“Apa? P—putus?” tanya Ryan sedikit gagap.
Yuna mengangguk cepat. Ia juga menunjukkan wajah penuh keyakinan. Dokter cantik itu tak ingin menunggu waktu lain dan ia ingin segera bebas dari bajingan di hadapannya.“Yuna, kamu pasti salah ngomong, ‘kan?” seru Vina seraya mendekat pada dirinya.Bahkan gadis itu meraih lengannya untuk memastikan lebih jelas ekspresi Yuna. Namun dokter cantik itu langsung menangkap tangan sahabat munafiknya dan langsung menjatuhkannya, seolah jijik disentuh oleh Vina. Tak lupa, Yuna tersenyum tipis menunjukkan keyakinannya.“ASesuai dugaan Yuna, Vina membawa Ryan ke apartemennya. Gadis itu berusaha keras menenangkan Ryan. Bahkan ia menuruti permintaan lelaki itu untuk memberikan minuman keras. Vina hanya bisa menjadi pendengar amarah Ryan seraya menemaninya minum. Jujur saja, hatinya panas, semakin lama mendengar lelaki itu menyebut nama Yuna. Hingga pada tegukan gelas wiski ketiga wajahnya sudah memerah karena pengaruh alkohol.“Kenapa kamu begitu menyukai Yuna, Ryan?” tanya Vina seraya menatap lelaki itu lamat, mempertahankan keseimbangan tubuhnya.“Dia cantik dan pintar, tetapi bodoh serta manis,” jawab Ryan diakhiri tawa kecilnya.Pertanyaan Vina seolah meredam amarahnya. Ia teringat pertemuan pertamanya pada Yuna dan bagaimana bersemangatnya saat ia tahu gadis itu kuliah di jurusan kedokteran. Pasti dia anak orang kaya, pikir Ryan.“Lalu bagaimana denganku?” tanya Vina tiba-tiba. Matanya mulai sayup, tetapi ditahannya.Ryan tersenyum menyadari gadis
“Dengan peralatan secanggih ini, aku bisa buka praktek di rumah,” ucap Yuna menahan senyuman girangnya.Dokter cantik itu tengah berkhayal, setelah menyelesaikan tugasnya menyembuhkan Jason dan kontrak berakhir ... ia bisa memiliki semua peralatan itu, lalu membuka praktek. Gajinya sebagai dokter spesialis rehabilitasi medik tak akan cukup untuk membeli semua perlengkapan alat-alat medis tersebut. Mungkin cukup jika Yuna mencicilnya atau menjual satu rumah makan peninggalan ayahnya.“Ah, aku bukan anak yang berambisi. Ayahku bisa menyekolahkanku menjadi dokter spesialis hanya mengandalkan usaha rumah makannya saja ... sudah luar biasa. Aku tidak mungkin menghancurkan perjuangan ayahku.” Yuna terus berdialog seorang diri, bertanya dan menjawab jawabannya sendiri.“Hm ....” Suara dehaman Jason hampir mengejutkan Yuna.Awalnya CEO itu tak ingin mengganggu keseruan Yuna. Namun, setelah kedatangan dokter cantik itu satu jam lalu dan ia sudah memperhati
“Boleh lihat dulu obat dan vitaminnya?”Selesai sarapan, pelayan lain membawakan nampan kecil berisi obat dan vitamin untuk Jason yang sudah tersaji dalam wadah kecil. Yuna langsung mengajukan diri memeriksanya. Jason memerintahkan bi Nani—pelayan tadi untuk membawakan kemasan obat dan vitaminnya.Intuisinya tiba-tiba merasakan ada yang tak baik di sana. Yuna harus memastikan dengan benar agar tak ada yang mengganjal pada hatinya. Mungkin saat mendengar kata vitamin, ia menjadi sensitif dan waspada teringat kabodohannya dulu.Ya, lebih baik Yuna membenarkan perasaan tersebut. Ia harus memastikan Jason tak mengalami hal yang sama seperti dirinya. Tertipu kemasan obat penggemuk badan yang ditukar dengan label vitamin oleh Ryan.Bukan itu saja yang membuat rasa curiga Yuna tiba-tiba muncul. Raut wajah pelayan tadi seolah menyembunyikan sesuatu dan sulit untuk dipahami. Entahlah, ekspresinya seperti mengingatkan pada wajah Nita—mantan ibu mertuanya (
“Heuh, membantuku? Mungkin saja dia senang aku mengalami kelumpuhan atau sedih karena aku selamat dari kecelakaan maut itu,” celetuk Jason sinis.“Jason?!” pekik Brian murka. “Jaga mulutmu! Arka tidak seperti yang kamu pikirkan. Elsa dan Arka—““Apa?!” sentak Jason memotong penjelasan ayahnya.Wajah Brian kembali tersentak. Ia tampak terkejut, anak lelakinya berani meninggikan suaranya. Jason lantas menarik dasi berwarna biru tua, agar saluran pernapasannya sedikit lebih lega.“Papa sudah berkhianat pada mama dengan menikahi sekretaris sialan itu dan membawa anaknya ke rumah! Aku tidak sudi berbagi dengan anak tiri kesayangan Papa itu!” Jason berkata dengan nada penuh penekanan, menandakan amarahnya yang tak tertahan.CEO muda itu menghela napas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. “ABR Company Group adalah perusahaan yang dibangun oleh mamaku, jadi aku akan mempertahankannya dan tak kuijinkan anak sialan itu menyentuhnya,” pungkas Jas
Namun, saat mulut Yuna hendak bersuara Jason memindahkan diaphragm dari dadanya pada dokter di hadapannya. “Bagaimana suara detak jantungmu?”Jason menatap tepat pada kedua netra Yuna. Seketika jantung dokter cantik itu berdetak lebih kencang, bahkan suaranya lebih kencang dari Jason. Gendang telinganya hampir pecah.Yuna refleks memundurkan tubuhnya dan Jason pun melepaskan diaphragm dari tangannya. Ia tersenyum puas menyadari Yuna tampak panik, hingga melepaskan kasar earpieces stetoskopnya. Kedua pipi dokter cantik itu tiba-tiba merah merona.“Sepertinya hasil tensinya sudah keluar,” ucap Jason menyadarkan Yuna.“Ah, i—iya,” sahut dokter cantik itu salah tingkah.Dokter cantik itu benar-benar seperti orang linglung. Hampir sana ia menarik paksa manset yang melingkar di lengan Jason. Untunglah CEO tampan itu cepat menahannya. Akan tetapi, kedua netranya kembali bertemu. Detak jantung Yuna kembali berdetak cepat. Ia seolah bisa mendengar detak jantungnya tanpa bantuan stetoskop.“Te
Ryan panik. Wajahnya tampak salah tingkah. Ia tak mungkin meninggalkan Yuna, sebab dirinya tengah membujuk dokter cantik tersebut.“Pergilah! Jangan sampai karena menahanku kamu kehilangan kesempatan untuk naik jabatan,” celetuk Yuna santai.“A—aku ... maafkan aku, Yuna. Nanti kita bicara lagi, ya!” ucap Ryan gagap lalu bersiap berlari menuju lift.Yuna tersenyum kecut memandangi lelaki itu panik. Bukankah terlihat jelas seperti apa kesungguhan Ryan. Lelaki itu lebih takut kehilangan kesempatan untuk naik jabatan daripada membujuk dirinya.“Jangan harap aku mau kembali lagi padamu, dasar pengkhianat!” kesalnya.“Dokter Yuna!” Dokter cantik itu langsung menoleh ke arah suara. Pak Rama, sopir pribadinya Jason mengangguk sopan padanya. Yuna pun langsung bergegas menghampirinya.“Maafkan saya, Pak Rama jadi menunggu lama,” ucap Yuna sungkan setelah berada di hadapan pak Rama.“Tidak apa, Dokter Yuna ... silahkan masuk!” sahut pak Rama seraya membukakan pintu untuknya. “Tuan Jason memint
Yuna hampir tersentak saat ia baru saja duduk di meja kerjanya, pintu ruangan Jason terbuka. Seorang lelaki muda berpakaian formal, memasang raut wajah kesal. Lelaki itu bahkan membanting kasar pintu ruangan Jason.“Hei, kamu dokter pribadinya Jason?” tanyanya hampir mengejutkan Yuna.Wajah Yuna sedikit bingung. Namun, ia segera mengenali lelaki tersebut. Arka Wijaksono—saudara tirinya Jason. Yuna hanya membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai salam hormat.“Benar, Tuan. Saya dokter yang pribadinya tuan Sean,” jawab Yuna membenarkan.Arka mencibir. “Sebaiknya kamu hati-hati dengan Jason. Dia itu—““Tuan Arka!” tegur Adam memotong ucapan Arka.
“Kenapa kamu tak melarangku meminum obat dan vitamin yang diberikan bi Nani?” tanya Jason menatapnya curiga. “Maafkan aku, Tuan Jason. Saat pagi tadi aku masih ragu dan belum yakin ... apalagi sepertinya Tuan sangat mempercayai bi Nani,” jawab Yuna lalu menundukkan pandangannya, menunjukkan rasa penyesalannya. Jason menghela napas pendek. Tentu saja ia tak bisa menyalahkan Yuna. Bukankah dokter cantik itu sudah menyelamatkan dirinya? Lebih baik ia mencari tahu alasan kenapa pelayannya tega melakukan hal tersebut. Tidak! Jason tahu siapa pelakunya dan ia yakin sekali bi Nani hanyalah disuruh. Seseorang yang menginginkan perusahaannya dan tak menyukai keberadaannya. Akan tetapi, tetap saja pelayan itu berkhianat dan hampir mencelakainya. Jason, lantas menatap wajah Yuna yang masih memasang ekspresi bersalah. “Maafkan aku, Dokter Yuna. Aku tak bermaksud menyalahkanmu,” ucap Jason pelan. Ia berdeham pelan sebelum melanjutkan ucapannya. “Sekarang bagaimana kondisiku?” Yuna refleks men