Home / Rumah Tangga / Istri Hadiah Taruhan / kehilangan Yang Menyakitkan

Share

kehilangan Yang Menyakitkan

last update Last Updated: 2023-06-24 16:41:57

"Kapan Bram akan menikahi kamu, Nak?" Manik mata milik ayah Rena, menatap sayu pada anak semata wayangnya.

"Ayah, jangan mikir yang berat dulu. Yang penting ayah sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa." Rena mencoba mengalihkan pembicaraan.

Rena tahu, sudah lama ayahnya menginginkan dia untuk segera mengakhiri masa lajangnya. Tapi Bram masih belum siap. Sementara umur Rena terus merangkak naik.

Keluarganya yang lain sudah mencoba untuk menjodohkan dia dengan pria lain. Tapi dengan tegas Rena menolak. Rena menganggap itu semua hanya ketakutan dari mereka saja. Dia tetap yakin Bram akan menikahinya, walaupun memang memerlukan waktu yang agak lama.

Mimpi tinggal mimpi, janji tinggal janji.

Bram pergi dengan wanita idaman dan semua penghianatannya. Dan wanita itu bukan Rena.

Tinggal Rena sendiri yang memeluk mimpi dan semua janji itu dengan kesepian.

"Mana Bram? Kenapa dia tidak pernah datang?" lirih suara lelaki tua itu mencari keberadaan orang yang diharapkan mau menjadi calon menantunya.

Tapi dia tak kunjung ditemukan. Karena memang tidak mungkin ada dan datang kesini lagi.

Lelaki itu sedang mengikat janji sehidup semati saat ini. 

Air mata Rena sudah terasa berat di pelupuk mata. Dan siap tumpah saat ini. Tapi sekuat tenaga dia mencoba menahannya. Agar tidak membuat risau orang yang paling disayanginya.

"Suruh Bram datang, mana tahu bisa membuat ayahmu lebih tenang. Dari sebelum masuk rumah sakit ayahmu terus menanyakan tentang kalian berdua." Ibunya berkata.

apa yang harus dikatakannya pada kedua orangtuanya ini? Disaat seperti ini itu bukan kabar yang baik. Tapi malah akan menambah beban untuk kedua orang tuanya itu.

Rena memutar otak. Mencari celah agar tidak menyakiti hati siapapun. Walaupun dia sendiri tidak tahu bagaimana cara menyembunyikan luka hati ini.

"Bram sedang keluar kota, Bu." 

"Oh... begitu. Katakan padanya bila sampai di sini segera datang menemui ayahmu. Agar kami tahu seberapa serius dia menjalin hubungan denganmu." kata ibunya lagi.

Begitu dalam harapan orang tua itu kepada lelaki yang bernama Bram. Orang yang diharapkan akan membahagiakan anaknya kelak. Tapi ternyata dia sudah menghempaskan semua harapan itu. Tanpa disadari lelaki itu dia sudah menghancurkan hatimu berapa orang.

Rena keluar kamar rawat inap ayahnya. Dia akan pergi menuju apotik terdekat untuk membeli beberapa obat yang tidak tersedia di rumah sakit ini.

Mungkin duduk sebentar di kursi taman ini, bisa membantunya melepaskan sedikit beban yang menempel di punggungnya.

Rena menangkupkan kedua tangan di wajahnya. Tak peduli pandangan orang sekitarnya. Dikeluarkannya seluruh tangisan yang sudah sedari tadi ditahan. Badannya sampai bergetar. Begitu perih luka yang diberikan Bram kepadanya.

Diraihnya kertas undangan yang diterimanya dari seorang teman. Undangan pernikahan Bram dengan Lila, wanita yang selama ini dikenalkan padanya sebagai seorang sepupu. Tenyata dia adalah duri dalam hubungannya selama ini. 

Dirobeknya undangan itu sampai menjadi potongan terkecil. 

Rena menghapus semua air matanya. Kekuatan kembali hadir dihatinya, Suara lantunan adzan dari mesjid yang berada di depannya, seketika membuyarkan lamunannya.

Dilangkahkan kakinya menuju tempat suci itu. Mungkin ini bisa menjadi obat dari segala kesedihannya.

Air wudhu yang membasahi badannya seketika membuatnya tenang.

Lalu bersujud memohon ampunan atas dosa yang telah dilakukannya selama ini.

Rena telah ikhlas menerima semua takdir yang terjadi atas dirinya. Sekarang dia berharap bisa menjalani hari-harinya lagi. Semoga yang terbaik diberi Tuhan kepadanya.

Rena bertekad akan berubah lebih baik lagi. Mungkin yang terjadi sekarang adalah sebuah teguran. Selama ini dia salah berharap kepada manusia dan sudah melupakan Sang Maha Pencipta.

Ponselnya berdering.

"Assalamualaikum,Bu."

[Wa'alaikumsalam. Apa sudah dapat obatnya, Nak?] tanya ibunya dari seberang sana.

"Sebentar ya, Bu. Rena masih di mesjid depan rumah sakit. Habis ini Rena langsung ke apotik." jawabnya.

[Tidak usah, Nak. Segera kembali ke sini saja.]

"Memangnya ada apa Bu?" Rena menangkap ada yang tidak beres dari perkataan sang ibu.

[Yang penting kamu kembali kesini saja.] kata ibunya lagi.

Setelah menutup panggilan telepon dengan salam, Rena bergegas menuju tempat ayahnya dirawat.

Dia berlari hingga hampir terjatuh. Perasaannya tidak bisa dibohongi, ada sesuatu yang buruk sedang terjadi.

Begitu pintu kamar dibuka, Rena sudah mendapati tubuh sang ayah sudah ditutup menggunakan selimut. 

Rena langsung tahu kalau lelaki yang menjadi kebanggaannya selama ini, sudah pergi menghadap Ilahi tanpa dia disampingnya.

Ya, kini Rena benar-benar ditinggalkan oleh dua lelaki yang sangat disayanginya, dalam waktu yang bersamaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Hadiah Taruhan    Akhirnya

    "Mas Barra, tolong ...." Rena berteriak sekuat tenaga. Ternyata Rena bermimpi. Saat ini dia berada di atas tempat tidurnya di rumah ibunya.Sejak tragedi opor beracun itu, Rena dan Barra mengungsi ke rumah Bu Diana. Hal ini sebagai antisipasi dari serangan lain yang ditujukan untuk menghancurkan mereka.'Astaghfirullah ... Ternyata aku bermimpi. Tapi kenapa semua tampak nyata? Silvia memegang pisau berlumuran darah seperti itu. Apa artinya dia juga yang sudah mengirim opor beracun itu ke rumah dan menyebabkan Imah dan ibu meninggal?' Rena bicara dalam hati.Rena bangun dan langsung mencuci mukanya ke kamar mandi."Hai, Ren ... Sini duduk, kita sarapan pagi dulu, ya?" Bu Diana yang sudah bersiap di atas meja makan memanggil Rena yang baru turun dari kamarnya."Iya, Bu.""Mana Barra?" tanya Bu Diana. "Tadi pagi berangkat dinas ke luar kota, Bu," jawab Rena."Oh, begitu. Bagaimana dengan kandunganmu? Apakah sudah periksa dan USG ke dokter?" tanya Ibu lagi."Belum, Bu. Karena rencanan

  • Istri Hadiah Taruhan    Musibah Datang Beruntun

    Ternyata setelah penyelidikan polisi, diketahui kalau Imah meninggal karena keracunan.Yang paling membuat Rena syok dan menyalahkan diri sendiri adalah Imah dan mertuanya keracunan makanan yang diberikannya.Ya ... Seporsi opor ayam yang Rena terima dari seorang ojek online yang mengatasnamakan suaminya. Rena kira makanan itu benar-benar dikirim oleh suaminya, Barra. Karena Barra yang tahu kalau Rena sangat menyukai opor ayam di saat kehamilannya ini.Tapi sekarang polisi sedang menyelidiki siapa pengirim paket beracun itu. Termasuk memeriksa semua CCTV yang berada di kompleks perumahan ini.Kabar baik yang diterima mereka hari ini adalah polisi sudah mengetahui sopir ojek online yang mengantarkan paket itu ke rumah Rena.Dan sekarang orang tersebut sedang dalam pengajaran.Rena dan Barra berharap polisi segera menangkapnya dan juga mengetahui apa motifnya mengantarkan makanan itu ke rumah mereka."Bagaimana ini, Mas? Ibu belum sadar sampai sekarang malahan dokter baru saja mengat

  • Istri Hadiah Taruhan    Apa Yang Terjadi Pada Imah Dan Ibu?

    "Imah ... Imah ...."Tak ada sahutan dari orang yang dipanggil. Rena kembali memutari dapur, tak ada juga sosok Imah disana. Setelah menghabiskan air satu gelas air, Rena kembali ke ruang tamu, tapi rumah tampak lengang seperti tidak ada penghuninya.'Kemana Imah? Apa mungkin dia membawa ibu jalan-jalan keluar? Tapi rasanya tidak mungkin hari masih siang dan cuaca panas menyengat seperti ini,' batin Rena.Akhirnya Rena menuju kamar Imah. Rena pikir Imah dan Bu Asih tidur siang.Sekilas Rena melihat pintu terbuka sedikit. Ada kaki Imah di depan pintu. Rena pun tidak habis pikir, kenapa Imah harus tidur di lantai.Perlahan-lahan Rena mendorong pintu tapi sepertinya berat, karena terhalang badan Imah yang melintang di depan pintu.Akhirnya Rena berinisiatif memegang kaki Imah untuk membangunnya."Imah ... Bangun ... Kenapa kamu tidur di depan pintu?"Tapi Imah tak kunjung bangun. Rena juga mendengar suara dengkuran yang sangat kasar. Sebelumnya Rena belum pernah mendengar Imah atau Bu As

  • Istri Hadiah Taruhan    Ancaman Silvia

    "Kamu jangan khawatir. Aku sudah tidak berhubungan dengan Silvia lagi. Aku sudah menutup komunikasi dengannya. Tapi Kamu jangan marah, karena aku tetap harus memenuhi tanggung jawabku pada anak yang sekarang dalam pengasuhan orang tua Silvia," ucap Barra."Lalu kenapa kamu tidak mengambil anak itu saja, Mas. Dia bisa hidup bersama kita di sini," saran Rena. "Keluarganya tidak akan memberikan Randi untuk kuambil. Karena Silvia itu anak satu-satunya. Jadi bagi neneknya, cucunya itu adalah harapan satu-satunya untuk menjadi teman mereka di hari tua." "Kadang aku merasa sedih. Waktu aku susah, aku benar-benar tidak bisa berjumpa dengan Randi. Tapi kalau aku datang membawa uang yang banyak, mereka mau mempertemukan aku dengan anakku itu."Huft ... Ternyata berliku-liku juga jalan hidup yang dialami suamiku ini. sebagai istri aku harus mendukungnya untuk tetap menafkahi anak dari istri pertamanya itu' batin Rena.Meskipun mereka tidak bersama lagi, tapi kebutuhan anak tetap harus ditanggu

  • Istri Hadiah Taruhan    Pekerjaan Baru Bram

    'Astaga ... aku tidak salah baca. ini alamat rumah Rena. apa aku harus tetap mengantar paket itu ke sana? Lalu kalau Rena sendiri yang menerimanya, aku harus bagaimana?' batin Bram.Ini masih hari pertamanya menjalani training bekerja sebagai kurir. Tapi dia harus mengalami cobaan berat seperti ini. Sudah setengah hari Bram bekerja dan semuanya aman-aman saja. Tiba saat mengantarkan salah satu paket yang ternyata itu beralamat di rumah Rena. Rumah yang seharusnya menjadi miliknya dan Rena.Tapi karena Bram yang sudah berkhianat akhirnya rumah itu menjadi milik Rena seutuhnya. Dan di rumah itu juga Bram melakukan penghianatan bersama istrinya Lila. Wanita yang sekarang tidak tahu di mana rimbanya.Bram berhenti di ujung jalan. Dari tempatnya sekarang, Bram sudah bisa melihat bentuk rumah itu. Lelaki ini tampak ragu meneruskan atau putar balik. Kalau dia putar balik itu artinya Bram gagal menjalankan pekerjaannya hari ini. Tapi kalau dia tetap meneruskan dan menyampaikan paket itu kep

  • Istri Hadiah Taruhan    Berbeda Nasib

    Hari ini Rena sepertinya mendapatkan hidup yang baru. Rena melihat keseriusan Barra untuk memulai lembaran baru dihidup mereka. Untuk membuktikan keseriusannya itu, Barra mengajak Rena untuk tinggal sendiri terpisah dari Bu Diana. Pilihannya adalah ke rumah Rena yang disana ada Bu Asih, mertua Rena yang diurus oleh Imah. Malam itu juga mereka langsung pindah kesana.Bu Asih sangat bahagia melihat anak dan menantunya rujuk kembali. Hal ini terlihat dari raut wajah beliau. Meskipun beliau tidak bisa bicara, tapi beliau tahu dan bisa mendengar apa yang disampaikan keduanya.Barra juga menceritakan kalau dirinya sudah berpisah dari Silvia dan lebih memilih Rena. Dari cerita Barra itu, Rena tahu kalau Silvia tidak menyayangi dan tidak pernah mengurus mertuanya. Silvia tidak mau hidup susah. Dia hanya mau dengan Barra ketika Barra sudah kaya, punya uang dan jabatan bagus. Makanya tidak heran Silvia mau menerima Rena saat itu menjadi madunya.Tapi karena dulu Barra cinta mati pada Silvia, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status