#Istri_Gaib
Bab 46 : Maaf, Sayang
Saat Haikal tiba di rumah, suasana sudah sepi. Ia sudah mengabari Nindi kalau akan pulang malam karena ada kebakaran di kompleks perumahan tentara. Ia tahu, anak dan istrinya itu pasti sudah tidur karena kini jam di dinding sudah menunjuk ke arah 23.15. Setelah memasukkan motornya ke garasi, ia langsung masuk ke dalam rumah.
Dari kejauhan terlihat sosok berambut merah sedang mengamati rumah Haikal, tapi dia tak berani untuk mendekat sebab takut terbakar hawa panas yang berkobar dari sekitar rumah berpagar biru itu. Ia tak rela jika janin yang kini ia kandung ikut terbakar hanya karena rasa rindu yang kian menggebu. Biarlah hasrat ini ia tahan dahulu, demi buah cinta mereka.
Maura sedikit senang, walau kini tak lagi bisa bersama sang suami, tetapi ada titipan buah cinta yang kini tumbuh sehat di rahimnya. Anak inilah harapan satu-satunya untuk bisa kembali pria yang amat ia cintai itu, Babang Haikal tersayang. Ia tetap tak
Istri GaibBab 47 : Ulah Ella“Bang, ayo!” ujar Nindi saat naik ke boncengan sambil menggendong baby Hana, bayi mungil mereka untuk dititipkan ke rumah Bu Ida, ibunya Haikal.Haikal membonceng sang istri untuk menyeberang ke seberang jalan, ke rumah Ibunya. Tiap Nindi dinas pagi, baby Hana akan dititipkan ke rumah neneknya.“Bu, titip Hana, ya!” ujar Nindi saat memindahkan Hana ke gendongan sang nenek.“Iya, kalian hati-hati berangkatnya! Hana aman kok sama Ibu,” jawab Bu Ida sambil membaringkan bayi berkulit putih bersih itu di ayunan.“Maaf, Bu, udah merepotkan tiap hari,” ujar Nindi sedikit tak enak hati.“Ah, kamu, Nin, nggak ngerotin kok. Ibu dan Mbak Hennimu malahan senang dititipi Hana, maklum anaknya Mbakmu itu udah gede-gede, udah gak ada lucunya lagi .... “ Bu Ida terkekeh.Nindi tersenyum dan kemudian salim kepada sang ibu mertua, lalu menghampiri Haikal yan
Istri GaibBab 48 : Sosok Bayi MauraMaura duduk sendiri di bawah sinar rembulan sambil selonjoran di tepi sungai, tangan kanan sambil mengusap perutnya. Ia sedang menanti kelahiran buah hatinya bersama Haikal yang menurut perhitungannya akan lahir malam ini.“Sayang, cepatlah lahir ke dunia, ibu sudah tak sabar menantimu,” ujar Maura sambil memijat pinggangnya yang mulai terasa sakit.Makhluk berambut merah itu beranjak dari tepi sungai dan kemudian melangkah ke semak-belukar tanaman pakis dan kangkung malu, perutnya kian terasa nyeri. Ia kebingungan untuk mencari lokasi untuk melahirkan. Ia sengaja memilih untuk lahiran di atas daratan sebab ia yakin anaknya pasti akan berwujud manusia yang akan kelelep jika ia melahirkan di dasar sungai.“Agghhh!!!” jerit Maura, kakinya tersandung akar rumput, ia terjatuh.Maura terjatuh dengan menimpa perut buncitnya, padahal ia belum tiba di hutan rumah sang ibu, Masnah. Ia beren
#Istri_Gaib Bab 49 : Satu Istri Beberapa tahun kemudian. “Sayang, cepatan ah! Lama amat dandannya, udah pukul 06.45 ini!” teriak Haikal dari arah ruang tamu, ia sudah bersiap dengan dinas berwarna orange yang dilapisi jaket kulit di luarnya. Taklama kemudian, Nindi sudah keluar dari kamar dengan menggandeng Hana, gadis kecil berwajah cantik dengan rambut kuncir dua yang kini sedang duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. “Hana, Bang, yang bikin lama. Udah bangun kesiangan, pakai minta dikuncir dua pula,” ujar Nindi saat menghampiri suaminya yang terlihat kesal dengan mata melototi jam di pergelangan tangannya.“Cepatan ah, Papa ada panggilan darurat pagi ini.” Haikal mencubit gemas pipi mulus putri sewata wayangnya itu. Ketiganya menuju teras. Nindi segera mengunci rumah lalu mendekati motor maticnya. Seperti biasa, Hana akan diantar Haikal pergi ke sekolah, sedang Nindi pakai motor sendiri. “Sayang, hati-hati
#Istri_GaibBab 50 : Teman HanaHana memeluk papanya dari belakang, motor mulai melaju menuju arah rumah. Sepanjang jalan, pikirannya masih tertuju pada Meiry, teman yang sangat unik menurutnya. Ia berharap, besok-besok masih bisa bermain lagi bersamanya.Di tengah jalan, Haikal malah berpapasan dengan Nindi. Ia langsung menghentikan motor, dan menoleh ke arah sang istri yang ternyata juga menghentikan motornya.“Hana, kamu ke mana saja?” cecar Nindi dengan raut wajah lega, namun penasaran.“Main sama teman,” jawab Hana sambil menundukkan kepala.“Nin, kita lanjut bicara di rumah saja. Ayo pulang!” Haikal menatap Nindi dan memberi isyarat agar jangan mengintrogasi Hana dulu, tunggu sampai di rumah saja.Kedua suami istri itu mulai melajukan motornya menuju pulang. Taklama kemudian, mereka pun tiba di depan rumah dan langsung menggandeng Hana masuk.“Hana, cerita sama mama ... kamu
#Istri_GaibBab 51 : Rambut Merah“Ayo, masuk!” Haikal menggandeng tangan Hana untuk masuk ke rumah mertuanya, neneknya Hana.“Eh, cucunya Oma udah pulang sekolah,” sambut Bu Ratna, mamanya Nindi.Hana langsung melepaskan tangan Haikal dan mendekat ke arah omanya.“Ma, Haikal mau titip Hana, ya!” ujar Haikal sambil menyalami sang mertua.“Iya,” jawab Bu Ratna sambil memegang pundak cucunya yang sudah setinggi dadanya itu.Haikal pamit untuk kembali ke kantor. Bu Ratna dan Hana mengantar pria berjaket cokelat iu ke depan pintu.“Papa hati-hati!” ujar Hana sambil melambaikan tangan.Haikal yang sudah naik ke atas motornya, membalas lambaian tangan putri tunggalnya itu dan kemudian mulai memacu kendaraannya untuk kembali ke tempat kerjanya.Bu Ratna menggandeng Hana masuk, lalu membawanya ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah itu, ia mengajak sang c
#Istri_GaibBab 52 : Ulah HanaHaikal membuka mata dan mengerjap beberapa kali. Kepalanya masih terasa sakit. Ia tersenyum tipis saat mendapati Nindi kini sedang memijat kepalanya.“Bang, kamu nggak apa-apa ‘kan?” tanya Nindi dengan raut cemas.“Iya, Sayang, nggak apa-apa kok, cuma masih pusing aja,” jawab Haikal lemas sambil menarik sang istri untuk berbaring di sampingnya.“Bandel sih, udah tahu capek ... masih aja ngeyel ngajak berhubungan.” Nindi mengusap pipi suaminya.“Bukannya gitu, Sayang! Namanya juga kangen, mau gimana lagi?” jawab Haikal sambil memeluk istrinya dan mendaratkan kecupan hangat di dahi.Haikal menghela napas. Akhir-akhir ini ia semakin sering berhalusinasi tentang Maura, bahkan memimpikannya. Ia tak tahu, apa gerangan yang sedang terjadi? Apakah Maura akan kembali ke kehidupannya dengan cara ini atau apa? Yang jelas, ia sudah merasa nyaman dan bahagia denga
#Istri_GaibBab 53 : Warna RambutSorenya, Nindi dan Haikal membawa Hana ke salon untuk mengembalikan rambutnya ke warna asal yaitu warna hitam."Mbak, tolong dihitamin rambut putri saya!" ujar Nindi kepada karyawan salon yang kini menyambut mereka dengan ramah.Karyawan salon itu mengangguk dan menggandeng Hana untuk duduk di kursi khusus pelanggan, sedang Haikal dan Nindi menunggu di kursi tunggu.Satu jam berlalu, karyawan salon menghampiri Haikal dan Nindi dengan raut cemas."Kenapa, Mbak?" tanya Nindi dengan perasaan yang mulai terasa tak enak."Maaf, Bu, kalau boleh tahu ... Pewarna jenis apa yang digunakan Hana?" tanya sang karyawan."Hmm ... Emangnya kenapa, Mbak?" Nindi bangkit dari kursi tunggu."Sepertinya ... Pewarna yang digunakan Hana itu permanent jadi warna rambutnya tidak bisa dikembalikan ke warna asal lagi.""Astaghfirullahal'adzim. Bagaimana ini, Bang?" Nindi menatap Haikal dengan kesal s
#Istri_GaibBab 54 : Pertemuan“Jadi ... aku harus bagaimana? Mamaku marah besar ... dan akibatnya ... aku nggak dibolehin melepas jilbab yang sebenarnya belum siap untuk kukenakan ini .... “ Hana cemberut sambil menunjuk jilbabnya yang ada di kepalanya.“Aku juga nggak tahu, Hana. Yang jelas, warna rambutmu takkan bisa berubah warna hitam lagi. Bukannya kamu suka rambut berwarna merah begitu?” Meiry mendekat dan mengintip rambut merah Hana dari balik jilbab putih itu.“Aku sih suka, tapi Mamaku nggak suka. Beberapa hari ini aku diomelin terus.” Hana merenung, ia sedih sekali akan nasib rambutnya.“Oh ... begitu ceritanya. Maafkan aku, ya, Hana!” Meiry memeluk Hana.Keduanya berpelukan. Meiry mengusap punggung temannya itu yang tinggi badan hampir sama dengannya itu.“Ya sudah, jangan sedih lagi.” Meiry mengusap punggung Hana.Hana melepaskan pelukann