Share

Bab 4

“Jangan! Kamu di sini aja, ada yang harus aku omongin sama kamu!”

Suara Hanny yang tampak tegas itu, membuat Devina gugup hingga susah payah menelan salivanya sendiri. Beruntung Raka yang cepat sadar turut melangkahkan kaki guna mendekati kedua wanita itu.

Lantas secara perlahan ia menarik tangan Hanny dan mengenggamnya, “Biarin Devina pergi, Sayang. Toh urusannya sama aku juga udah selesai.” 

Bukannya menurut, Hanny justru berdecih kesal. Kemudian dengan bersedekap dada ia mulai menatap Raka juga Devina secara bergantian. 

“Kamu kenapa sih, Mas? Khawatir banget kayaknya! Aku tu cuma mau ngomong sama Devina, bukan mau nerkam dia!” sungut Hanny yang kini sudah kembali menatap Raka penuh tanya.

“Ada yang kalian sembunyiin ya, dari aku?” sambungya bersamaan dengan kedua matanya yang sengaja disipitkan saat menatap sang suami. 

“Nggak ada!” Raka yang menggeleng, segera menatap jam rolex yang melingkar indah di tangannya, lantas kembali menatap sang istri dengan senyum yang memgembang sempurna.

“20 menit lagi jam makan siang habis, kasihan Devina belum makan,” tambah Raka, merasa yakin bisa menang, dengan alibi yang telah ia ciptakan.

Namun, respon Hanny yang tiba-tiba tertawa, justru membuat kedua netra yang lain saling melempar tatapan penuh tanya.

“Mas, mas  ... dasar ya kamu! Kamu pikir aku nahan Devina di sini buat apa?” tanya Hanny dengan menaik turunkan alisnya.

Raka yang masih setia dalam keterdiamannya, membuat Hanny menggeleng pelan, lantas dengan cepat ia gunakan waktu itu,  menarik tangan Devina dan membawa wanita itu untuk duduk pada sofa yang berada di pojok ruangan.

“Masih mau berdiri di situ, apa ikut kita makan siang?” celetuk Hanny, di saat tangannya sibuk mengeluarkan beberapa kotak kecil dari paperbag yang sempat ia bawa.

Tutur kata itu, berhasil membuat Raka tersadar dari lamunannya, dan segera mengambil duduk tepat di samping Hanny.

“Kamu mau pakai lauk apa, Mas?” tawar Hanny, melirik sekilas ke arah Raka, “Kamu juga! Ayo dimakan, gausah sungkan-sungkan.”

Devina yang sudah kembali berdiri menggeleng cepat, lantas kembali menerbitkan seulas senyum, “Enggak usah repot-repot, Bu. Saya bisa makan di kantin perusahaan saja!”

"Sudahlah, saya juga tidak merasa direpotkan siapapun, karena ini memag hoby saya." Hanny terus mencoba menepis semua elakan yang Devina lontarkan, dan dengan gerakan cepat ia menarik tangan Devina untuk kembali duduk di hadapanya.

"Lihatlah! Aku sudah memasaknya cukup banyak, Kalau bukan kalian, siapa lagi yang akan memakannya?”

Devina yang bingung harus merespon apa, sedikit melirik ke arah Raka, berusaha meminta bantuan dari pria itu, Raka yang sadar segera mengangguk singkat sebagai jawaban. 

Hanny yang kini sudah kembali duduk, dan menyodorkan piring berisi makanan untuk Raka harus kembali menghela nafas berat, tatkala mendapati penampilan sang suami yang jauh dari kata rapi. Lantas tangannya bergerak untuk kembali merapikan kemeja yang menempel di tubuh suaminya itu.

"Aduh sayang. Kamu tu kebiasaan banget sih. Lain kali kemejanya jangan sampai berantakan kayak gini dong! Kalau ada orang lain yang lihat bisa-bisa kamu dikira habis macem-macem lagi, apalagi ada Ibu Devina di sini.”

Mendengar penuturan lembut dari sang istri, justru membuat pria itu terbatuk-batuk. Hanny yang panik segera menuangkan air dan memberikannya untuk Raka.

"Hati-hati makanya, aku tadi cuma ngingetin kamu kok, bukan mau nuduh. Jadi santai aja!" ujar Hanny lagi, yang justru tampak geli sendiri saat melihat warn merah padam terlukis di wajah  milik suaminya.

Kemudian ia menoleh menatap Devina, yang ternyata perhatian wanita itu juga tengah terpusat ke arah mereka. Masih dengan senyum yang mengembang sempurna, Hanny kembali membuak suara. 

"Bukankah begitu, ibu Devina?"

Devina yang di tatap sedemikian rupa, segera mengangguk dengan senyuman yang telihat sangat dipaksa untuk memgembang. 

Hanny yang sadar dan tak kunjung melihat wanita di hadapannya itu menyuap nasi, membuatnya mengeluarkan decakan kecil, yang lagi-lagi mampu menyita atensi kedua orang lainnya.

"Ayo dong dimakan!" erangnya berpura-pura cemberut, Devina yang merasa tidak enak, langsung mengarahkan sendok ke dalam mulutnya, membiarkan lidahnya mencicipi cita rasa masakan istri dari bosnya.

"Enak, 'kan? Dan kamu tenang aja …itu gak aku kasih racun kok." 

****

Setelah hampir seharian berada di dalam gedung cakar langit, kini bos dan sekretaris itu sudah berada di dalam apartemen milik Devina.

"Mas, Kamu ada kepikiran ga sih … kalau sebenarnya, mbak Hanny itu udah tau hubungan kita?" 

Devina yang baru saja selesai mandi, dan masih memakai bathrobe, segera melangkah ke atas ranjang, guna  mendekati Raka yang ternyata masih saja berkutat dengan laptop di pangkuannya. 

Raka yang menyadari kedatangan Devina, memilih menutup benda itu dan langsung menyimpannya di atas nakas. Lantas ia menoleh, menatap wanita yang sudah duduk di sampingnya dengan menampilkan seulas senyum pada bibir simetrisnya.

"Ya nggak lah, mana mungkin Hanny tahu tentang ini semua. Kamu lihat sendiri 'kan tadi, dia masih baik sama kita, baik banget malahan." 

Bagian bawah bathrobe yang sedikit menyingkap, berhasil mempertontonkan Paha putih Devina. Hal itu berhasil menarik perhatian Raka,dan membuat senyuaman berangsur mengambang sempurna. Lantas dengan gerakan perlahan ia mulai merebahkan tubuh, dan menggunakan paha itu sebagai bantalan kepalanya.

Devina yang masih tampak gusar, menerima kepala itu dengan baik, sebelum kemudian jari-jari lentiknya bergerak memainkan rambut tebal milik bosnya. "Tapi … tatapan matanya tadi seolah mengisyaratkan sesuatu, Mas."

Raka yang awalnya terpejam dengan posisi tubuh yang dimiringkan, kini merubah posisinya menjadi terlentang, lantas mata below nya mulai terbuka, menatap penuh wajah yang tampak cemas itu.

Sebelum bersuara pria itu terkekeh singkat, lantas mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir merah milik Devina. "Itu peerasaanmu aja mungkin, lagi pula dia 'kan lagi hamil, mungkin saj itu efek hormonnya." 

Devina mencoba untuk tersenyum lantas mengangguk, kemudian wanita itu melepas handuk yang melilit rambutnya, membiarkan rambut basahnya menjuntai dengan indah. Dan lagi-lagi hal itu sama sekali tak lepas dari pandangan mata Raka, membuatnya semakin terbuai dalam keelokan wajah serta tubuh milik sang sekretaris.

"Kamu cantik," puji pria yang sudah merasa susah payah  hanya untuk menelan salivanya sendiri.

Akan tetapi, bukannya menanggapi Devina justru menghela nafasnya dengan berat, pandangan yang semula menerawang jauh ke arah depan, kini ia jatuhkan pada mata bulat milik Raka.

"Hubungan kita ini, mau kamu bawa kemana?" Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Devina, entah mengapa tetapi semejak kejadian di kantor bersama Hanny, hati dan otaknya sangat tidak sinkron, semacam ada hal besar yang tengah mengancam posisinya.

Raka yang melihat kegundahan di wajah itu, segera bangkit, kemudian memilih duduk tepat di hadapan sekretarisnya. 

"Jika mbak Hanny mengetahui ini semua, lalu dia memberimu pilihan. Maka mana yang akan kamu pilih, aku atau dia?" 

"Hey … kamu tenang, okey" Pria itu langsung membingkai wajah Devina menggunakan kedua tangan, netranya menatap lekat serta mengunci pandangan mata Devina, tak membiarkan sedikitpun wanita itu mengalihkan pandangan. 

"Itu semua gak akan terjadi, Hanny gak bakal tau hubungan kita, kamu percaya sama aku!" 

Mendengar itu, sontak membuat Devina terkekeh, dengan gerakan cepat ia menepis tangan kekar Raka dari wajahnya. "Percaya sama kamu? Kamu aja gak bisa jawab pertanyaan aku lo, Mas!"

Melihat semburat penuh amarah yang terpampang jelas di wajah Devina, membuat Raka dengan cepat menarik tubuh wanita itu untuk masuk ke dalam dekapannya. Menenggelamkan wajah  santik Devina pada dada bidang miliknya,

 "Aku gak bakal ninggalin kamu!" tutur pria itu penuh ketegasan, berusaha menyakinkan si wanita.

"Jadi, apa kamu bakal ninggalin mbak Hanny demi aku?" 

Raka memilih diam, tetapi tangannya terus bergerak mengusap lembut surai sebahu itu dengan gerakan pelan, dan terakhir ia kembali memberikan kecupan singkat pada kening Devina.

"Kamu jangan ragu lagi ya sama hubungan kita, karena aku akan pastikan kamu akan selalu aman di sisiku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status