Ting.Ponsel Kinanti bergetar, dengan perlahan tangannya bergerak mengarah pada saku celana.Kinanti menatap Ilham kembali."Kenapa?" Tanya Ilham melihat raut wajah bingung Kinanti."Mas, aku pulang dulu ya, dia menghubungi aku dan mungkin aku juga bisa meminta bercerai darinya nanti," kata Kinanti.Ilham merasa tersentuh dengan kata-kata Kinanti, senyuman bahagia Ilham tidak bisa di tutupi di iringi menganggukkan lembut."Kamu hati-hati."Kinanti bangun dari duduknya dan segera beranjak, tidak lama berselang ponselnya berdering kembali."Halo tuan." Perasaan Kinanti begitu was-was tetapi keputusan bercerai dari Adam adalah tepat, mengingat Adam juga pasti bahagia sebab tidak lagi membebaninya.Juga tidak lagi ada rasa takut di hati Adam untuk di ketahui oleh Renata, wanita yang sangat dicintai Adam."Kamu di mana?" Adam sudah kembali kerumahnya dan mengambil mobilnya, kini ia tengah
"Tu-tuan, sa-saya. Mau bicara!!"Adam tidak perduli ia terus melajukan mobilnya membelah jalan raya."Mau makan sesuatu?" Tanya Adam sekilas melirik dengan wajah datarnya.Kinanti tidak bisa berbicara saat ini, bagaimana bisa mengatakan minta talak sedangkan Adam memperlakukan nya seperti ini.Kenapa Adam bisa berubah seketika.Entah di mana Adam yang cuek dan yang biasanya Arogan seakan tidak menganggapnya istri sama sekali."Kinanti!"Adam kembali menepikan mobilnya lalu, beralih menatap istri keduanya."Tuan saya ingin bicara," kata Kinanti dengan susah payahnya."Aku tidak mau bicara dengan wanita yang tidak menghargai suaminya!" Tandas Adam."Tidak menghargai?" Kinanti bingung kesalahannya di mana dan mengapa Adam mengatakan seakan mereka adalah pasangan suami istri yang sebenarnya, bukankan menikah hanya sebuah paksaan karena keadaan."Aku tidak mau kau memanggil ku Tuan!" Tegas Adam.Kinan
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Kinanti terus saja berdebat dengan pikirannya, pertanyaan-pertanyaan mengenai perubahan sikap Adam membuatnya sulit untuk lepas dari jerat pernikahan paksa ini."Sudah sampai Bu."Suara supir taxi membuat Kinanti tersadar dari lamunannya, seketika perlahan kaki melangkah turun.Namun, mata Kinanti melihat ada sebuah mobil melaju kencang dari arah berlawanan mengarah pada wanita yang akan menyebrang jalanan.Dengan cepat Kinanti berlari dan berusaha menyelamatkan wanita tersebut, sekali pun sebenarnya Kinanti sudah nekat membayangkan diri dan janinnya."Awas!!!" Kinanti berseru tangannya bergerak mendorong wanita yang hampir saja terlindas mobil.Brum.Mobil melintas dengan kencang tampa perduli bahkan berlalu begitu saja."Aaaaaaa!!!!!" Teriak wanita itu bersamaan.Salah satu lengan Kinanti terkena hingga membuatnya meringis kesakitan.Renata tersada
Sesuai dengan keinginan Renata yang meminta untuk menemui Kinanti, Adam perlahan berjalan menuju kamar Kinanti yang berdekatan dengan dapur.Belum sampai Adam ke kamar Kinanti matanya sudah melihat seorang wanita di dapur sedang berusaha membuka bungkusan mie instan menggunakan sebelah tangannya.Adam segera mendekati dan mengambil alih."Eh," Kinanti tersentak dan melihat siapa orang yang tiba-tiba muncul lalu mengambilnya.Tatapan mata Adam mengarah pada Kinanti begitu tajam, kemudian tangannya meletakan bungkus utuh mie instan pada meja."Tu-tuan?""Coba ulangi!" Suara dingin Adam membuat Kinanti merasa horor, ia diam dan menunduk."Kenapa masih makan mie instan?"Kinanti kembali mendongkak menatap Adam."Jangan lagi makan ini!" Adam menunjuk mie instan yang baru saja di letakan pada meja, "mengerti?!""Tu-"Pandangan Adam yang tajam membuat Kinanti meneguk saliva.
"Nyonya Renata?!"Kinanti terkejut dengan refleks langsung terbangun saat melihat kehadiran Renata di dalam kamar nya, tunggu dulu apa Renata ingin mengusir dirinya.Adam?Kinanti mengingat semalam Adam memeluk nya erat bahkan sampai ia tertidur pulas.Apa pagi tadi Renata memergokinya dan Adam?Kinanti bingung dan mulai menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi sebab, tidak biasanya Renata datang ke kamarnya."Maaf Kinanti, saya mengganggu kamu. Tadi saya sudah bilang ke Kak Hanna kalau kamu istirahat selama beberapa hari dan di ijinkan jadi, kamu istirahat saja sampai beberapa hari ini," ujar Renata.Kinanti mengangguk lemah sesaat kemudian matanya menatap Adam menyusul masuk.Apa Adam semalam tidur dengan nya?Atau tidak?Kapan Adam keluar dari kamar nya?Kinanti tidak tahu mengapa saat Adam memeluknya erat terasa begitu hangat hingga ia tertidur pulas.Bahkan lupa kap
"Jangan mengundang kemarahan ku!" Wajah Adam terlihat dingin hingga matanya pun menatap tajam Kinanti."Sudah aku katakan, kau boleh meminta cerai setelah anak ku lahir. Ingat Kinanti aku ini suami mu dan punya hak penuh atas diri mu jadi, jangan kau anggap aku hanya sebuah benalu!"Kinanti membuang pandangannya ke arah lain tidak ingin menatap Adam sama sekali."Ayo makan!"Dengan terpaksa Kinanti membuka mulutnya, sekalipun sebenarnya ia sangat malas."Aku sudah kenyang!" Tolok Kinanti setelah makan beberapa suapan.Adam memberikan botol mineral pada Kinanti.Kinanti meneguknya dan meletakkan kembali botolnya, tanpa di duga Adam mengambil botolnya kembali dan meminum dalam botol yang sama."Kau ingin makan yang lainnya?" "Tidak!" "Yakin?""Em!"Ponsel Kinanti terus saja berdering beberapa kali, hingga Adam penasaran siapa yang menghubungi istri gel
Kinanti terus saja menggerutu dalam hati, bahkan setelah turun dari taxi pun."Di minta cerai tidak bisa, nyatanya rumah tangga ini sangat menyiksa," gumam Kinanti. Kakinya perlahan memasuki pintu utama rumah besar milik keluarga Adam, sungguh menyakitkan sekali padahal ia adalah seorang menatu juga. Menantu gelap, miris.Tidak mungkin ada yang bisa menerima gadis miskin dengan latar belakang keluarga broken home.Renata adalah wanita tepat untuk menjadi menantu di keluarga Adam. Cantik, pintar, berasal dari keluarga terpandang. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya.Ibu dan Ayahnya bercerai, keluarga nya hancur berantakan. Sekalipun ia seorang sarjana keperawatan itu pun karena hasil beasiswa yang di dapatkan."Kinanti."Suara Sarah dari arah tangga menyadarkan nya segera beralih menatap wanita tersebut."Iya Nyonya?"Sarah berjalan cepat menuruni anak tangga, lalu matanya melihat sebelah tan
ponsel baru yang barusan di berikan oleh Adam berdering, Kinanti meliriknya dengan malas. Nama Adam tertera di layar ponselnya.Tidak ada keinginan untuk menjawab nya tetapi ponsel nya terus bergetar hingga membuatnya pusing dan menjawab dengan malas."Halo!" Jawab Kinanti dengan nada tinggi.Adam menjauhkan ponselnya dari telinga sejenak merasakan gendang telinga hampir pecah karena pekikan Kinanti."Mas tunggu di ujung pos satpam.""Mau kemana?" Tanya Kinanti tidak suka."Kau mau makan apa malam ini, akan Mas antarkan kemana pun," jawab Adam berusaha berdamai dengan Kinanti."Enggak tertarik!" Kinanti hampir mengakhiri pembicaraan mereka tetapi suara Adam membuat nya urung memutuskan sepihak."Apa bertemu Renata kau tertarik?!""CK!"Kinanti mengacak rambutnya, mengapa ia yang takut Renata tahu bukankah yang seharusnya takut itu adalah Adam."Iya!"