Acara selesai Sophia adalah orang paling sibuk di rumah ini, dia harus membereskan semua piring motor sendiri tanpa ada satu orang pun yang membantu. Begitu juga dengan Shaka yang dilarang keras Mia untuk membantu Sophia di dapur. Dia harus berjalan dengan kaki yang diseret membawa banyak piring dan juga sisa makanan yang ada.“Mami bilang begitu nggak keterlaluan?” tanya Shaka yang mulai serius menatap ibunya.“Apanya yang keterlaluan? Memangnya Mami bilang apa?” “Sophia pembantu dan cacat.” Mia menatap Shaka tidak suka. “Kenapa jadi belain dia? Bukannya apa yang Mami bilang itu benar? Dia kan memang cacat, dan menurut Mami dia memang nggak pantas untuk jadi istri kamu. Mami malu punya menantu yang begitu, nggak bisa banggain sama sekali.” Shaka tahu, tapi kan setidaknya tidak melontarkan kata itu di depan banyak orang. Bagaimana perasaan Sophia saat ini? Meskipun apa yang dibilang Mia itu benar, jika Sophia cacat tapi bukan berarti Sophia harus dianggap sebagai pembantu kan? Pern
Sophia merasakan tubuhnya menggigil, membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk pergi ke toko bunga. Dia juga meminta Sion untuk menyiapkan pesanan bunga mawar seratus biji untuk diambil sore nanti. Akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan yang menguras tenaga Sophia, wajar saja jika dia ambruk apalagi setelah menikah yang jelas Sophia jarang sekali memiliki waktu seratus persen untuk istirahat. Waktunya benar-benar harus dibagi, bangun pagi hari untuk menyiapkan sarapan dirinya, Shaka dan juga makan siangnya. Pulang ke rumah sore hari sudah disuguhi halaman rumah yang berantakan dan tak beraturan. Belum lagi Sophia harus masak untuk makan malam jika dia malas untuk berhenti membeli makan. Itu pun juga dia harus mandi malam yang selama ini jarang sekali dia lakukan. Paling sore Sophia mandi jam lima sore, semua kebutuhan dirinya, rumah hingga makan pun sudah disiapkan oleh ibunya. Tapi sekarang apa-apa Sophia harus kerja sendiri. “Aduh … pusing banget.” lirih Sophia, sesekali memega
Dengan amat sangat terpaksa Alcand pun menelpon Petra untuk datang ke rumah sakit. Dia memberitahu Petra jika Sophia pingsan di tengah jalan dalam keadaan demam. Peduli setan jika setelah ini Petra akan marah besar pada Shaka yang sama sekali tidak peduli dengan Sophia. Tidak suka boleh, tapi bukan begini cara memperlakukan manusia. Tidak menunggu lama, akhirnya Petra pun datang bersama dengan sang istri. Alcand mencoba untuk tersenyum, disini Alcand tahu hanya wajahnya Petra saja yang terlihat khawatir. Tapi tidak dengan ibu Shaka yang terlibat biasa saja tanpa beban. Entah perasaan Alcand atau memang seperti itu. “Alcand bagaimana keadaan Phia? Apa yang dikatakan Phia? Dan kenapa Phia bisa sama kamu? Dimana Shaka?” tengah Petra bertubi-tubi.Alcand meminta Petra untuk tenang sejenak. Untuk saat ini Sophia sudah ditangani dokter dengan baik. Tidak perlu dikhawatirkan, Sophia hanya terkena typus karena banyak sekali kegiatan dan jarang istirahat. Itu sebabnya daya tubuhnya tidak k
“Meeting dibatalkan!! Kita bertemu kembali minggu depan.” ucap Shaka.Semua orang yang ada di ruangan meeting pun menatap Shaka dengan alis yang mengerut. Dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa meetingnya dibatalkan secara mendadak? Sedangkan Shaka tahu jika meeting ini sangat penting untuk proyeknya yang ada di luar negeri. Ya, setelah menikah Petra meminta Shaka untuk mengurus perusahaan yang ada di luar negeri. Ada beberapa cabang dan juga kerja sama di negara maju, yang memang sejak dulu harus ditangani oleh Shaka. Hanya saja karena kejadian itu semuanya berubah, Petra baru melepas perusahaan itu setelah Shaka menikah. Pria itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Tapi yang ada Shaka tidak menemukan siapapun di rumah, kecuali lampu rumah yang masih menyala. Ini bukan pagi hari, tapi lampu rumahnya masih juga menyala. Lagian apa sih kerjaan Sophia di rumah? Dari sudut ke sudut rumah ini, Shaka tidak menemukan Sophia sama sekali. Rumah ini benar-benar kosong, jika Sophia pulang ke r
Tau apa soal cinta dan memanfaatkan? Bahkan setelah kecelakaan itu Sion memberitahu Shaka jika tidak ada satu pria pun yang mendekati Sophia lebih dari teman. Hubungan mereka akan putus dan berakhir dengan di pria yang memilih wanita lain yang lebih sempurna dari Sophia. Itu pun terjadi ketika Sophia masih memakai seragam abu-abu, dia tidak memiliki banyak teman. Beberapa saja, ada yang kerja kelompok sampai ke rumah Sophia. Sion pikir salah satu di antara mereka menyukai Sophia karena cara bicara dan sifatnya yang memerlukan Sophia dengan lembut. Tapi yang ada ketika Sion mempertanyakan hal itu, Sophia memilih untuk diam. Meskipun Sion tahu kenapa alasannya tapi dia ingin mendengar langsung dari mulut Sophia. Tapi yang ada sampai dewasa pun Sion tidak pernah mendengar Sophia menceritakan satu pria yang dia sukai atau sedang dekat dengannya. Tentu saja karena fisiknya yang kurang beruntung, sehingga membuat para pria memilih untuk pergi ketimbang menetap di sisi Sophia. Secantik apapu
Mendengar hal itu mata Sophia pun melebar dengan sempurna. Dia pun menatap Alcand dengan tidak percaya. Bagaimana bisa pria itu melontarkan kata-kata seperti itu dengan mudah, sedangkan di ruangan ini tidak hanya ada mereka berdua. Tapi juga dengan Shaka yang sudah menunjukkan wajah tidak sukanya dengan ucapan Alcand.Bukannya takut, Alcand malah tertawa kecil dan masuk ke dalam ruang inap Sophia tanpa dosa. Tentu saja hal itu langsung membuat Sophia canggung setengah mati. Tadi pagi, Sophia sudah meminta Alcand untuk pulang lebih dulu. Setidaknya dia harus mandi dan mengganti pakaiannya bukan? Tapi yang ada Alcand malah menolak dan meminta orang suruhannya untuk mengantarkan baju dan juga peralatan mandi untuk Sophia. Dia bertanggung jawab pada hidup Sophia yang sedang sakit. Alcand menganggap jika Sophia sakit itu karena ulahnya bukan yang lain. Alcand selalu menyalahkan dirinya dan mengatakan hal yangs ama. Andai saja malam itu mereka tidak keluar menggunakan motor, mungkin hal ini
Shaka berdehem, lalu menguap dan merentangkan kedua tangannya ke udara. “Ini jam berapa?” tanyanya dengan santai.“Jam tiga sore. Mau pulang?” jawab Sophia. Alis Shaka terangkat sebelah, dia pun menggeleng. “Papi belum datang?” Disini Sophia langsung menggeleng, sejak pagi Petra memang belum datang sama sekali. Petra bilang jika dia datang sore hari, karena harus menggantikan pekerjaan Shaka yang terbengkalai. Ada banyak sekali file yang tidak dikerjakan oleh Shaka, itu sebabnya Petra bertahan di kantor sampai jam kantor pulang. Mendengar hal itu Shaka hanya mengangguk kecil, dia pun menatap Alcand yang sejak tadi diam saja di samping Sophia.“Itu patung kalau nggak berguna suruh pergi aja!!” cetus Shaka menatap Alcand. “Apa sih!!” decak Alcand. Dia pikir Shaka tidak tahu apa yang terjadi, dan apa yang membuat Alcand diam seribu bahasa? Bagaimana bisa seorang Alcand yang disentuh begitu saja langsung salah tingkah. Apa mungkin Alcand benar-benar tertarik dengan Sophia si cacat itu
Pintu ruang inap dibuka begitu lebar oleh seseorang. Sophia sampai memiringkan kepalanya dengan harapan jika itu bukan Shaka. Tapi sialnya, yang barusan masuk adalah Shaka dan juga satu pria paruh baya yang datang bersama dengan Shaka.“Pah … .” Tentu saja hal itu langsung membuat mata Sophia hampir saja lepas dari tempatnya. Orang yang barusan di panggil Pah itu tadi ayah Alcand? Seketika itu juga Sophia langsung menatap Alcand dengan kening yang berkerut. Lebih tepatnya menyamakan antara ayah dan anak ini yang terlihat hampir mirip. Dari hidung dan juga bentuk alisnya sama, belum lagi meskipun ayah Alcand sudah tua tapi masih terlihat tampan dan maskulin. Jangan-jangan bapak dan anak lagi adu fashion atau gimana sih, stylenya pun juga hampir sama. Bedanya ayah Alcand lebih dominan ke formal, sedangkan Alcand lebih ke santai tapi terlihat rapi dan cocok. “Ini Papa aku.” kata Alcand memperkenalkan ayahnya pada Sophia. “Papa kok bisa masuk sama dia?” katanya kembali menunjukkan ke