti," ucap Brian."Iya, gue duluan," balas Ivan, lalu berjalan keluar menuju ruang meeting sebelah.Suasana di ruang rapat kembali tenang. Lalita langsung mengambil alih."Sambil nunggu dia balik, Ira sama Bobi udah punya dokumen panduan buat konfigurasi, kan ya?" tanyanya sambil melihat ke arah dua junior itu."Udah, Kak," jawab Ira dan Bobi serempak."Kalau gitu, boleh ditampilin di layar, biar kita review sama-sama," ucap Lalita, membuka tab catatannya.Konfigurasi sistem memang umumnya seragam antar perusahaan. Perbedaan biasanya hanya terletak di penamaan modul dan beberapa fitur minor. Tapi yang jadi krusial adalah urutan dan kelengkapannya — satu kesalahan kecil bisa membuat sistem tidak stabil."Gak apa-apa kan, Brian?" tanya Lalita, tetap memastikan."Boleh, silakan," jawab Brian singkat."Oke. Siapa yang mau t

  • Istri 24 Bulan Tuan Muda   Bab 75 : Ada yang Ngamuk (4)

    "Ira sama Bobi, kan?"Brian menatap dua junior yang baru saja diperkenalkan."Iya, kak..." jawab mereka bersamaan dengan gugup."Tadi kalian lihat Citra atau Aldo di luar?" tanya Brian lagi, mencoba memastikan.Belum sempat mereka menjawab, terdengar ketukan di pintu ruang rapat."Masuukkk..." ucap Brian, nyaris setengah lesu.Pintu terbuka dan Alina muncul, tampak tergesa."Guys! Si Citra baru dateng. Tadi udah gue suruh ke sini. Tapi kayaknya dia ke toilet dulu sebentar," lapor Alina."Okee, thanks, Lin!""Sama-samaa, bye!" Alina pun melenggang pergi.Beberapa menit berlalu.Citra masuk ke ruangan dengan langkah santai. Semua kepala langsung menoleh ke arahnya.Ivan, yang duduk di pojok ruangan, langsung memperhatikan penampilan Citra. Rambutnya masih dicatok ala idol Korea, lengkap beserta baju yang modelnya persis dengan milik Lalita—seolah belum menyerah dalam usahan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status