Share

Bab 2

Author: Megumi
last update Last Updated: 2023-11-25 20:13:23

"Kalau sekolah benar-benar digusur, gimana nasib anak-anak? Mereka tidak bisa belajar lagi," lirih Raina sedih.

Perempuan itu telah bergumul lama mengenai tempatnya mengajar agar tak digusur.

Raina bahkan sudah menjual semua aset berharga yang ia miliki dan mengambil seluruh tabungannya. Namun, tetap saja tidak cukup untuk menebus tanah tempat sekolah berdiri.

Mereka kalah bersaing dengan perusahaan besar di pelelangan.

Namun, siapa sangka pengosongannya akan secepat ini?

Padahal, Raina masih berusaha mencari cara supaya mereka tidak benar-benar diusir dari sana.

Raina mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, tempat ia berada saat ini, "Atau aku pindahkan mereka ke sini saja?"

Satu-satu hartanya yang masih tersisa, peninggalan orang tuanya, adalah sebuah rumah yang cukup besar dan nyaman.

Akan tetapi, rumah ini jelas masih terlalu sempit untuk menampung murid-muridnya yang kian bertambah banyak.

Lagipula, di situ tidak ada lapangan buat olahraga atau keperluan upacara.

Kurang efisien.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Raina. Sontak ia menoleh ke arah pintu utama dengan kebingungan.

Siapa yang datang malam-malam begini?

Tok tok tok!

"Ada orang di dalam?"

Pintu rumah Raina kembali diketuk. Kali ini, bahkan ada suara yang menyusul.

Hanya saja, Raina merasa tidak asing dengan suara itu….

Gegas, perempuan itu membuka pintu.

Namun alangkah terkejutnya dia saat menemukan ternyata pemilik suara tak asing itu adalah Bayu Edgardo!

Raina sontak menutup kembali pintu yang dibukanya.

Sayangnya, tenaganya kalah dengan Bayu yang segera menahannya.

Brak!

Pintu terbanting menghantam tembok dengan keras.

Setelah itu, Bayu dengan lancang melangkah memasuki rumah Raina tanpa disuruh.

"Bagus juga rumahmu," pujinya sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia serius dengan pujiannya, ekspresi kagum memang menghiasi wajah.

Desain rumah Raina yang bernuansa klasik memang sangat memukau.

Terkesan begitu asri dan nyaman.

Namun, Raina sama sekali tak menggubris pujian Bayu.

Dia justru berkata, "Dari mana kamu tau aku tinggal di sini?"

Bayu menyunggingkan senyum. "Itu bukan hal yang terlalu sulit. Kau bukan anggota intelijen yang identitasnya sulit ditemukan, kan?"

Raina menatap geram pria itu yang kini telah duduk bagai raja di atas sofa rumahnya.

Kaki kanannya bahkan terangkat bersimpuh pada lutut.

"Aku datang ke sini untuk meminta pertanggung jawabanmu atas kejadian tadi pagi. Gara-gara kamu, media jadi ramai!"

Sembari berkata, Bayu menekan tombol merah pada remot untuk menyalakan layar di hadapannya.

Benar saja, kejadian di mini market menjadi trending topik saat ini.

Hal itu pula yang menjadi alasan Bayu berada di rumah Raina sekarang.

Sang manajer menuntutnya menyelesaikan perihal tersebut. Kalau tidak, karirnya akan hancur.

Raina terperangah menyaksikan scene penyatuan bibir mereka memenuhi layar televisi.

Pipinya bahkan sampai memerah.

"Dasar aktor gila! Seharusnya, aku yang memarahimu. Seenaknya saja merebut ciuman pertamaku!"

Raina tak tahan lagi.

Ia meraih sapu yang tersandar di dinding sampingnya dan menyerang Bayu cepat.

"Apa-apaan ini? Hentikan!" ucap Bayu, "Jangan sampai kamu melukaiku, cacing pita!"

Raina melotot. "Aku bukan hanya bisa melukaimu, tapi membunuhmu kalau tidak segera pergi dari sini!"

Bagai kesurupan, perempuan itu terus mengayunkan sapu di tangannya menyerang Bayu dengan membabi buta.

Bayu jelas kewalahan. Dia pun akhirnya mengalah. "Baiklah, baik! Aku akan pergi!"

"Cepat pergi!" teriak Raina.

"Dasar wanita gila!" ejek Bayu, lalu melangkah cepat menuju pintu keluar.

Tampaknya, pria itu takut bila Raina melanjutkan serangannya.

Hanya saja, Bayu teringat hal yang perlu disampaikan. Jadi, ia pun segera berbalik setelah tiba di ambang pintu.

"Kamu harus jadi pacar pura-puraku!” ucapnya, "aku akan memberikan apapun yang kamu mau!"

"Aku tidak mau!" jawab Raina cepat dan lantang.

"Kau mau membuat karirku hancur?"

"Memang apa urusannya denganku? Aku tidak peduli!"

"Kau …."

Bayu berhenti bicara. Ia mengerti jika bersikap keras, Raina akan semakin menolaknya.

Sejenak pria itu menurunkan nada bicara. "Maafkan aku. Aku harap kamu mau menolongku, anggap saja aku memohon padamu, jadilah pacarku selama beberapa waktu."

Sayangnya, perhitungan Bayu meleset. Raina tetap menolaknya.

"Aku tak mau. Pergilah dari sini sekarang juga!" bentaknya.

Raina bahkan telah mengangkat tinggi gagang sapunya, bersiap menyerang Bayu lagi.

Usaha Bayu yang bersikap lebih lembut tetap gagal total, tetapi dia masih punya satu lagi jurus pamungkas, seharusnya Raina sulit menolaknya kali ini.

"Kalau kamu mau jadi pacarku, sekolah kesayanganmu itu tidak akan digusur!"

Raina yang bersiap mengayunkan gagang sapu ke arah Bayu sontak menghentikan gerakan.

"Dari mana kamu tahu tentang penggusuran sekolah?" ucapnya penuh kecurigaan.

Bersambung ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 67

    Bayu tak mendapati dandanan Raina yang mirip badut pancoran seperti yang dikatakannya, tetapi perempuan itu sangat cantik—bikin pangling.Bayu menatap Raina penuh arti, membuat Raina salah tingkah.“Kamu kenapa sih ngeliatin aku begitu, beneran kayak badut pancoran ya?” selidik Raina.Namun pertanyaannya belum sempat dijawab oleh Bayu, Raina sudah kembali bersuara—“Bay, Bay, ada orang di depan,” ucapnya panik. Saking pangling dengan kecantikan Raina, Bayu lupa sedang menyetir, sehingga tak sadar kendaraannya telah keluar jalur, nyaris menabrak pengendara dari arah berlawanan.Bahkan dia tak mendengar suara klakson yang berkumandang nyaring, perlu Raina yang mengingatkannya.Usai diperingatkan Raina, Bayu pun segera menginjak rem yang diiringi teriakan Raina.Raina berteriak panik karena posisi mobil mereka dengan kendaraan roda dua di depan sudah terlalu dekat, tabrakan nyaris tak terhindari.Namun ia tak mendengar suara benturan setelah kendaraan mereka benar-benar berhenti sempurn

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 66

    Raina pun tiba-tiba teringat kejadian kemarin, tentang pertemuannya dengan Bayu di Corporindoo, Bayu berada di ruangan pribadi direktur utama ….Kemudian juga tentang bagaimana para karyawan di sana dalam memperlakukan Bayu, orang-orang itu sangat menghormati Bayu.Raina pun semakin antusias dengan pernyataan Bayu bahwa dirinya merupakan pemilik Corporindoo.“Tapi masa sih, dia CEO Corporindoo?” ragunya. “Kayaknya ga mungkin, keturunan sultan pemilik Corporindoo mau tinggal di rumah gubukku selama ini.”Pada waktu bersamaan dimana Raina kembali dirundung keraguan, Bayu bersuara menyadarkannya dari lamunan.“Ayo turun!” seru pria itu.Raina menyudahi perenungannya, manut pada ajakan Bayu untuk segera turun dari mobil.Sebab dia tak ingin membuang-buang waktu supaya tidak terlambat masuk kantor.Pasangan itu kemudian memasuki mall, langkah mereka langsung tertuju ke sebuah toko kosmetik brand ternama. “Silakan, boleh … mau nyari apa, Mbak?” sambut hangat seorang SPG.Raina tampak kago

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 65

    Masalahnya Anna bahkan telah melihat sosok Bayu— dia mengintip ke arah mobil Bayu setelah klakson kencang yang dibunyikan Bayu.“Itu siapa, Rain? Pacar kamu ya?” goda perempuan itu seketika.“Apaan, bukanlah!” lurus Raina segera.“Ah, masa? Pacar kamu kali? Ngaku aja!” cecar Anna tak percaya.Perempuan itu bahkan menggoda Raina lebih lagi—“Oh, aku tau, jadi kamu sibuk karena mau kencan sama pacar kamu, kan? Cie, Raina!”“Ish, apaan sih … udah dibilangin dia bukan pacarku! Mana ada kencan-kencan.”“Terus siapa dong?”“Bukan siapa-siapa! Iya udah ya, aku balik dulu, bye!” pamit Raina buru-buru, tepatnya menghindari Anna.Dia bahkan menghindari Bayu, supaya Anna tidak semakin salah paham.Raina melewati mobil Bayu begitu saja, seakan mereka tak saling mengenal.“Hei, apa maksudmu?” pekik Bayu yang sudah pasti mendapat kejutan atas sikapnya.Raina mengabaikan panggilan Bayu, terus melangkah dengan cepat.Tak peduli bagaimana ia harus menghadapi Bayu nantinya, yang terpenting Anna tidak m

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 64

    Selain dengkuran yang berhenti, Bayu juga tampak mengubah posisi. Dari terlentang menjadi menyamping— menghadap ke arah pintu pula.Namun matanya tetap terpejam rapat.Bayu pun tidak bersuara, tidak menegur Raina yang mencoba melarikan diri.Raina menyimpulkan Bayu masih terjaga, ia menghela napas lega.Kemudian segera melanjutkan niatnya, membuka lebar pintu secara perlahan, dan keluar secepat mungkin dari kamar tersebut sebelum Bayu benar-benar memergokinya.Dia berhasil melarikan diri dari Bayu.Namun Raina baru benar-benar merasa tenang setelah cukup lama Bayu tak menyusulnya di kamar sebelah.“Kayaknya dia memang ga tau aku keluar, dia benar-benar manusia yang unik,” cengir Raina.Antara lega tapi juga keheranan. Merasa lucu sekaligus kagum, bisa-bisanya Bayu begitu mudah terlelap.Sangat berbeda jauh dengannya yang membutuhkan waktu cukup lama untuk tertidur,— terlalu banyak yang terpikirkan.Selang sejenak pikiran Raina pun telah berseliweran, isi otaknya sangat penuh.Dari men

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 63

    Rombongan nenek tak lagi terlihat jejaknya, Raina masih terbengong di tempatnya berdiri sejak awal, dengan wajah yang terasa hangat akibat ucapan Nyonya besar Edgardo yang meminta cucu.Gadis polos itu merasa sangat malu mendengar kalimat yang dirasa tabu baginya.Lagipula balik lagi pada— hubungannya dengan Bayu— hanya sebuah hubungan semu yang memiliki batas waktu, tidak mungkin mencetak cucu untuk keluarga Edgardo.“Kamu ngapain masih di situ!” tegur Bayu tiba-tiba. Pria itu sudah masuk ke dalam rumah sebelumnya, dia keluar lagi saat menyadari Raina masih berada di luar.Raina sontak menoleh ke arah asal suara, dan mendapatkan Bayu sedang berdiri tegak di ambang pintu.Dia keheranan melihat Bayu yang begitu santai.Raina lalu menghampiri Bayu dengan segera, dan menyampaikan rasa penasarannya tentang sikap pria itu.“Kamu masih bisa tenang setelah nenekmu ngomong kayak tadi?” “Emangnya nenek ngomong apa?”Raina menghela tak percaya bahwa Bayu tak mungkin tidak mendengar ucapan nen

  • Istri 365 Hari sang Pewaris   Bab 62

    Deg!Mata Raina perlahan melebar sempurna, wajah pun menjadi pucat, merasakan hangatnya sentuhan sang nenek seakan membakar menembus kulit tangannya yang dingin menusuk tulang.Sementara dia belum menyerah, berusaha menarik tangannya untuk membatalkan pemberian hadiah pada sang nenek.Hanya saja usahanya tak membuahkan hasil, sebab juga tidak berani terlalu bertenaga, takut menyinggung perasaan Nyonya besar Edgardo.Gagal dengan usahanya, Raina melirik Bayu—mencari bantuan.Namun Bayu pun tak terlihat ingin membantunya kali ini. Pria di hadapannya itu hanya membalas menatapnya dengan tatapan penuh arti dalam geming.Atau mungkin Bayu juga tidak dapat berbuat banyak karena kesalahan yang dia lakukan terlalu besar?Entahlah, Raina mulai gelisah, dan ketakutan. Semakin yakin dirinya sedang dalam masalah besar!Terutama sang nenek tiba-tiba merebut gantungan kunci dari tangannya.“Tamatlah riwayatku!” batin Raina memalingkan wajah.Dia tak memiliki keberanian untuk beradu tatap dengan Ny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status