Home / Rumah Tangga / Istri Buruk Rupa / BAB 3 Berhenti Menangis

Share

BAB 3 Berhenti Menangis

last update Last Updated: 2023-07-13 08:29:05

Berhenti Menangis

Aku menggendong Bintang, berusaha untuk menidurkannya karna pekerjaan rumah sudah menunggu. Menjadi pendongeng ulung, juga penyanyi berbakat. Aku menceritakan banyak hal, sambil mengelusnya yang mulai terlelap di pelukanku. Menyanyikan lagu dari yang sederhana hingga yang penuh makna karna aku pengarangnya sendiri, ya begitulah.

Aku kembali berdiri di depan kaca, sembari menggoyang goyangkan badan, berharap Bintang segera terlelap. Aku melihat ke arah diriku, bukanlah aku seburuk itu? rupanya aku belum bisa melupakan peristiwa tadi pagi. Tiba tiba air mataku menetes, dari ujung mata terdalam. Air mata yang penuh dengan arti, penuh dengan perasaan yang mendalam.

Aku mengusap air mata itu, mendongak ke atas, berharap gravitasi akan mengembalikan air mata itu ke tempat semula.

“Tidak, aku tidak seburuk itu, dulu bahkan menikahiku karna tergila gila,” gumamku dalam hati.

Aku mengingat masa itu, aku dan mas Hanung sekolah di SMA yang sama, lalu bersekolah di universitas yang sama. Dia mengambil jurusan akuntansi dan aku mengambil jurusan hukum. Mas Hanung adalah laki laki yang cukup populer, pandai, cakap, humoris dan juga memiliki visual yang cukup menawan. Tinggi, rajin berolahraga dan itu membuatnya memiliki otot alami yang terbentuk sempurna.

Kulitnya putih bersih, dengan wajah proporsional, hidung lumayan tinggi, mata tajam, alis tebal dan bibir tipis sedikit kemerahan. Bahkan beberapa orang menjuluki artis korea lokal, karna dia memang memiliki visual yang menawan.

Benar kata orang, laki laki itu seperti kelapa, semakin tua semakin keluar auranya, semakin bersantan, semakin matang, mapan dan mendukung visualnya yang semakin berkharisma. Dia menyukaiku sejak duduk dibangku SMA, mengejarku selama empat tahun, dan aku baru menerimanya ketika memasuki tahun kedua pendidikan di perguruan tinggi.

Dia mengejar ngejarku? Ya, karna saat SMA aku memiliki visual yang tidak kalah mempesona, juga otak yang cerdas di atas rata rata. Aku murid terpandai nomor tiga, setelah mengalahkan dua kutu buku dengan visual biasa saja. Karena itu beberapa orang menjulukiku bintang sekolah, cantik dan pintar.

Aku melihat mas Hanung begitu keras dalam mengejar cintanya, mendekatiku tanpa lelah, walau aku sering menolaknya dengan alasan ingin berkonsentrasi dalam belajar. Aku luluh, melihat ketulusannya, hingga kita menikah dan memiliki dua orang putra.

Aku sempat menjadi pengacara di sebuah firma hukum yang cukup terkenal, namun harus berhenti ketika hamil Adam, kehamilan yang membutuhkan perjuangan, karna aku harus istirahat total. Aku mengalami flek sejak awal kehamilan, karna itu dokter memintaku untuk bedrest total, sampai flek berhenti dan kehamilan sudah dinyatakan aman.

Demi kebaikan, aku rela melepaskan karir yang sedang berada di puncak, kembali pada kodrat, menjadi istri dan juga ibu. Keputusan itu juga merupakan keputusan bersama, setelah mempertimbangkan banyak hal. Aku setuju, mas Hanung setuju, juga keluarga.

Aku berusaha melupakan semuanya, masih meyakini bahwa mas Hanung masih begitu mencintaiku. Walaupun aku sudah menjadi ibu ibu, ibu dua anak, yang tidak sempat berdandan, tidak sempat merawat kulit, rambut dan wajah. Karena dia tahu, aku lebih mengutamakan keluarga. Mengurus mereka dari ujung rambut hingga kaki. Mengurus perut mereka, tidur mereka dan segala yang terjadi di dalam hidup mereka. Aku yakin mas Hanung tahu dan memahami itu.

“Din, din, din,” suara klakson motor tukang sayur yang seketika membuyarkan lamunanku. Suara klakson itu sudah seperti alarm yang seketika akan membuat semua ibu ibu berkumpul. Bintang yang tadinya sudah mulai terlelap terlihat membuka matanya. Aku hanya bisa menghela nafas panjang, lalu mengulaskan senyum.

“Bintang, ayo kita belanja,” ucapku pada Bintang.

“Bintang mau makan apa? ayam? daging? udang, wah, mamah akan membuat makanan enak untuk Bintang,” ucapku lagi. Bintang menatapku, lalu seolah seperti menjawab dengan bahasa bayinya.

Aku segera meraih kerudung yang ada di atas kursi, memakainya, lalu segera keluar mengejar abang sayur yang biasanya berhenti di depan rumah bu RT.

“Good Morning dear,” sapa bu RT yang bernama Teja Arum.

Bu RT adalah salah satu ibu komplek yang cukup dekat denganku, dia baik dan sangat humoris. Ibu Rt selalu aktif dan bersemangat dengan tubuh tambunnya yang memiliki berat lebih dari sembilan puluh kilogram. Selalu ceria, dengan make up yang on point. Dia selalu membawa alat tempur ke manapun dia berada, setiap ada kesempatan akan touch up make up untuk mempertahankan riasannya yang menurutku cukup sempurna.

Make up sempurna, simetris, proporsional, dengan bulu mata cetar dan lipstik merah sedikit terlihat namun masih dalam kategori warna natural.

Walau memiliki tubuh berisi, aku berani dan yakin mengatakan bahwa dia sangat cantik, wajahnya benar benar mempesona, apalagi keahliannya dalam memulas make up, dia layak menjadi kiblat ibu ibu komplek dalam urusan berdandan.

“Morning bu RT,” jawabku seraya tersenyum.

“How’s your day?” semoga selalu bahagia,” ucap bu RT, wanita yang usianya kurang lebih sama denganku, kita menyebutnya sepantaran.

“Tentu, setiap bertemu dengan bu RT, saya akan selalu bahagia,” ucapku yang masih mempertahankan senyum.

“Kenapa masih sepi, di mana ibu ibu yang lain?” tanya bu RT yang hanya melihat aku dan dia sendiri yang mendatangi abang tukang sayur.

“Mungkin belum datang bu RT,” ucapku.

“Wah, apa mereka terlalu sibuk mencuci baju sampai melupakan jadwal mengisi pasokan lemari pendingin?” gerutu bu RT.

“Apa yang kamu punya bang? aku akan membuat makanan istimewa hari ini,” tanya bu RT pada tukang sayur.

“Seperti yang bu RT pesan, sayuran segar yang mengandung culagen,” ucap abang sayur bernama bang Trimo. Abang sayur yang sangat ramah dan baik, dia sudah berumur lebih dari lima puluh tahun, bertubuh kurus dengan logat jawa yang lucu, sangat ramah sehingga semua ibu ibu komplek selalu setia membeli dagangannya.

“Collagen” ucap bu RT membenarkan kata yang diucapkan bang Trimo.

“Yes, collagen bu RT, ada brokoli, tomat, paprika,” ucap bang Trimo.

“Wah, i love it,” ucap bu RT dengan mata berbinar.

“Bu Hesti pasti mau belanja untuk Bintang ya, wah kamu beruntung Bintang, mamahmu sangat pintar membuat makanan, makanan pendamping asimu pasti luar biasa,” ucap bu RT seraya menggoda Bintang yang mulai tersenyum. Dia terlihat meloncat loncat kegirangan di dalam gendongan, dia memang selalu senang setiap kali bertemu dengan bu RT.

“Aku mau ikan salmon, tomat, bawang bombay, brokoli dan wortel ya bang,” ucap bu RT.

“Siap bu RT,” ucap bang Trimo seraya menggerakkan telapak tangannya mendekat ke arah pelipis, memberi hormat siap sedia.

Bu RT terlihat melirik ke arahku, lalu mendekat.

“Bu Hesti habis nangis ya?” tanya bu RT seraya berbisik. Aku hanya menjawabnya dengan senyum.

“Oh, i know, berantem sama suami?” tebak bu RT. Mendengar itu aku menjawab dengan menggelengkan kepala.

“Kenapa menangis, air matanya masih ada itu,” ucapnya. Dengan cepat aku mengusap air mata yang mungkin terlihat olehnya.

“Oh my God, benar benar habis menangis ya?” ucap bu RT menelisik. Aku menarik nafas panjang, lalu mengulaskan senyum.

Aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari bu RT, sepertinya dia adalah orang yang ahli dalam membaca wajah. Ada sesuatu yang tiba tiba melintas di kepala, sebuah ide yang selama ini hanya aku pikirkan tanpa pernah direalisasikan.

“Bu RT, mau ajari saya make up?” tanyaku.

“Make up? Oh of course, tentu saja. Bahkan saya bercita cita menjadi Beauty blogger, hanya saja belum ada kesempatan, Just a hobby” ucap bu RT seraya tersenyum.

“Sudah berniat merubah penampilan?” tanya bu RT. Mendengar itu aku mengangguk dengan yakin.

“Interesting! I’m so pround of you dear,” ucap bu RT dengan mata berbinar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jee Esmael
wahhh bu RT nya keren ya.. kayak bule yg dinikahi cowo lokal
goodnovel comment avatar
Happy Love
keren, realitas di lingkungan kita
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Buruk Rupa   BAB 172 Akhir Kisah

    Akhir Kisah Istri pak Jeff terlihat menghela nafas panjang. “Pak Hanung, asal kamu tahu, Tania adalah perusak rumah tangga saya sejak lama, sangat lama. Saya hanya diam, demi menjaga hubungan saya dengan suami. Namun saya tahu betul apa yang sudah mereka lakukan. Mereka mengkhianati saya dan Tania mendapat semua hal dari suami saya, salah satunya apartemen yang sekarang pak Hanung tempati,” ucap istri pak Jeff. “Apa?” ucap Hanung kaget. “Bahkan demi menutupi kebusukan mereka, Tania rela menikah dengan pria baik baik, memanfaatkannya untuk menutupi skandal mereka,” ucap istri pak Jeff. “Tuhan Maha Baik, akhirnya suami saya sadar, walaupun membutuhkan waktu lama. Saya rasa Tania sudah punya sasaran lain, pak Hanung dan pak Hanung bahkan rela meninggalkan anak dan istri demi wanita itu,” ucap istri pak Jeff. “Seharusnya pak Hanung tidak melakukan itu, kenapa menukar ham berharga dengan sesuatu yang sudah using, bahkan mungkin tidak ada harganya lagi karena sudah pernah dimiliki bany

  • Istri Buruk Rupa   BAB 171 Membuka Tabir

    Membuka TabirHesti mengompres wajah Evan yang memar, akibat hantaman bogem mentah Hanung, mantan suaminyanya.“Au,” teriak kecil Evan.“Sakit?” tanya Hesti.“Ya, tentu saja, tapi rasanya tidak lagi sakit karena kamu mengurusku,” ucap Evan.“Kamu ini,” ucap Hesti seraya menyentuh luka Evan.“Au sakit, serius,” ucap Evan.“Oh maaf maaf,” ucap Hesti.“Aku tidak menyangka mas Hanung jadi senekat itu mas, padahal dia dulu tidak pernah memukul orang, aku tidak mengerti,” ucap Hesti.“Mungkin dia depresi dengan semua masalahnya, juga fakta bahwa dia tidak bisa mengambil anaknya,” ucap Evan.“Ya, mungkin saja mas. Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anak bukan barang, dia boleh menemui putranya tapi tidak untuk mengambilnya bersamanya,” ucap Hesti.“Ya, akupun tidak akan membiarkan hal itu terjadi,” ucap Evan.“Sebenarnya ada ucapannya yang aku amini,” lanjut Evan.“Apa itu?” tanya Hesti.“Memiliki anak denganmu,” ucap Evan.Hesti terdiam, dia melihat kearah Evan dengan pandangan

  • Istri Buruk Rupa   BAB 170 Muslihat Tania

    Muslihat TaniaTania terlihat menemui mantan direktur Jeff, di sebuah kafe. Mereka sudah merencanakan pertemuan ini.“Untuk apa kamu ingin menemuiku?” Tanya direktur Jeff yang menemui Tania di sebuah kafe.“Saya minta pak Jeff mencabut laporan apapun,” ucap Tania. Mendengar hal itu, pak Jeff terlihat menyeringai.“Apa yang kamu katakan? Apa saya tidak salah?” Tanya pak Jeff.“Ya, saya tahu, pak Jeff sudah melewati banyak hal, tapi sebaiknya pak Jeff menghentikan semuanya sebelum kegaduhan yang lain terjadi,” ucap Tania sedikit dengan nada ancaman.“Kamu tahu, karena ulahmu saya harus melewati banyak hal, memalukan. Polisi sedang memburu orang yang menyebarkan video itu, bersiaplah,” ucap pak Jeff.“Apa? Bersiap?” ucap Tania yang kemudian tertawa.Tania terlihat mengambil sebuah penyimpan data dari tasnya, lalu meletakkannya di atas meja.“Bapak tahu ini apa? Jujur saja, selain bersama saya, saya tahu bapak bersama dengan orang lain. Ini video bapak bersama beberapa orang, ada di banya

  • Istri Buruk Rupa   BAB 169 Luluh Dengan Rayuan

    Luluh Dengan Rayuan“Aku mencintaimu mas, amat sangat mencintaimu. AKu bahkan rela menahan semua perasaan demi menunggumu lepas dari semua masalah yang sedang kamu hadapi. Aku harap kamu tidak melupakan itu mas. Semua yang kamu katakana adalah masa lalu, aku minta maaf,” ucap Tania dengan wajah memelas.“Tapi, tapi kamu benar benar keterlaluan,” ucap Hanung.“Maafkan aku mas, mungkin dulu aku pernah berada di jalan yang salah, aku sungguh sungguh minta maaf,” ucap Tania.“ Aku sungguh sungguh mas, aku sangat mencintaimu. Saat ini kamu adalah segalanya, segalanya,” ucap Tania yang terlihat mulai berlutut di depan Hanung.Hanung kaget, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia melihat keseriusan di wajah Tania, hatinya luluh, karena sejujurnya dia pun begitu mencintai Tania.“Apa kamu sungguh sungguh?” tanya Hanung.“Tentu saja, aku sangat sungguh sungguh, aku mencintaimu mas, bahkan aku menerimamu dengan segala hal yang ada pada dirimu. Bahkan walaupun kamu adalah mantan narapida

  • Istri Buruk Rupa   BAB 168 Dua Laki-Laki

    Dua Laki-LakiEvan duduk di sebuah sofa, sofa empuk di ruangan presdir Ivanka.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Aku bisa menyiapkan makan siang,” ucap Ivanka seraya menyuguhkan sebotol air mineral dingin.“Itu tidak akan menjadi kejutan, aku hanya ingin mengunjungimu,” ucap Evan.“Benarkah?” tanya Ivanka.“Tidak ada alasan lain?” lanjut Ivanka yang kemudian duduk di sebelah Evan.“Hmmm, sebenarnya aku ingin bertemu dengan Hanung. Aku dengar dia sudah mulai bekerja hari ini,” ucap Hanung.“Ya, begitulah,” ucap Ivanka.“Kamu benar benar berjiwa besar, kamu masih bisa menerimanya,” ucap Evan.“Citra perusahaan ini akan jatuh jika aku memecatnya. Ya, memang aka nada yang menghujat, tidak setuju dengan keputusanku, namun akan lebih banyak yang memahami. Ini semua juga demi nama baik Hesti,” ucap Ivanka.“Baiklah, aku mengerti, aku akan menemuinya, ada hal yang harus aku bicarakan,” ucap Evan.“Aku akan memintanya ke sini, anggaplah kantormu sendiri,” ucap Ivanka.“Baiklah,” ucap Evan sera

  • Istri Buruk Rupa   BAB 167 Berita Buruk

    Berita BurukHesti berdiri dari posisi duduknya, menatap Hanung dengan pandangan tajam, menusuk, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Apa maksudmu mas? Iya, aku memang sekali lagi berusaha untuk melupakan semuanya, memaafkanmu sebagai ayah dari anak anakku, tapi apa maksudmu dengan mengambil satu anak?” ucap Hesti.“Ya, kamu bisa merawat anakmu, bukan dengan cara mengambilnya dariku. Aku ibunya, mereka masih kecil, masih butuh kasih sayang ibunya, perawatan ibunya,” ucap Hesti.“Ya, aku tahu, tapi setelah peristiwa kemarin, aku jadi sadar, aku harus menjadi ayah yang baik,” ucap Hanung yang juga berdiri.“Bukan begitu caranya mas, kira rawat anak anak bersama, kamu tetap akan menjadi ayahnya, namun aku akan merawat mereka, aku tidak akan membiarkanmu mengambil mereka mas,” ucap Hesti dengan mata yang mulai berair.“Aku tetap akan mengambil mereka, entah Adam atau Bintang. Tania sudah setuju, dia akan berusaha menjadi ibu sambung yang baik,” ucap Hanung.“Mas, dengarka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status