Share

7. Bunga Liar

Author: ISMI
last update Last Updated: 2025-07-08 11:25:39

***

Ethan menatapnya lekat-lekat, sedikit mengernyit. “Maksudmu?”

Sekar tidak langsung menjawab. Matanya justru bergerak pelan ke satu sudut ruangan. Di sana, seorang wanita bergaun satin hijau toska masih menatapnya dengan pandangan yang terlalu terang—penuh penilaian dan tidak menyembunyikan rasa jijik.

Sekar mendekat sedikit ke tubuh Ethan, seolah akan mencium pria itu, dan menarik kerah kemejanya dengan gerakan halus.

“Aku hanya lapar, dan makanan di sini... tidak cocok di lidahku,” bisiknya dengan nada setengah menggoda, setengah menyindir. “Bisakah kita pulang lebih awal?”

Ethan sempat terdiam, tidak menyangka gerakan itu. Napasnya sedikit tertahan ketika wajah Sekar hanya sejengkal dari wajahnya, cukup dekat untuk menimbulkan kesalahpahaman, terutama dari sudut pandang siapa pun yang sedang mengamati mereka.

“Kenapa?” gumam Sekar pelan. “Apa kamu mulai kagum dengan istri kontrakmu sendiri?”

Nada Sekar datar tapi tajam. Ia menatap Ethan sejenak, tidak mundur, tidak gentar. Tapi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Dadakan Sang Presdir   19. Debar yang Tak Diundang

    ***Aroma wangi daun jeruk dan lengkuas memenuhi dapur mewah pagi itu. Sekar, dengan celemek sederhana, tengah mengiris daun bawang sambil sesekali mencicipi sayur asem yang ia masak sendiri. Tangannya lincah, ekspresinya tenang, dan dari raut wajahnya terpancar kenyamanan—seolah dapur itu memang dunianya sejak dulu.Di sisi lain dapur, tiga maid berdiri gugup, saling pandang, tak berani mendekat.“Nona Sekar, biar kami yang kerjakan. Anda tidak seharusnya ke dapur,” ucap Lilis, maid yang biasa mengurus bagian dapur.Sekar tersenyum. “Panggil saja aku Sekar atau Teteh. Dan tidak apa-apa, aku sudah terbiasa masak sejak kecil. Dulu di panti, kami bergiliran memasak. Jadi ini bukan beban.”“Tapi… Tuan Ethan mungkin tidak akan suka melihat Anda bekerja seperti ini,” sahut maid lain pelan.Sekar menoleh, matanya lembut namun mantap. “Aku tak pernah hidup bergantung pada orang lain, dan hanya karena aku tinggal di rumah besar, bukan berarti aku berubah. Memasak membuatku merasa damai.”Lili

  • Istri Dadakan Sang Presdir   18. Mau Mandi Bersama?

    ***Sinar mentari belum benar-benar menampakkan dirinya saat Sekar membuka matanya. Kelopak matanya perlahan mengerjap, dan detik berikutnya, jantungnya seperti berhenti berdetak saat menyadari seseorang terbaring tepat di sampingnya."Ethan?!"Suara itu nyaris keluar dari mulutnya jika saja tangan dingin Ethan tak lebih dulu membungkamnya. Pria itu menatap Sekar tajam, tapi dengan nada suara setengah berbisik, ia menjelaskan, “Ada mamiku dan Clarissa. Mereka datang tiba-tiba. Kita harus terlihat tidur di kamar yang sama.”Sekar menatap Ethan dengan mata melebar. Ia melirik ke arah jam dinding yang menggantung di kamar. 05.00 pagi.“Kamu pikir aku bodoh?” bisik Sekar, menyingkirkan tangan Ethan dari mulutnya. “Mana ada orang datang jam segini?”Belum sempat Ethan menjawab, terdengar ketukan pelan di pintu kamar.Tok. Tok.Ethan tersenyum miring dan menurunkan tubuhnya dari tempat tidur. “Mami tidak pernah mengenal waktu jika sudah menyangkut urusan ‘mengecek’ anaknya,” gumamnya sambil

  • Istri Dadakan Sang Presdir   17. Menyentuh dan Melihatnya

    ***Malam telah larut ketika Sekar terbangun dari tidurnya, bukan karena mimpi buruk, tapi karena suara ketukan pelan di pintu kamarnya yang besar. Ia bangkit setengah sadar, membuka pintu dengan mata setengah tertutup.Namun begitu pintu terbuka, matanya langsung terbuka lebar. Di depan pintu berdiri Ethan, dengan wajah datarnya, mengenakan kaus putih dan celana panjang santai berwarna gelap. Namun yang paling membuat Sekar jengkel adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibir pria itu.“Kita berangkat ke Amsterdam lusa.”“Apa?” Sekar nyaris berteriak. Ia mengucek matanya, memastikan ia tidak sedang berhalusinasi. “Aku ke Amsterdam, lusa? Kau sudah tidak waras, kan?”Ethan mengangkat sebelah alisnya dengan tenang. “Jika aku gila, aku tidak akan bicara dengan normal denganmu, Nona Penari.”Sekar melipat tangan di dadanya. Wajahnya jelas kesal.“Tidak! Ini aku keberatan! Kamu sela

  • Istri Dadakan Sang Presdir   16. Pria Pertama

    ***Langit pagi itu begitu jernih, seolah memberi restu pada setiap langkah Sekar. Di sebuah lapangan terbuka dekat bantaran sungai, anak-anak kampung berkumpul dalam lingkaran besar, wajah mereka bersinar penuh semangat.Sekar berdiri di tengah, mengenakan kain batik khas Sunda dengan kebaya sederhana berwarna gading yang melekat anggun di tubuh rampingnya. Rambutnya disanggul setengah, menyisakan beberapa helai yang dibiarkan lembut membingkai wajahnya. Senyum manisnya menjadi magnet tersendiri bagi semua anak-anak yang melihatnya."Ayo, ulangi lagi gerakan tangan ini... Lembut, seperti air yang mengalir... Ya, bagus sekali, Dita!" ujar Sekar semangat, menirukan gerakan tari Jaipong yang anggun.Anak-anak menirunya dengan riang. Tawa mereka mengalun bercampur dengan musik gamelan dari speaker kecil yang dibawa oleh salah satu warga.Beberapa warga dewasa ikut menonton dari pinggir, bertepuk tangan sesekali, bangga melihat anak-anak mereka bisa menari dengan bahagia. Namun, hari itu

  • Istri Dadakan Sang Presdir   15. Ratu tanpa Mahkota

    ***Udara pagi Jakarta menyengat, walau matahari baru menyembul dari balik gedung-gedung pencakar langit. Di tengah hiruk-pikuk ibukota, sebuah mobil hitam menggelinding mulus memasuki kawasan pembangunan apartemen mewah di bilangan Sudirman. Ethan turun dari mobil dengan wajah dingin.“Pak Ethan, selamat datang,” sapa salah satu manajer proyek sambil menunduk hormat.Ethan hanya mengangguk. “Tunjukkan progresnya. Aku tak punya banyak waktu.”Beberapa orang buru-buru menyiapkan tablet dan gambar proyek. Ethan mendengarkan penjelasan singkat, meninjau maket dan progres bangunan yang menjulang. Matanya tajam, telinganya fokus menangkap detail.“Berapa unit yang sudah terjual?”“Sekitar enam puluh persen, Pak. Mayoritas dibeli oleh investor asing dan ekspatriat.”Ethan mengangguk pelan. “Pastikan lantai penthouse sesuai dengan desain awal. Aku ingin yang terbaik untuk klien pribadi.”“Siap, Pak!”Tanpa banyak basa-basi, ia kembali masuk ke mobil, menuju kantornya di pusat bisnis Jakarta.

  • Istri Dadakan Sang Presdir   14, Punyamu Datar, Aku Tidak Tertarik!

    ***Ethan menaikkan satu alis, tatapannya penuh tantangan saat ia melangkah maju setapak. "Ah, jadi nanti aku harus minta izin dulu kalau ingin menciummu?"Sekar membelalak, refleks tangannya mencubit sisi perut kiri Ethan dengan cepat dan kuat. “Akh!” Ethan meringis, tangannya langsung menempel pada sisi perutnya yang kena cubit.Sekar menyeringai menang, lalu bangkit dari duduknya. “Aku mau tidur. Lelah.”Ia baru saja melangkah beberapa langkah, lalu berhenti dan berbalik, memasang ekspresi datar. “Dimana kamarku?”Ethan yang masih berdiri sambil mengusap perutnya, tersenyum penuh arti. “Mau kita tidur bersama?”Sekar spontan mundur satu langkah, refleks menutup bagian dadanya dengan kedua tangan. “Aku ini karateka sabuk hitam. Kalau kamu macam-macam, adik kecilmu itu bisa-bisa nggak berfungsi selamanya!” ancamnya dengan nada rendah tapi tajam.Ethan terdiam sejenak. Lalu perlahan matanya menyapu ke arah dada Sekar yang tertutup tangan. Tatapan hijau zamrud itu tenang, lalu ia bicar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status