Part 3
Betul dugaan Silvi Tak lama kemudian Yogi kembali ke rumah."HP kamu ketinggalan ya, Mas?" tanya Silvi lembut."Iya, kamu lihat dimana HP-ku?" Yogi terlihat panik.Mungkin dia khawatir Silvi menemukan rahasia lain di ponselnya."Ini," Silvi menyodorkan ponsel Yogi tanpa senyum. Ada suasana kaku di antara suami istri ini."Hari ini kamu langsung ke kantor, Mas?" tanya Silvi, padahal Silvi hanya ingin memastikan saja."Tidak, hari ini ada rapat dulu di hotel Rodante," jawab Yogi. Sesaat Silvi merasa agak lega karena Yogi berkata jujur, dalam hati ia pun masih bertanya-tanya."Mungkin aku hanya suudzon aja, nggak mungkin Mas Yogi membohongiku," Bisiknya dalam hati."Rapatnya jam berapa, Mas?" Tanya Silvi."Kamu banyak nanya ya? Sekarang lah, masa besok?" Jawab Yogi gusar."Dah aku pergi lagi," Yogi langsung pergi meninggalkan Silvi.Ada sedikit keanehan yang disadari oleh Silvi."Kamu bohong, Mas." bisik Silvi. Segera Silvi mengambil ponselnya dan memesan ojek online. Untung saja kemarin di hari pertama dia masuk sebagai guru Taman Kanak-kanak rekan kerjanya mengajarinya untuk memesan ojek online agar bisa berangkat ataupun pulang ke rumah dengan cepat.Silvi meraih jilbab instan nya dengan buru-buru. Viyo ia gendong tanpa menggunakan gendongan.Ojek online tiba dengan cepat, namun Silvi menekan Tujuannya ke hotel Rodante dia ingin mencari tahu apakah suaminya menuju ke hotel itu seperti yang suaminya bilang tadi atau mungkin malah ke tempat lain.Hatinya kini penuh diselimuti dengan rasa penasaran.sesampainya di hotel Rodante Silvi agak ragu."Pak, boleh saya minta offline?" Tanya Silvi.Pengemudi ojol pun hanya mengernyitkan dahi."Saya mau masuk dulu ke dalam hotel, Nanti kalau misalkan orang yang saya cari nggak ada saya mau balik lagi dengan ojek bapak." Jelas Silvi."Boleh?" Tanya Silvi yang melihat pemgemudi ojol mematung."Oh, iya, Mbak Boleh. Silakan, saya tunggu di sini," jawab pengemudi ojol itu dengan senang hati.Silvi kemudian melangkahkan kaki ke dalam hotel Rodante dia berharap menemukan jawaban atas pertanyaan dalam hatinya.ketika masuk Silvi langsung bertanya kepada resepsionis."Maaf mbak, apa hari ini ada acara untuk rapat di gedung ini?" Tanya Silvi."Oh iya, ada Mbak, dijadwalkan jam 10.00 di gedung aula 3," Jawab reseptionis."Oh kalau boleh tahu sebelah mana ya?" Tanya Silvi."Oh sebelah sini Mbak, silakan Mbak lurus belok kiri, di sana ada nama Aula 3, nah itu ruangannya." Papar resepsionis itu.Silvi mengikuti arahan dari petugas Hotel itu, dengan hati yang sangat berdebar memberanikan diri untuk mencari tahu."Sepi," Silvi heran.Dia melihat jam di ponselnya."Oh ini baru jam 8," Lirih Silvi."Mungkin mereka belum datang," Silvi menjawab sendiri pertanyaannya. Dia Kembali keluar khawatir pengemudi ojol menunggu dirinya terlalu lama.Tiba-tiba di lobby hotel dia menemukan suaminya Yogi.Deg..."Itu kan Mas Yogi, dengan siapa dia?" Bisik Silvi.Di satu sisi dia lega karena Yogi berkata jujur, meski belum waktunya untuk rapat tapi dia pergi ke hotel yang ia katakan.Di sisi lain hatinya tidak siap menerima jika Yogi sedang bersama dengan pacarnya atau mungkin simpanannya.Silvi semakin mendekat, dengan memeluk sang Buah Hati dia terus berjalan mendekati Yogi bersama seseorang. Ada tangan yang putih mulus melingkar di pinggang Yogi.Ya, mereka sedang berpelukan. Silvi merasa panas hatinya terasa hancur berkeping-keping, di lobby hotel yang sepi itu suami yang selama ini ia percayai sedang bercumbu dengan wanita lain. Silvi semakin mendekat dengan air mata yang sudah membendung melapisi bola matanya, Silvi mencoba kuat dan memanggil suaminya."Mas Yogi?" Suara Silvi mengagetkan mereka, tampak sosok wanita muda yang panik melihat kedatangan Silvi. Ia melepaskan pelukannya dengan cepat dan memandang wajah Silvi yang kini sudah terhujani air mata."Inikah wanitamu, Mas? Tega sekali kau menghianatiku," gumam Silvi dalam hati. Ingin rasanya ia mengoceh dan memaki kedua pasangan selingkuh ini, namun mulutnya terasa berat untuk berucap.Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri
Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab
Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam
Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai
Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk
Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi