Home / Rumah Tangga / Istri Buruk Rupa / BAB 2 Wajah Masam

Share

BAB 2 Wajah Masam

last update Last Updated: 2023-07-13 08:28:19

Wajah Masam

Aku menyerahkan ponsel yang sudah ketemu itu, mengulurkan tangan dengan wajah masam. Tidak mengucapkan apapun, hanya diam seribu bahasa.

"Terimakasih mah," ucap mas Hanung. Aku hanya mengangguk, anggukan kecil, lalu segera bergegas menuju ke arah putra keduaku.

Mas Hanung membawa tasnya, tas persegi berwarna coklat tua, terbuat dari kulit asli, cukup mewah. Dia terlihat menyapa Bintang dan Adam, mengecup dahi keduanya.

Aku melirik ke arahnya, lalu mencium tangannya, mungkin dia sudah tidak lagi peka, ataupun ingat, bahwa ada seonggok daging hidup yang ingin juga mendapat sapaan yang sama, berupa kecupan. Ah, sudahlah, sepertinya keromantisan bukan hal yang penting lagi.

"Aku berangkat dulu mah, nanti sore ada rapat, mungkin aku pulang malam," ucapnya. Mas Hanung bersiap keluar, aku hendak mengikutinya, namun dia memberi isyarat larangan.

"Kau lanjutkan saja, aku bisa sendiri," ucap mas Hanung seraya tersenyum.

"Assalamualaikum," salam mas Adam.

"Waalaikumsallam," jawab salamku, mau tidak mau aku harus menjawab, tidak lagi bisa mengunci bibir sebagai isyarat kesal.

Aku melihat mas Hanung berjalan keluar, lalu masuk ke dalam mobil, tanpa melihat ke belakang. Bergegas pergi, meninggalkan rumahnya, istrinya juga anak anaknya untuk bekerja mencari nafkah.

"Din din," terdengar suara klakson mobil jemputan Adam. Aku segera membereskan tas dan bekal yang harus Adam bawa.

"Adam, nanti sekolahnya yang bagus ya, anak bunda," ucapku seraya memberi kecupan pada kening Adam.

Adam meraih tanganku, menciumnya, lalu bergegas masuk ke dalam mobil jemputan sekolah. Aku menghela nafas lega, putra pertamaku sudah menuju ke sekolah, lalu aku segera masuk ke dalam rumah dan membantu putra keduaku menyeleseikan sarapannya.

Bintang masih dengan tenangnya duduk di dalam baby walker tanpa roda, sambil sibuk mengunyah finger foodnya berupa wortel rebus. Dia dikelilingi dengan segala macam mainan yang mencuri perhatiannya.

Apa dia akan melompat? tidak, dia masih dalam usia yang tidak mungkin hal itu terjadi, apalagi aku menengoknya setiap sekian menit atau bahkan detik.

Aku membiarkannya, mungkin dia masih ingin menikmati makanannya. Aku menuju ke arah kaca besar yang ada di ruang tengah. Berdiri di depan kaca, melihat penampakan yang muncul.

Wah, di sana ada wanita sedikit berisi, dengan daster corak batik berwarna biru. Rambutnya hanya diikat seadanya, dan wajahnya terlihat alami, hanya diguyur air wudhu subuh tadi.

Aku melihat wajahnya, belum terlalu banyak keriput, tapi kusam tidak terawat. Beberapa bekas jerawat di beberapa titik, juga noda hitam akibat sunar matahari.

Aku melihat rambutnya, sungguh sangat berantakan, ada sedikit rambut putih di sana, mana sempat mengecat rambut, aku lebih memilih untuk membiarkannya. Ya, wanita yang terlihat dikaca adalah diriku, diriku yang sekarang.

"Buruk rupa? benarkah?" ucapku dalam hati.

"Aku hanya perlu luluran, creambath, hair spa, hair tonic, blow, kemudian face scrub, face mask, make up, terus manicure, padicure, wah," gumamku seraya membayangkan betapa nikmatnya itu semua, sesuatu yang sudah tidak pernah aku lakukan tuju tahun terakhir ini.

Tiba tiba angan anganku dibuyarkan oleh suara tangis Bintang.

"Bintang," ucapku gugup. Aku segera mendekat ke arah Bintang.

"Bintang," ucapku lembut. Rupanya dia menangis karna wortelnya jatuh ke lantai.

"Jatuh ya, ini mama kasih yang baru," ucapku seraya mengambil wortel rebut baru di mangkuknya.

Aku menghela nafas panjang, sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untukku membenahi diri. Tapi, kenapa sekejam itu, haruskah si buruk rupa? seingatku, dulu suamiku menamaiku istriku di ponselnya. Apa semuanya sudah berubah? aku tidak ingin memikirkan hal yang tidak tidak. Mungkin suamiku hanya ingin bercanda, membuat lelucon dan sejenisnya, namun jujur rasanya cukup sakit.

Mungkin, istri istri yang lain mendapat nama My wife, cintaku, istriku, kekasihku, mama anak anak, mama yang diikuti nama anaknya, atau yang lainnya. Atau mungkin nama yang lebih romantis, seperti belahan jiwaku, separuh nafasku, wah, sepertinya hanya ada di dunia drama percintaan yang ada di televisi.

Sekali lagi aku menghela nafas panjang. Apa aku harus membenci suamiku? oh, tidak mungkin, aku akan menyimpan ini di dalam hati, dia laki laki yang bertanggung jawab, mau menafkahi keluarga juga setia, lalu untuk apa aku membuat gara gara hanya karna nama itu, ya, aku harus bisa menahan diri, demi kebaikan rumah tangga.

***

Di kantor, Hanung terlihat menyapa beberapa rekan kerjanya. Di ujung jalan terlihat Tania, staff yang juga bekerja di bagian keuangan. Janda tanpa anak, ceritanya dia harus bercerai karna suaminya lebih memilih bekerja di luar negeri, tidak ingin memiliki ikatan apapun, atau lebih tepatnya meninggalkan tanggung jawab apapun.

Tania, wanita muda berumur kurang dari tiga puluh tahun. Mungkin usianya sekitar dua puluh tuju tahun. Postur tubuh tinggi semampai, kulit putih bersih, rambut panjang terurai, lurus hitam berkilap.

Dia juga masuk dalam salah satu karyawan dengan kecantikan yang luar biasa, menjadi icon dari perusahaan kosmetik tempat mereka bekerja. Icon pekerja dengan ketrampilan dan juga visual yang memadai.

"Selamat pagi Hanung," sapa Tania.

"Hai Tania, selamat pagi," balas Hanung.

"Kau sudah sarapan?" tanya Tania.

"Hmmm, belum, apa kamu akan mengajakku sarapan?" tanya Hanung dengan mata sedikit menggoda.

"Tentu saja, boleh, aku kira kamu sudah sarapan, istrimu ibu rumah tangga, pasti akan selalu menyiapkan makanan enak untukmu," ucap Tania.

"Istriku? wah dia sibuk dengan anak anaknya, dia mungkin sudah melupakan aku," ucap Hanung seraya tersenyum.

"Wah, begitu rupanya," ucap Tania yang juga membalas senyuman itu.

Hanung dan Tania berjalan beriringan menuju ke arah ruang kerja mereka. Sesekali mereka terlihat tertawa kecil, mungkin saling melontarkan candaan atau cerita cerita lucu.

Benarkah Hanung belum sarapan? jika waktu ditarik mundur ke belakang, sebelum berdiri di depan cermin, Hanung sempat menggigit hingga tiga perempat bagian sandwich isi buatan istrinya, juga segelas susu hangat. Itu sarapan yang sebenarnya sudah cukup istimewa, karna dibuat sejak pagi oleh istrinya, yang bangun sebelum ayam jantan berkokok, menyiapkan tiga menu yang berbeda untuk keluarganya.

Apa mungkin Hanung yang seperti sosok suami ideal, setia dan begitu baik di rumah, berbanding terbalik ketika dia ada di kantor? wah, itu sungguh sangat jauh dari perkiraan, apa jadinya jika sang istri tahu, masihkah memaklumi.

****

Di rumah.

Aku membersihkan meja makan, membersihkan sisa sisa sarapan suami juga kedua anakku. Aku menyambar seperempat sandwich isi sisa sarapan suamiku. Sayang jika dibuang, itu semua dibuat dengan cinta juga dibeli dengan uang yang didapat dengan tidak mudah.

Ikan sapu sapu, ya, aku menjadi ikan sapu sapu yang melahap habis setiap sisa sisa makanan yang masih bisa dimakan. Tidak peduli lagi dengan berat badan, namun biasanya aku tidak lagi sarapn di piring utuh ketika merasa perutku sudah penuh. Yang terpenting, suami dan anak anakku sudah sarapan, mereka harus memulai hari dengan bahagia, dengan perut yang terisi kenyang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Buruk Rupa   BAB 172 Akhir Kisah

    Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany

  • Istri Buruk Rupa   BAB 171 Membuka Tabir

    Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan

  • Istri Buruk Rupa   BAB 170 Muslihat Tania

    Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya

  • Istri Buruk Rupa   BAB 169 Luluh Dengan Rayuan

    Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida

  • Istri Buruk Rupa   BAB 168 Dua Laki-Laki

    Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera

  • Istri Buruk Rupa   BAB 167 Berita Buruk

    Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status