Share

Kecurigaan

Part 2

"Kamu suamiku, Mas, aku istrimu, kamu bilang orang lain?" Air mata membanjiri pipi mulusnya. Suara pelannya membuat Yogi terdiam.

"Sudahlah, jangan suudzon! itu hanya temanku, dia memang suka bercanda kayak gitu," Papar Yogi dengan wajah datarnya berusaha mendinginkan suasana. Silvi terpaku, air mata terus saja menghujan di pipi. Entah kenapa kali ini ia tak percaya perkataan suaminya itu.

"Mas berangkat." Ucap Yogi datar.

Silvi bangkit dari duduknya, sesaat ia menepis airmatanya. Segera menuju meja makan dan menata makanan yang sudah disiapkan untuk sarapan suami tercintanya.

"Masak apa sih?" Tatap Yogi sinis.

Dia tidak duduk di kursi meja makan, Yogi langsung mengambil sepatu pantofel dan memakainya.

"Sarapan dulu, Mas! ini kan masih pagi, aku udah selesai masak sayur kesukaanmu." Rayu Silvi masih tetisak.

"Nggak usah, aku nggak berselera," Jawab Yogi kesal.

"Astagfirulloooh, kuatkan aku ya Allah," Lirih Silvi. Suasana ini terjadi lagi, sering kali usaha Silvi tak di hargai oleh Yogi. Meski begitu Silvi tetap berusaha belajar memasak, ia berharap suatu hari suaminya bisa lahap memakan makanan yang di masaknya.

Meski ia tak ingin berburuk sangka namun hati kecilnya kini goyah, kepercayaan yang selama ini ia jaga mulai hilang, kata-kata mesra di pesan masuk itu membuat kepercayaan Silvi hancur. Yogi berdiri merapikan tas laptop miliknya, Silvi menyodorkan tangan kanan dan mencium punggung tangan kanan suaminya itu dengan lembut.

"Hati-hati di jalan, Mas," Ucap Silvi pelan.

Yogi menghidupkan motornya, dengan segera motor itu meninggalkan Silvi yang berdiri mengantar kepergian suaminya. Tak ada kata untuk Silvi, tak ada satu tengokkan mesra, atau lambaian tangan dari Yogi. Rumah kontrakan sederhana itu kini menjadi suram ketika Silvi mengetahui kenyataan pahit yang baru saja terungkap.

"Mama," Panggil Viyo, putra kecilnya yang berumur 3 tahun.

Silvi menengok dan segera masuk rumah.

"Anak mama udah bangun, sini sayang!” rangkul Silvi. Kedua tangannya memeluk Viyo.

"Papa Mana?” tanya Viyo. Suara kecilnya yang menggemaskan sedikit mengobati sakit hati Silvi.

“Papa sudah berangkat, sayang. Kita pipis dulu yuk! Habis itu kita sarapan deh,” bujuk Silvi.

Usai menyuapi sang buah hati Silvi hendak mandi dan bersiap menuju ke sekolah. Silvi adalah lulusan Universitas keguruan yang baru saja diterima menjadi guru di sebuah sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dekat rumahnya. Ini adalah hari ke 2 nya bekerja sebagai guru TK.

Kring...,

Terdengar nada dering dari ponsel suaminya berbunyi.

"Mas Yogi ketinggalan hp-nya?" Pikir Silvi mengernyitkan dahi.

Dengan bergegas Silvi menuju ke kamarnya dan melihat ponsel suaminya itu tergeletak di atas kasur dan berbunyi.

Silvi meraih ponsel itu dan melihat layar. Ada satu panggilan masuk.

"Pak Tono?" Lirih Silvi.

Karena takut ini adalah panggilan penting maka Silvi pun menjawab panggilan itu.

"Halo, Asslamu'alaikum," Sapa Silvi.

"Halo, Waalaikumsalam Pak Yogi nya ada?" suara seorang laki-laki di ujung ponsel sana.

"Pak Yoginya...," Belum lah Silvi meneruskan pembicaraan, laki-laki itu sudah menyelah.

"Ini sama istrinya ya? Maaf hanya mau mengingatkan Bu, hari ini ada rapat penting di gedung Hotel Rodante, Bapak Yogi Diharapkan hadir ya, Bu." Selah laki-laki bernama Tono.

"Oh baik Bapak nanti saya sampaikan," jawab Silvi. Di dalam benaknya Yogi pasti balik ke rumah begitu sadar ponselnya ketinggalan.

"Kalau boleh tahu jam berapa mulainya, Pak?" Silvi balik bertanya.

"Jam 10.00 bu, mohon disampaikan ya terima kasih," jawab laki-laki itu.

"Baik, Pak," Jawab Silvi.

“Jam 10?” Silvi merasa aneh.

“Ini baru jam 7,” lirih Silvi.

"Tapi Mas Yogi udah berangkat?" dahinya kembali mengernyit.

“Apa mungkin Mas Yogi berbohong?” Silvi terus bertanya-tanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status